Seperti yang saya tegaskan pada artikel "Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit". Saya selalu menilai sesuatu dengan objektif.
Ada garis batas.
Contohnya, Juventus yang jadi klub favorit saya sejak 1994. Jika bagus saya puji.
Ketika main buruk pun saya terima. Termasuk, legawa saat kalah dari AC Milan, FC Internazionale, Real Madrid, dan Barcelona.
Begitu juga dengan pilpres. Kendati pilihan saya keok dalam dua edisi beruntun, tapi saya tetap rasional.
Ga sekalipun saya ikut menjelek-jelekkan Jokowi hingga baper. Prabowo kalah pada 2014 dan 2019 ya sudah, memang garis takdirnya seperti itu.
Sementara, untuk kritik sudah pasti. Yang membangun alias konstruktif, baik lewat blog ini atau media sosial.
Itu mengapa, saya juga kerap diajak dalam beberapa acara yang berkaitan dengan pemerintahan Jokowi. Beberapa di antaranya bisa dilihat dalam artikel "Catatan Dua Tahun Kepemimpinan Jokowi-JK" dan "Antara Presiden Jokowi, Asian Games 2018, Blogger, dan Tantangan Menghadapi Revolusi Industri 4.0".
Saya juga turut diundang Sekretariat Kabinet untuk menyaksikan langsung kehidupan di perbatasan pada 2018 lalu. Saat itu, kementerian yang dipimpin Pramono Anung ini mengajak blogger untuk menengok lebih jelas kehidupan masyarakat di Entikong, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia (Selengkapnya di Halaman http://www.roelly87.com/p/selamat-datang-di-halaman-khusus.html).
Jadi, saya berusaha untuk fair. Ada garis batas dalam mencintai sesuatu.
* Â Â Â * Â Â Â *