Selain tes akademik, tes IQ kerap dijadikan persyaratan untuk mengikuti seleksi penerimaan siswa baru.Â
Ketika saya lulus dari SD kira-kira 6 tahun yang lalu. Kemudian saya mendaftar di suatu Madrasah Tsanawiyah. Pelaksanaan tes seleksi masuk MTs tersebut dilakukan selama dua hari.Â
Hari pertama adalah pelaksanaan untuk tes akademik, kemudian hari ke dua adalah untuk pelaksanaan tes IQ (Intelligence Quotient). Begitupun ketika saya lulus dari MTs, saya melanjutkan mendaftar di MA. Tes seleksi yang diberikan juga sama, yakni dua hari. Dan di salah satu harinya adalah untuk pelaksanaan tes IQ.
Jadi, mengapa tes IQ perlu dilakukan?Â
IQ merupakan sebuah ukuran tingkatan kecerdasan setiap individu. Namun, karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya  tidak konkret, maka tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan intelegensi seseorang. Menurut (Suryabrata, 2002 : 152) dalam (Purwanto 2010: 483) inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang disebut intelligence quotient (IQ).Â
Ukuran IQ adalah nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (mental age, disingkat MA) dengan umur kalender (chronological age, disingkat CA). Sehingga tes IQ dilakukan untuk mengetahui berapa tingkatan kecerdasan seseorang. Sebuah score IQ juga dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori.Â
Orang dengan score IQ di atas 140 dikategorikan sebagai orang yang genius, kemudian 120 -- 139 adalah very superior, untuk 110 -- 119 dikatakan cerdas (superior), selanjutnya 90 -- 109 sedang  (average), 80 -- 89 dikategorikan bodoh (dull average), 70 -- 79 adalah anak pada batas (border line), 50 -- 69 Debil (moron), 30 -- 49 Ambisil (embicile), dan terakhir adalah di bawah 30 yang disebut dengan Ideot.  Â
Mengenai intelegensi, apa sih makna intelegensi itu?Â
Inteligensi merupakan keseluruhan kemampuan setiap indvidu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuannya mengolah atau menguasai lingkungan secara efektif.Â
Adapun inteligensi itu sendiri bukanlah sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Sehingga inteligensi juga dapat diartikan dengan kemampuan umum atau cara berfikir setiap individu dalam proses adaptasi dengan lingkungannya.Â
Dalam psikologi, inteligensi memiliki beberapa teori. Apa saja teori tersebut?Â
1. Teori General InteligensiÂ
Teori ini terdapat pada semua aspek inteligensi secara umum. Contohnya adalah seseorang yang memiliki suatu bakat tertentu sejak ia lahir. Teori tersebut memiliki karakteristik, yaitu :Â
- Kemampuan umum yang telah dibawanya sejak lahir
- Bersifat konstan
- Digunakan dalam setiap kegiatan yang bersifat individu
- Jumlahnya berbeda pada setiap individu
2. Teori Specific Inteligensi
Teori ini hanya terdapat pada beberapa faktor inteligensi atau untuk hal tertentu saja. Contohnya adalah inteligensi yang terdapat pada seseorang yang lebih unggul di beberapa inteligensi saja. Teori ini berhubungan dengan saraf otot, ingatan, latihan serta pengalaman. Karakteristik dari teori tersebut adalah :Â
- Diperoleh dan dipelajari dari lingkungannya
- Faktor spesifik ini bervariasai dari satu kegiatan yang satu denagn yan lainnya dengan individu yang sama.
- Jumlah kandungan faktor spesifik dalam setiap orang pada umunya berbeda
3. Teori PembawaanÂ
Teori pembawaan ini adalah teori yang meyakini bahwa hal yang menentukan pembawaan seseorang adalah sifat atau ciri -- ciri yang dibawa oleh orang tersebut sejak ia lahir.Â
Batas kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu hal ditentukan oleh pembawaan masing -- masing. Pada dasarnya perbedaan akan tetap ada walaupun setiap orang menerima informasi, pelajaran dan latihan yang sama.Â
4. Teori KematanganÂ
Teori kematangan ini merupakan teori yanga meyakini bahwa manusia dikatakan mencapai tingkat kematangan apabila setiap organ tubuhnya telah mampu menjalankan fungsinya masing -- masing secara optimal.Â
Contohnya adalah apabila seorang individu belum bisa memecahkan suatu masalah tertentu, artinya organ tubuh serta fungsi organ tubuh seseorang tersebut belum mencapai tingkat kematangan yang sesuai dengan yang seharusnya. Atau dapat dikatakan bahwa tingkat kematangan ini berhubungan erat dengan umur atau usia seseorang.
5. Teori Minat
Teori minat ini merupakan teori yang meyakini bahwa adanya minat yang khas pada seseorang akan mengarahkan perbuatannya kepada cara atau proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan motif yang menjadi dorongan untuk sutau perbuatan yang dilakukan.Â
Biasanya seseorang akan terdorong untuk melakukan interaksi dengan dunia luar dengan mengeksplorasi, serta lama kelamaan akan timbul minatnya untuk sesuatu hal yang memang sesuai dengan minta seseorang tersebut.Â
6. Teori KebebasanÂ
Teori yang terakhir adalah teori kebebasan. Teori ini merupakan salah satu teori yang menekankan bahwa manusia dapat memilih metode tertentu dalam upayanya untuk memecahkan masalah yang dihadapainya. Kebebasan ini memiliki makna bahwa minat tidak akan selalu menjadi syarat dalam perbuatan yang mengandung inteligensi.Â
Itulah beberapa teori inteligensi yang perlu kita ketahui. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa setiap orang memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-beda. Intelegensi setiap orang dapat diukur dengan salah satu tes, yakni tes IQ. Ketika hasil tes sudah muncul, maka dapat dilihat tergolong dalam kategori apa inteligensi seseorang tersebut?, namun demikian tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan intelegensi seseorang, sebab sesuatu yang diukur ini sifatnya tidak konkret.Â
Referensi : Purwanto. 2010. Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol 16, Nomor 4, Hal 477-485 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H