Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kiko Si Anak Merpati

12 Oktober 2021   12:42 Diperbarui: 12 Oktober 2021   12:46 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wallpaperbetter.com

Di sebuah pohon yang rindang hiduplah Kiko, seekor burung merpati yang tinggal bersama ayah dan neneknya. Mereka hanya tinggal bertiga saja, sebab ibu Kiko telah mati ditembak oleh pemburu liar. Setiap pagi Kiko selalu ikut ayahnya untuk mencari makan. Sedangkan neneknya menunggu di rumah pohon karena nenek Kiko sudah tua dan sayapnya sedikit terluka, sehingga nenek kesulitan untuk terbang. Kiko sangat sayang kepada ayahnya.

Saat mencari makan, ia selalu mengajukan pertanyaan kepada ayahnya, "Apakah Ayah mengenal rombongan burung itu?" Pertanyaan itu kerap ia sampaikan saat berpapasan dengan gerombolan burung gereja. "Tidak Kiko," jawab ayahnya. Kiko senang sekali bertanya tentang sesuatu yang baru. Ayahnya pun selalu telaten menanggapi pertanyaan Kiko. Tibalah sore hari, "Ayo Kiko waktunya kita pulang!" ajak ayah kepada Kiko. "Baiklah  Ayah, pasti nenek sudah menunggu kita," seru Kiko. Mereka pun bergegas untuk pulang ke rumah pohon.

"Nenek!!!" Kiko sangat terkejut dengan keadaan neneknya yang tergeletak dan tak bergerak. "Ada apa Kiko?" Ayah Kiko segera menghampiri. "Ayah, apa yang terjadi dengan nenek?" tegas Kiko sambil bercucuran air mata. 

Saat ayah memeriksa keadaan nenek ternyata nenek Kiko sudah tak bernyawa. Seketika itu ayah Kiko pun ikut menangis. Keesokan harinya Kiko dan ayahnya segera menguburkan nenek. 

Untuk hari ini Kiko tidak ikut ayahnya pergi mencari makan, ia memilih tinggal di rumah saja. Sebenarnya ayah Kiko tidak tega meninggalkan Kiko sendirian, maka ayah Kiko berjanji  tidak berlama-lama dan akan segera pulang.

Hari-hari Kiko kini terasa sepi semenjak neneknya mati. Bagi Kiko nenek adalah sosok pengganti ibunya. Kiko pun juga jarang ikut ayahnya pergi mencari makan. Sampai pada suatu hari Kiko merasa bosan di rumah sendirian. 

Akhirnya ia memutuskan untuk keluar melihat suasana di luar rumah pohonnya. Tidak sengaja Kiko tersesat di sebuah hutan yang belum pernah ia datangi sebelumnya. 

Di sana Kiko melihat rumah pohon yang begitu asri. Di samping rumah pohon tersebut terdapat gubuk beserta penghuninya yakni, seekor beruang bernama Pak Roki bersama anaknya yang bernama Loly. Kiko pun menghampiri mereka berdua.

"Hai merpati! Siapa namamu? Dan dari mana kau datang?" sapa Loly kepada Kiko. Awalnya Kiko merasa takut untuk menjawab pertanyaan Loly. "Namaku Kiko, aku tersesat di hutan ini dan tidak tahu jalan untuk pulang,'' tegas Kiko. Kemudian Loly mempersilakan Kiko untuk masuk ke gubuknya. Pak Roki, ayah Loly juga menyapa Kiko dengan ramah. 

"Menginaplah sementara di sini Kiko, esok hari kami akan mengantar kamu mencari jalan ke rumahmu," pinta Pak Roki. Lagi-lagi Kiko merasa sedikit cemas, karena mimik wajah Pak Roki terasa menyeramkan bagi Kiko. Namun tidak ada pilihan lain, Kiko pun mengiyakan tawaran Pak Roki tersebut. "Ayah, aku takut di sini. Apakah Ayah tidak mencariku? Apakah ayah tidak sayang aku?" batin Kiko menjelang tidur malam.

"Kiko...Kiko!!!" teriak ayah Kiko sepulang dari mencari makan. "Ke mana perginya Kiko ya?" Ayah Kiko menggerutu sendiri, ia sudah mengitari sekitar rumah pohon tetapi Kiko tak kunjung ketemu. 

Ayah Kiko mulai khawatir akan keberadaan Kiko. Ia takut kejadian yang menimpa istrinya juga terjadi pada anak satu-satunya. Akhirnya ayah Kiko memutuskan istirahat dahulu dan melanjutkan mencari Kiko esok pagi.

Sinar matahari pagi mengintip dari celah-celah gubuk milik Pak Roki. Kiko segera bangun dan menengok keluar, terlihat Pak Roki dan Loly sudah menyiapkan sarapan. 

"Mari kita sarapan Kiko, setelah ini kami antar kamu untuk menyusuri jalan menuju rumahmu," ajak Pak Roki dan Loly. Dengan lahapnya Kiko menyantap makanan yang sudah dihidangkan oleh Pak Roki. Tak lama kemudian Pak Roki dan Loly bersiap-siap untuk mengantar Kiko. Mereka pun menyusuri jalan untuk keluar dari hutan.

Ayah Kiko yang sudah bersiap sejak pagi tak sabar untuk segera keluar dari rumah pohon dan mencari Kiko. Di tengah perjalanan ia merasa lelah sehingga memilih istirahat sejenak di tepi sungai yang begitu jernih. 

Tidak disangka dari kejauhan ternyata ada kawanan rusa yang mengintai ayah Kiko. Ayah Kiko merasa ada yang mengawasinya. Ketika ia menoleh ke belakang ternyata kawanan rusa tersebut sudah lima langkah di belakangnya. Ayah Kiko ingin kabur, tetapi salah satu rusa itu menerkam ekornya. Namun ayah Kiko sangat gesit sehingga ia bisa lolos dan terbang secepat mungkin.

"Kiko, Kiko!!!'' Dalam perjalannya Kiko mendengar lirih suara itu. Tak lama kemudian Kiko melihat ayahnya melintas di antara semak-semak yang ada di hutan. "Ayah!!!" teriak Kiko spontan. 

Ayah Kiko bergegas menghampiri Kiko dan memeluk erat buah hatinya tersebut. Kiko dan ayahnya merasa senang dan sangat berterima kasih kepada Pak Roki dan Loly. Mereka juga berjanji akan tetap menjalin hubungan persaudaraan.

-TAMAT-

Pesan Moral: Dari kisah di atas dapat dipetik amanatnya bahwa orang tua akan menyayangi dan melakukan apapun demi anaknya, walaupun nyawa taruhannya. Kemudian sebagai manusia alangkah baiknya kita menghindari perilaku berburuk sangka (su'udzan) dengan orang lain. Ubah semua itu dengan prasangka baik (husnudzan). Serta biasakan berbuat baik kepada sesama, seperti tolong-menolong, toleransi, dsb.

Biodata Narasi

Rofidah Nur Fitria. Asli Malang, Jawa Timur dan lahir pada tanggal 29 Oktober 2001. Aktivtas saat ini adalah sebagai mahasiswa semester 3 jurusan PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menulis merupakan salah satu hobby yang ditekuni dalam 1 tahun ini. Semoga dapat mengembangkan bakat ini dan bisa menebar manfaat serta menginspirasi teman-teman pembaca. Lebih lanjut tentangnya dapat ditemui di akun Instagram @fidahfit atau Facebook Fidah Fitria.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun