Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Awas! Awalnya Bercanda Berujung Bahaya

20 Maret 2021   07:05 Diperbarui: 20 Maret 2021   07:08 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercanda boleh, asal jangan berlebihan! apalagi sampai melukai seseorang

Bercanda berasal dari kata dasar canda yang dalam KBBI memiliki makna tingkah; kelakar; senda gurau; seloroh. Bercanda merupakan suatu hal yang wajar, terlebih pada kalangan remaja. Bercanda juga dapat mencairkan suasana, misal pada sebuah percakapan yang terkesan serius dan tegang maka bercanda adalah bumbunya agar suasana menjadi hangat serta tidak menegangkan. Namun, dalam bercanda ada batasannya ya teman-teman. Contohnya ketika bercanda tidak boleh berlebihan, apalagi sampai melukai atau membehayakan orang lain. Dalam agama islam juga sudah diajarkan tentang etika bercanda sebaiknya tidak mengandung nama Allah, tidak berdusta, tidak menyakiti perasaan orang lain, tidak dilakukan kepada orang yang lebih tua, tidak bercanda sampai menjadi tabi'at sehingga berakibat menjatuhkan wibawa diri sendiri. 

Saya jadi teringat ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SD. Kejadiannya adalah saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan kalau tidak salah kami tengah belajar kelompok. Kemudian salah satu teman perempuan saya, sebut saja si A. Si A yang pada waktu itu sedang berdiskusi bersama kelompoknya dan ia berdiri dari bangkunya. Setelah itu ada seorang teman laki-laki saya yang iseng menarik bangku si A tadi. Kemudian tanpa sadar si A yang sedang berdiri tadi berniat duduk, tetapi ia tidak menoleh dahulu untuk memposisikan bangkunya. Secara tiba-tiba, gubrak! kami semua terkejut, apa yang terjadi? Si A terjatuh dalam posisi duduk. Seketika itu si A terdiam dan beberapa detik kemudian menangis serta sempat tidak sadarkan diri. Kami semua bingung dan khawatir dengan keadaan si A. Tidak lama kemudian si A dijemput orang tuanya untuk segera diperiksakan. Singkat cerita, setelah hasil pemeriksaan keluar ternyata si A didiognosa gegar otak ringan. Kami sedih sekali mendengar kabar tersebut dan pada saat itu si A diberikan waktu beberapa hari untuk istirahat. 

Dilansir dari laman health.detik.com seorang dokter bernama dr Roslan atau yang akrab disapa dr Ryu menuturkan bahwa jatuh terduduk memang benar bisa membahayakan, bisa menyebabkan fraktur (patah) tulang belakang bahkan bisa mengakibatkan kelumpuhan. Jatuh terduduk di mana yang terbentur adalah tulang ekornya tidak hanya dapat menyebabkan cedera di tulang ekornya, tapi dapat menyebabkan cedera di seluruh ruas tulang belakangnya. Tidak hanya itu, "gaya benturan yang cukup keras bisa dilanjutkan ke kepala sehingga bisa mengakibatkan cedera pada otak", tambahnya. 

Setelah sedikit pulih dan masuk sekolah lagi, si A menceritakan dengan ekspresif ketika ia diperiksa. Ia mengatakan bahwa pemeriksaan dilakukan dengan sebuah alat yang bernama CT (Computed tomography) scan. 

Sumber : www.metropolitan.id
Sumber : www.metropolitan.id

CT merupakan salah satu alat pencitraan medis yang digunakan untuk memindai sebuah penyakit ataupun kelainan pada bagian dalam tubuh. Setelah melakukan pemindaian, maka seorang dokter dapat mendiagnosis dan mengidentifikasi penyakit pasien. Namun, sebuah diagnosa tidak hanya dari hasil pemindaian menggunakan pencitraan medis saja. Kemungkinan seorang dokter juga menyelidiki riwayat pribadi dan kondisi kesehatan pasien sebelumnya. 

Pada tulisan ini saya akan membahas tentang teknologi pemindai otak. Sebelumnya sudah saya paparkan bahwa CT scan merupakan suatu proses menggunakan alat pencitraan medis untuk memindai penyakit pada bagian dalam tubuh, misal salah satunya adalah pada bagian kepala sehingga dapat mengetahui keadaan atau cedera pada otak yang mungkin diakibatkan oleh sebuah benturan. Berikut ini sebagian dari beberapa alat pencitraan medis yang digunakan untuk memindai bagian dalam tubuh manusia: 

1. Electroencephalography (EEG) : sebuah alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik di otak. Pemeriksaan EEG adalah tes yang mendeteksi aktivitas listrik di otak, dengan menggunakan cakram logam kecil (elektroda) yang dilekatkan pada kulit kepala. Perlu diketahui bahwa sel-sel otak berkomunikasi melalui impuls listrik dan aktif setiap saat, bahkan ketika sedang tidur. Aktivitas ini kemudian ditampilkan sebagai garis bergelombang pada rekaman EEG. Pemeriksaan EEG merupakan salah satu tes diagnostik utama untuk epilepsi. Pemeriksaan ini juga dapat berperan dalam mendiagnosis gangguan otak lainnya, antara lain: 

  • Tumor otak 
  • Kerusakan otak akibat cedera kepala
  • Peradangan otak (ensefalitis)
  • Trauma pada kepala

2. Computed tomography (CT) : pada umumnya orang menyebut CT scan, karena dengan alat inilah terjadi prosedur pemeriksaan yang menggunakan komputer dan mesin yang memancarkan sinar X. Mesin ini akan bergerak memutari tubuh untuk menghasilkan serangkaian gambar struktur dan jaringan pada tubuh Anda dari berbagai sudut. Gambar dari hasil CT scan akan lebih detail daripada rontgen biasa. Kondisi jaringan lunak, pembuluh darah, dan tulang pada berbagai bagian tubuh dapat diamati melalui gambar ini. CT scan dapat digunakan untuk melihat kondisi kepala, bahu, tulang belakang, jantung, perut, lutut, maupun dada. CT scan memang semakin populer dewasa ini karena memberikan gambaran potongan lintang dan tiga dimensi yang rinci dari organ bagian dalam. 

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : merupakan sebuah alat pemindaian yang menggunakan gelombang radio dan magnet untuk membuat gambar. Pemindaian MRI biasanya digunakan untuk mendiagnosis:

  • Sendi 
  • Otak 
  • Pergelangan tangan 
  • Pergelangan kaki 
  • Payudara 
  • Jantung dan pembuluh darah. 

Selama proses pemindaian MRI, seseorang berbaring di pemindai MRI, yang merupakan mesin pencipta medan magnet konstan dan menggunakan gelombang radio untuk memantulkan molekul air dan sel-sel lemak dalam tubuh. Sebenarnya pemindaian antara CT dan MRI tidak jauh beda, hanya saja jika ingin mendapatkan gambar yang lebih akurat, jelas, dan terperinci khususnya otak disarankan menggunakan pemindaian MRI. Selain itu MRI juga dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker dan kelainan degeneratif dari sistem saraf pusat. 

Semoga bermanfaat dan menambah wawasan teman-teman pembaca. 

Referensi :
Anastasia Y. 2008. Pustaka Anak Cerdas Volume 2. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun