"Lebih banyak Anda membaca, lebih banyak hal yang Anda ketahui. Lebih banyak hal yang Anda pelajari, lebih banyak tempat yang Anda kunjungi." - Dr. SeussÂ
P-i pi, j-e jet = pijet. Ya.. itulah secuil ejaan membaca saya kisaran usia TK atau SD. Saya memang sering sekali diutus ibu untuk memijat-mijat ringan badannya. Ketika itu juga tiba-tiba saya mengucapkan ejaan tersebut dan membuat kami tertawa, pasalnya ejaan tersebut sedikit kurang tepat. Huruf 't' di akhir kata pijet yang begitu saja saya tambahkan dan membentuk kata 'jet'. Itulah yang sampai sekarang masih teringat dan membuat saya senyum-senyum apabila diucapkan ejaan tersebut.Â
Mengeja merupakan langkah awal di mana seseorang mampu membaca dengan lancar.Â
Seperti halnya anak usia TK atau pra TK, mereka akan diajarkan untuk mengeja huruf agar menjadi kata, sehingga dapat disusun menjadi kalimat yang memiliki makna. Membaca ialah salah satu kemampuan reseptif yang dimiliki manusia. Seperti yang dikatakan Ahmad Susanto (2012) dalam Ahmad Yani (2019) membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf) ke dalam suara, yang dikombinasikan dengan kata-kata.Â
Melalui kegiatan ini, maka anak akan memiliki kemampuan untuk mengimplemantasikan dan merepresentasikan simbol ke dalam ujaran yang bermakna; dan bermuara dalam pembentukan kalimat yang dapat dipahami oleh lawan bicaranya.Â
Membaca juga dikatakan sebagai jendela dunia, karena dengan membaca kita akan mengetahui perkembangan ilmu dan hal-hal lain yang ada di luar sana. Namun, sebagian dari anak-anak mungkin mengalami sedikit gangguan dalam kemampuan membaca. Gangguan inilah yang kemudian akan menghambat perkembangan bahasa pada anak.Â
Terjadinya gangguan dalam perkembangan membaca pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:Â
- Faktor Pendidik: seorang guru haruslah mengetahui metode yang tepat untuk mengajarkan membaca pada anak. Kemudian, menjadi guru harus banyak berinteraksi dengan anak didiknya, apabila sedikit interaksi antara guru dengan anak didik, maka bisa jadi guru kurang memahami kendala-kendala yang dihadapi anak dan kurang mengenal karakteristik anak didiknya.
- Faktor Psikologis: faktor psikologis ini berhubungan dengan motivasi, minat, dan kematangan sosial. Motivasi merupakan dorongan pada seseorang dalam mengerjakan sesuatu atau dalam belajarnya. Sehingga apabila anak mempunyai motivasi serta minat yang tinggi dalam belajar, kemungkinan besar ia tidak merasa kesulitan dalam hal membaca.Â
- Faktor Lingkungan atau Sosial-Budaya: faktor ini meliputi latar belakang dan pengalaman anak di rumah, serta keadaan sosial dan ekonomi keluarga. Apabila lingkungan keluarga kurang mendukung anak dalam hal belajar, kemungkinan anak akan merasa tidak semangat dan menjadi malas-malasan untuk belajar. Lain halnya dengan keluarga atau orang tua yang mendukung serta mengarahkan anaknya pada pendidikan yang baik, maka dampaknya adalah proses pembelajaran pada anak akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berbicara tentang gangguan perkembangan membaca, mengingatkan saya pada sebuah film India yang rilis tahun 2007 dengan judul Taare Zameen Par. Film ini menceritakan seorang anak bernama Ishaan Awasthi yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ishaan memiliki seorang kakak laki-laki bernama Yohan. Yohan terkenal sangat pintar di sekolahnya, bahkan ia sering mendapat juara dalam bidang akademik maupun non akademik. Berbanding terbalik dengan Ishaan, Ishaan mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Hingga orang tuanya kerap dipanggil ke sekolah lantaran Ishaan yang sudah beberapa kali ini tidak naik kelas. Akhirnya sang ayah memutuskan untuk mengirim Ishaan ke sekolah asrama. Singkat cerita, di sekolah asrama tersebut Ishaan bertemu dengan guru seni yang sangat menyenangkan bagi murid-muridnya. Guru ini curiga terhadap kesulitan belajar yang dialami Ishaan, sehingga membuatnya bertanya-tanya dan akhirnya ia pergi menemui orang tua Ishaan serta mencari informasi tentang bagaimana atau hal apa yang terjadi pada Ishaan ini? Setelah ditelusuri ternyata Ishaan mengalami disleksia. Hal ini terlihat pada tulisan tangan Ishaan di bukunya yang sangat berantakan. Memang anak yang mengalami disleksia akan susah membedakan penulisan huruf yang hampir sama, misalnya huruf 'b' dan 'd' atau 'm' dengan 'w' beitupun sebaliknya, dan beberapa kata yang penulisannya hampir sama, seperti tulisan 'tip' tetapi ditulis 'pit'.Â
Disleksia merupakan salah satu gangguan dalam perkembangan bahasa. Pada laman www.halodoc.com dijelaskan bahwa disleksia adalah suatu gangguan belajar pada anak-anak. Di mana gangguan ini ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, mengeja, atau berbicara dengan jelas. Gangguan belajar ini tergolong dalam gangguan saraf pada bagian batang otak. Bagian otak inilah yang memproses bahasa. Beberapa penyebab disleksia, yaitu: