Andai pendekatannya efisien, tentu sangat bagus. Alurnya, seperti ini:
1. Orderan online masuk
2. Kasir mencetak struk
3. Karyawan segera dapur menyiapkan makanan
4. Karyawan di meja depan siap cek
5. Ojol datang memberi bukti nomor orderan di aplikasiÂ
6. Makanan siap diantar
Di sisi lain, saya juga mengerti alasan mereka enggan langsung membuatkannya saat dapat pesanan online. Itu terkait adanya kemungkinan order fiktif yang bisa merugikan resto.
Ini yang jadi dilema.Â
Meski, setiap aplikator memberi kompensasi jika makanan sudah jadi tapi kena order fiktif. Kendati, tidak 100 persen diganti.
* Â Â Â * Â Â Â *
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!