Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membentuk Konsep Melalui Proses Logika

13 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 13 Maret 2022   08:05 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.pexels.com

"Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tetapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya"- Soekarno 

Berpikir menjadi proses untuk menemukan isu dalam pikiran. Sedangkan ilmu berpikir disebut dengan logika. Kita mungkin pernah merasa ada kesamaan berpikir tentang suatu hal dengan teman kita. Namun, kesimpulan yang didapat dari pemikiran masing-masing kita tentu berbeda, yang satu logis dan yang lainnya tidak logis. 

Logika merupakan salah satu hal yang digunakan dalam proses pembentukan konsep. Pada proses pembentukan konsep yang sering terjadi adalah munculnya berbagai macam argumen. Argumen dari dalam diri kita maupun dari orang lain. 

Maka, logika akan mulai bekerja dalam membangun konsep melalui berbagai macam argumen yang ada. Kemudian akan memilah, manakah yang memang masuk akal dan saling terikat. Melalui proses logika inilah akan tercipta sebuah konsep pada pikiran kita. 

Logika dikatakan hampir sama dengan penalaran. Namun, penalaran ini adalah pemikiran (reasoning) terhadap kejadian tertentu. Dalam penalaran terdapat dua pendekatan, yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. 

  • Penalaran Deduktif: penalaran deduktif adalah proses pemikiran dari hal yang umum ke khusus. Deduktif atau deduksi dalam Ensiklopedia Columbia Ringkas adalah proses penarikan, melalui penalaran, atau konklusi tertentu dari prinsip-prinsip umum yang diasumsikan benar. Penalaran deduktif dapat diartikan pula suatu bentuk logika, di mana sebuah kesimpulan khusus diambil dari beberapa premis (pernyataan umum). Hal ini dapat membangun hubungan antara proposisi dan kesimpulan. Apabila seluruh pernyataan yang diajukan benar, kemudian diterapkan aturan deduksi, maka hasil yang diperoleh pasti benar. Johnson-Laird (1995) mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang penalaran deduktif.
    - Kesimpulan relasional: berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai (lebih dari, di sebelah kanan kiri, dan setelah).
    - Kesimpulan preposional: berdasarkan negasi dan dalam koneksi (contoh: jika, atau, dan).
    - Silogisme: berdasarkan pasangan premis di mana masing-masing berisi pemberi sifat tunggal (contoh: seluruh atau sebagian).  
    - Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif: berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan. Misal, beberapa pudel Perancis lebih mahal daripada jenis anjing yang lain. 

Perlu diketahui bahwa kata silogisme berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti konklusi. Silogisme juga menjadi salah satu metode dalam penalaran deduktif. Pemikiran silogisme dikenalkan oleh Aristoteles.  

Aristoteles menuturkan bahwa silogisme terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Atau dengan kata lain silogisme terdiri dari tiga preposisi, yakni pada preposisi pertama adalah premis mayor yang berisi generalisasi. Kemudian pada premis kedua adalah premis minor dengan peristiwa khusus, serta preposisi ketiga yakni kesimpulan.

Terdapat salah satu cara dalam memecahkan silogisme, yakni dengan menggambar diagram veen. Namun, bisa jadi silogisme terasa lebih sulit dibandingkan dengan yang lain.

Hal tersebut tergantung pada seberapa besar kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki setiap individu dalam menghadapi dan mengenali argumen yang logis. 

  • Penalaran Induktif: penalaran induktif atau induksi adalah kebalikan dari penalaran deduktif, yaitu proses pemikiran dari hal khusus ke umum. Dalam proses ini banyak proposisi yang diyakini memeberi bukti kuat untuk kebenaran kesimpulan. Pada penalaran induktif terdapat kemungkinan bahwa kesimppulan yang diambil bisa salah, meskipun semua anggapan yang diajukan benar semua. Hal ini berdasarkan pada pengalaman dan pengamatan yang mendukung kebenaran sebuah kesimpulan.

Francis Bacon, seorang filsuf Inggris mengajukan bahwa induksi adalah logika penemuan ilmiah. Sedangkan deduksi adalah logika argumentasi. Kedua proses ini sebenarnya digunakan secara bersama dan teratur dalam ilmu empirik. 

Induksi yang digunakan dalam pengamatan terhadap peristiwa tertentu dan deduksi yaitu dari prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Setelah itu barulah prinsip hipotesis dirumuskan dan dapat memunculkan sebuah hukum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun