Mohon tunggu...
Oom Roes
Oom Roes Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Solo, sekolah di FE Undip Semarang dan University of Oregon, AS, bekerja di Bank BRI sampai tahun 2002, sekarang tinggal di Bintaro Jaya, Tangerang. Twitter @roesharyanto FB: Oom Roes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Penerus Sultan Hamengku Buwono X?

11 Oktober 2012   05:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:56 29780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349933741565722417

[caption id="attachment_217459" align="aligncenter" width="576" caption="Sultan ke X dengan ke 5 puterinya (kerajaannusantara.com)"][/caption]

Masalah penetapan atau pemilihan kepala daerah Yogyakarta sudah tidak perlu diperdebatkan lagi dengan disahkannya Undang-undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono X baru saja selesai dilantik sebagai Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sesuai dengan ketentuan UU tersebut, Sultan Jogya dan Raja Pakualam yang resmi bertahta, otomatis akan ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur. Masa jabatan gubernur tidak ada batasnya, karena raja tidak mengenal masa jabatan. Raja baru turun tachta kalau mangkat. Sultan IX menggantikan Sultan VIII yang mangkat tahun 1940, Sultan X menggantikan ayahandanya Sultan IX yang wafat tahun 1988.

Siapa penerus Sultan akan menjadi isu yang penting, karena pertama : siapapun yang menggantikan Sultan X nantinya akan menjadi pemimpin Provinsi DIY.Beliau diharapkan mempunyai kualifiaksi tidak hanya sebagai seorang raja tetapiu juga sebagai seorang kepala daerah. Kedua : Seperti diketahui, Sri Sultan HB X tidak memiliki anak laki-laki. Tidak seorang pun dari lima anak Sultan berjenis kelamin laki-laki. Tidakada “paugeran” (peraturan) tertulis yang melarang anak perempuan menjadi penerus tachta, namun dalam sejarah keraton Jogyakarta(Mataram) belum pernah diperintah oleh seorang ratu. Karena itu, banyak pihak menilai keturunan Sultan HB X tidak bisa naik tahta.

Kalau tradisi ini diikuti maka Sultan X harus menunjuk salah satu saudara laki-lakinya sebagai putera mahkota. Sebagaimana diketahui Sultan IX menikahi 5 istri dan mempunyai 22 putera-puteri (15 putera, 7 puteri). Sultan X terlahir dari istri ke 2, KRAy Widyaningrum. Menurut sumber dari kalangan intern, GBPH Yudhaningratatau Gusti Yudha, sesuai garis keturunan dan silsilah, calon penerus Sultan adalah Gusti Hadiwinoto, adik satu ibu dari Sultan HB X. Namun Gusti Hadiwinoto ini usianya tidak terpaut jauh dari Sultan. Penunjukkan putera mahkota sepenuhnya hak prerogatif Sultan, jauh-jauh hari sudah harus ditetapkan dan ditandai dengan pemberian nama kepada kandidat terpilih. Sebagaimana diketahui Sultan X waktu mudanya bernama Bandoro Raden Mas Herjuno Darpito. Setelah dewasa diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi. Setelah dipilih sebagai putera mahkota namanya diganti dengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Hamengku Negoro Sudibyo Rajaputro Nalendro ing Mataram. Dengan pemberian nama ini seluruh kawula Yogyakarta maklum bahwa sang putera mahkota telah diangkat. Hal yang sama juga akan berlaku untuk suksesi Sultan X nanti.

Kalau kita melihat sejarah kerajaan di Indonesia, maka pada abad ke 8 kita pernah mempunyai ratu Sima yang memerintah kerajaan Mataram lama. Juga, di jaman Majapahit kita juga mengenal ratu Tribuana Tunggadewi. Jadi, untuk orang Jawa dipimpin oleh seorang perempuan bukan hal yang ditabukan. Masyarakat Jogya sendiri dari pembicaraan sehari-hari mengisyaratkan kalau tidak keberatan dipimpin oleh seorang ratu. Dengan demikian dimungkinkan salah satu puteri Sultan X suatu saat nanti naik tachta menggantikan ayahandanya. Saya kurang tahu apa nama dan gelar yang diberikan kepada sang puteri mahkota nanti.

Masih terlalu dini mungkin untuk berspekulasi tentang kemuingkinan seorang ratu memimpin Yogyakarta. Masalah ini cukup sensitif di Yogyakarta sehingga belum ada yang berani membicarakan secara terbuka. Walaupun Sultan mempunyai hak prerogatif, namun beliau juga sepenuhnya menyadari bahwa adik-adik laki-lakinya juga merasa berhak untuk naik tachta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun