Apakah Kamu Tahu?
Penjelasan 1
Pada suatu kesempatan Serambi Mata bertanya kepada salah seorang tetangga yang sudah berusia lanjut namun masih bugar dan sehat. “Apa resep bapak agar tetap sehat dan bugar seperti sekarang ini?”. Dengan santai ia menjawab “tidak ada resep khusus, saya hanya menghindari mengkonsumsi ayam potong (ayam broiler), sehingga tidak memiliki keluhan penyakit apapun sampai sekarang”, imbuhnya.
Cerita lelaki tua tetangga Serambi Mata tadi seakan menjadi jawaban kenapa setiap kesempatan, dokter, tenaga medis dan ahli kesehatan selalu menyarankan kepada pasiennya untuk menghindari mengkonsumsi ayam broiler atau lebih dikenal dengan ayam potong. Karenanya Serambi Mata terpanggil mencari informasi soal bahaya mengkonsumsi ayam tersebut.
Saat ini, kebutuhan protein tidak berbanding lurus dengan kesehatan. Ayam Broiler yang saat ini menarik secara ekonomi, ternyata menyimpan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
“Protein ayam dibutuhkan oleh tubuh kita dan itu mudah didapatkan dari Ayam Broiler. Proses Broiler itu proses membesarkan dengan cepat, agar dapat segera dipanen. Dalam prosesnya banyak disuntikkan bahan kimia seperti hormon, anti biotik dan pakan dari bahan-bahan kimia. Padahal kalau protein yang telah terkontaminasi bahan kimia membahayakan manusia terutama pada perkembangan anak”, Demikian paparan dr. Dini Adityarini, SpA dari Surabaya.
Pendapat ini berseberangan dengan semangat masyarakat yang ramai mengkonsusmsi Ayam Broiler di warung-warung makan cepat saji, baik modern maupun tradisonal.
Dalam konsumsi jangka panjang Ayam Broiler dapat memicu timbulnya penyakit generatif.
“Memang belum ada penelitian kausalitas, tapi sekarang banyak kasus-kasus pada remaja terkena kista. Diduga akibat dari konsumsi hewan yang diternakkan. Dari pemberian hormon pada Ayam Broiler memacu reaksi yang tidak diduga sebelumnya”, jelas Dini.
Khusus untuk anak-anak dokter Dini menghimbau agar mengurangi mengkonsumsi hati dari Ayam Broiler. Pasalnya kandungan kimiawi yang mengendap di hati ayam bila dikonsumsi akan membahayakan pertumbuhan anak.
“Sebenarnya kebutuhan protein hewani diprioritaskan pada usia pertumbuhan anak usia 0-18 tahun. Sedangkan untuk tahap remaja ke atas lebih baik mengkonsumsi protein nabati.
Penjelasan 2
Siapa yang tidak suka dengan daging ayam? Saat ini penjual daging ayam kian menjamur, mulai dari frencise, hingga waralaba terkenal menyajikan menu ayam. Bukan hanya itu saja, warung-warung nasi pun tidak lupa untuk menyajikan menu ayam ini.
Daging ayam memang bisa dibuat menu beragam, mulai dari digoreng biasa, tepung, hingga diolah dengan beragam bahan lainnya. Selain itu, anak-anak juga tidak bisa lepas dari yang namanya daging ayam, baik dalam bentuk daging utuh, atau olahan seperti nugget.
Tapi tahukah Anda, jika ayam jenis broiler yang kita konsumsi sehari-hari memiliki genetik yang berbeda? Mungkin hanya sebagian saja. Ternyata ayam saat ini mempunyai ukuran lebih besar, dibandingkan puluhan tahun silam.
Penelitian yang dilakukan di Kanada memperlihatkan, bagaimana pertumbuhan ayam dari mulai tahun 1957, 1978 dan 2005 yang kian membesar dan gemuk. Yang mengherankan, perkembangan ukuran ayam ini tanpa perlakuan yang khusus, seperti penggunaan hormon, melainkan secara alami ayam memiliki ukuran yang besar.
Ukuran ayam di tahun 1957, tiga kali lebih kecil dari ayam saat ini. Mungkin hal ini juga bisa membuktikan, kenapa tingkat obesitas pada manusia saat ini semakin tinggi, karena konsumsi daging seperti ayam semakin meningkat setiap tahunnya.
Sumber
http://www.rofayuliaazhar.com/2014/12/gambar-stop-makan-ayam.html
http://www.balabala10.com/2014/11/ukuran-ayam-dari-tahun-ke-tahun-semakin.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H