Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mengatasi Speech Delay pada Anak

6 April 2021   20:54 Diperbarui: 6 April 2021   21:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: herminahospitals.com

"Layaknya pada penerbangan, pada perkembangan bahasa verbal anak juga memungkinkan terjadinya delay"

Saat hendak berpergian menggunakan jasa penerbangan pesawat, tidak menutup kemungkinan terejadi keterlambatan atau yang disebut dengan delay. Salah satu penyebab delay ini adalah keadaan cuaca yang kurang baik untuk melakukan sebuah penerbangan. Ketika penerbangan kita dinyatakan delay, maka kita harus bersabar dan menunggu beberapa saat kemudian hingga keadaan benar-bernar aman untuk melakukan penerbangan tersebut. Delay yang mungkin terjadi dapat memakan waktu berjam-jam. Dengan ini pihak maskapai akan memberikan kompensasi kepada calon penumpang, yakni berupa minuman, snack, makanan berat, hingga uang kompensasi apabila delay lebih dari 240 menit. Dilansir dari indonesiabaik.id bahwa telah tertulis dalam Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Republik Indonesia No 89 Tahun 2015, di dalamnya menjelaskan tentang beberapa hal tentang kompensasi yang harus diberikan pihak maskapai kepada calon penumpang apabila terjadi delay atau keterlambatan penerbangan. Salah satunya yakni, apabila delay lebih dari 240 menit, maka maskapai wajib memberikan uang kompensasi sebesar Rp 300.000 kepada setiap calon penumpang. Serta  konsekuensi paling akhir adalah refund tiket sepenuhnya atau pengalihan ke penerbangan berikutnya jika harus dibatalkan. 

Layaknya pada penerbangan, pada perkembangan bahasa verbal anak juga memungkinkan terjadinya delay. Bahasa verbal adalah bahasa yang penyampaiannya melalui aspek lingusitik, yakni bunyi, kata, kalimat, dan makna baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Secara umum dalam kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan reseptif atau mendengar serta memahami dan kemampuan ekspresif atau berbicara. Tentang berbahasa dan berbicara sebenarnya terdapat perbedaan antar keduanya. Bicara merupakan bentuk pengucapan dengan menunjukkan keterampilan seseorang dalam bersuara atau mengucap suatu kata. Sedangkan bahasa adalah menyatakan serta menerima informasi dengan suatu cara tertentu. Bahasa juga merupakan satu cara untuk berkomunikasi antar satu orang dengan yang lain. Namun demikian, kemampuan berbicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya, sehingga kemampuan berbahasa menjadi lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. 

Terlambat bicara (Speech delay) merupakan salah satu gangguan dalam berbicara pada anak. Apabila terjadi delay penerbangan konsekuensi terakhirnya adalah refund tiket atau pengalihan ke penerbangan berikutnya. Begitupun ketika terjadi speech delay pada anak terdapat dua pilihannya. Apakah kita sebagai orang tua akan membiarkan begitu saja? ataukah mencari solusi dan strategi untuk mengatasi speech delay yang dialami sang anak? 

Menurut Nelson, dkk, (2006) dalam Riandi Marisa (2015) perkembangan bahasa merupakan salah satu indikator perkembangan menyeluruh dari kemampuan kognitif anak yang berhubungan dengan keberhasilan di sekolah. Keterlambatan perkembangan pada awal kemampuan berbahasa dapat mempengaruhi berbagai fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Misal pada lingkungan sosial, anak akan susah berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang terdekatnya. Hal demikian mengakibatkan anak mendapat cemoohan dari teman sebayanya, karena ia belum mampu mengungkapkan apa yang diinginkan. Oleh karena itu, jika speech delay terjadi dan tidak ditangani dengan baik maka akan memengaruhi proses berbahasa anak serta berdampak pada perkembangan bahasa verbalnya. 

Memang kemampuan berbicara setiap anak berbeda-beda. Namun, dapat terlihat jika anak mengalami speech delay adalah ketika ia belum mampu berbicara atau menyusun kalimat kompleks layaknya anak dengan usia yang sama. Seperti ungkapan Elizabeth Hurlock (2013: 194-196) dalam Asri Yulianda (2019) seorang anak dikatakan terlambat bicara apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. 

Adanya akibat tentu ada sebab yang melatar belakangi terjadinya akibat itu. Apabila anak mengalami gangguan perkembangan bahasa, maka terdapat beberapa faktor yang mejadi penyebabnya, yaitu seperti yang dikatakan Asri Yulianda (2019) penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. 

Kemudian juga terdapat beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara, antara lain gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. 

Dengan demikian, orang tua ataupun orang-orang di sekitar anak dapat memberikan stimulusi yang tepat agar anak dapat terlatih dalam kemampuan bicara dan berbahasanya. Stimulasi merupakan sebuah upaya atau rangsangan yang diberikan dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Helen, dkk (2007) dalam Riandi Marisa (2015) kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Beberapa stimulasi yang dapat diberikan antara lain, sering mengajak anak berinteraksi dan berbicara, berbicara dengan anak menggunakan gerak mulut dan artikulasi yang jelas serta memperhatikan tata bahasa yang digunakan anak, memberikan cerita pada anak, dan memberikan gambar atau benda ketika sedang berbicara dengan anak. 

Selain itu, terdapat sebuah strategi atau cara yang dapat dilakukan utuk  mengatasi speech delay pada anak. Asri Yulianda (2019: 47) menyebutkan beberapa strategi yang ditawarkan untuk penanganan serta mengatasi keterlambatan berbicara dan berbahasa pada anak, yaitu: 

  • Memperbaiki ucapan-ucapan keliru yang digunakan anak
  • Membebaskan anak bermain dengan teman sebaya
  • Meluangkan waktu lebih banyak bersama anak
  • Tidak membiarkan anak terlalu banyak diam
  • Jangan mengkekang anak di dalam rumah

Jika pun anak terlalu banyak diam atau orang tua merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan, maka orang tua dapat membawa anak untuk konsultasi ke dokter. Bila perlu berikan juga terapi kepada sang anak untuk mengatasi gangguan perkembangan bahasanya. 

Dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua perlu memantau perkembangan anak dalam aspek apapun. Salah satunya yaitu pada perkembangan verbal. Apabila anak mengalami gangguan pada bahasa verbal, orang tua serta orang-orang di sekitar anak dapat memberikan stimulasi yang baik dan tepat. Selain itu, orang tua juga dapat membawa sang anak untuk berkonsultasi ke dokter dan bila perlu melakukan terapi pada anak. Hal ini akan mendukung perkembangan verbal anak ke depannya agar anak juga dapat berkembang secara optimal. 

Semoga bermanfaat!

Referensi: 

Yulilanda, Asri. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Berbicara Pada Anak Balita. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 3, No. 2, Halaman 41-48

Marisa, Riandi. 2015. Permasalahan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar (JPsd). Vol 1, No 2. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun