Gaya hidup minimalis bisa dimulai dengan urban farming, tidak hanya di desa, hidup di kota juga memungkinkan. Hidup dari alam dari yang kita tanam kita pelihara. Hampir semua bahan pangan diproduksi disekitar rumah dan pekarangan, tidak perlu transportasi untuk pengantaran. Mulai dari sayuran, cabai, buah - buahan pelihara ikan, telur, ayam sampai memerah susu sendiri.
Gaya hidup yang tidak terjebak konsumerisme, ketergantungan kepada produk - produk pabrikan yang bisa jadi kemasan sampai isiannya sendiri banyak menimbulkan pencemaran bahkan efek dari gas Rumah Kaca akibat transportasi pengiriman barang.
Coba saja bayangkan, meminum teh yang bisa awet dalam kemasan botol yang kadaluwarsanya bisa dalam waktu tahunan, dibandingan dengan menyeduh teh dari bunga telang sendiri yang ditanam didepan rumah. Lebih sehat mana, bukankah sehat adalah sumber kebahagiaan?
Ketika muncul produk HP baru, kemudian langsung terjebak iklan, ikutan bagaimana bisa mendapatkan gadget terbaru, tahun berganti HP juga berganti termasuk produk elektronik lainnya, motor, mobil, laptop, TV dan semacamnya.
Padahal sebenarnya HP tersebut masih bisa berfungsi baik. Bisakah kita lihat dalam cara pandang kita? Bahwa HP tersebut terdapat logam tanah jarang yang berupa Cobalt, berapa banyak sampah elektronik, konsumtif kebutuhan HP besar maka penggalian Cobalt untuk batrei lithium ini juga beresiko besar.
Sebut saja lubang - lubang tambang yang hanya bisa dimasukin tubuh anak - anak di afrika, beban yang harus dipanggul dan lingkungan tercemar yang sangat tidak sehat untuk mencari bahan baku lithium ini?
Sekolampok masyarakat  di Amerika menerapkan gaya hidup dengan mememilih untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dari makanan yang ditemukan di tempat sampah. Warga New York  ini anggota sebagian besar bukan golongan warga miskin karena mereka faktanya punya pekerjaan dan penghasilan yang menunjang.
Â
Amerika sendiri termasuk yang banyak membuang  makanannya, sisa makanan yang berakhir disampah sampai setengahnya. Memanfaatkan makanan sisa bahkan mengandalkan barang bekas seperti pakaian bekas juga. Kadaluwarsa tepat hari itu atau sehari sebelumnya, buah - buahan yang masih segar banyak berakhir ditempat sampah.
Dengan gaya hidup minimalis, makan makanan seperlunya, pakaian seperlunya, rumah dan energy yang digunakan juga seperlunya bukankah Less is More, Better For Earth and Your Happiness. Berani mencoba?
Tulisan pernah tayang di Nongkrong.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H