Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Di Balik Kompasianival 2016

14 Oktober 2016   14:11 Diperbarui: 14 Oktober 2016   14:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Yayat saat mendapat penghargaan Kompasianer of the Year 2016

PRO dan Kontra: Apakah Anda setuju Kompasianival 2016 lebih baik dari tahun lalu? Demikian laman di Kompasiana membuat opini untuk dipilih Kompasianer -sebutan untuk penulis di Kompasiana- sejak 10 Oktober lalu. Tepatnya, dua hari setelah Kompasianival 2016 berlangsung di Gedung Smesco, Sabtu (8/10).

Sebenarnya saya males memilih, sebab tahun lalu saya tidak ikut ke Kompasianival yang diselenggarakan di Gandaria City (Gancit). Itu karena bentrok dengan tugas di luar kota yang berlangsung beberapa hari. Namun, dibandingkan beberapa edisi sebelumnya, terutama 2013, jelas 2016 ini lebih baik.

Mulai dari susunan acara, lokasinya yang berada "Di Rumahnya Koperasi dan UMKM Indonesia", pengisi acara, hingga peran admin atau manajemen Kompasiana itu sendiri. Admin? Ya admin. Dibanding beberapa edisi sebelumnya, admin kali ini lebih "jemput bola" kepada Kompasianer.

Konon katanya -ini konon alias belum diverifikasi kebenarannya- pada beberapa Kompasianival sebelumnya (minus 2015 saya absen) om dan tante admin seperti sulit disentuh. Ini konon ya. Bisa benar atau tidak tergantung persepsi masing-masing. Kalau saya pribadi sih biasa saja. Maklum, saya sudah mengenal jeroan beberapa admin.

Yang pasti, secara keseluruhan, Kompasianival 2016 ini sudah sangat baik. Di antara lima edisi yang saya ikuti, mungkin edisi sekarang hanya setingkat di bawah Kompasianival 2012 di Gancit. Terutama dari segi pengisi acara, kehebohan, dan tentunya faktor keberadaan komunitas.

*        *        *

SIANG itu, awan gelap menggelayuti ibu kota. Dari kawasan timur seusai menghadiri pernikahan rekan, saya memacu sepeda motor dengan perlahan hingga tiba di Gedung Smesco. Saat melirik ponsel, menunjukkan pukul 14.59 WIB.

Kebetulan, dekat meja registrasi ada beberapa rekan Kompasianer sesama ahli hisab termasuk Yoswa Mhardikai. Langsung saja saya meminta pendiri komunitas Kompasiana Penggemar Olahraga (Koprol) itu untuk mengabadikan gambar saya di depan pintu masuk.

Saat itu sedang berlangsung diskusi "Berbagi Inovasi" yang menghadirkan Gamal Albinsaid yang merupakan founder Indonesia Medika bersama I Ketut Alam Wangsawijaya (Senior Manager Aspek Komunikasi Konsumen BCA).

Seusai menyimak acara yang dilanjutkan "Berbagi Ekonomi Kreatif" dari Ricky Pesik (Wakil Kepala Bekraf), Ni Luh Putu Ary Pertami (Creative Director Niluh Djelantik), dan Kerry Yarangga (Manager Community Development PT Freeport Indonesia) hingga "Berbagi Prestasi" dari Wregas Bhanuteja (Sutradara Film Prenjak), Sean Gelael (Pembalap Mobil), dan Wianda Pusponegoro (VP Corporate Communication PT. Pertamina (Persero).

Oh ya, Kompasianival 2016 ini mengusung tema "Berbagi". Menurut saya, tema ini lebih cocok dibanding tahun lalu dengan "Juara". Saya ga tahu relevansi antara juara dengan Kompasianival 2015. Mungkin, rekan-rekan atau admin ada yang mau berbagi info?

Sebab, kalau mau jujur, tema juara lebih tepat untuk tahun ini karena Indonesia berhasil meraih emas di Olimpiade Rio 2016. Begitu juga dengan narasumber yang menurut saya lebih tepat karena diisi praktisi dan atlet bersangkutan dibanding 2015 yang didominasi perwakilan pemerintah. Tapi, ya ga bisa komentar banyak juga mengingat saya tahun lalu ga ikut.

Puncak acara dengan diumumkan Yayat sebagai Kompasianer of the Year. Bagi saya ini bukan kejutan mengingat pemilik akun Kompasiana.com/Yayat ini merupakan Kompasianer yang konsisten menulis olahraga. Khususnya, balapan MotoGP dengan Yayat merupakan fan berat Valentino Rossi yang sudah ditulis sejak 16 Juli 2010 dan konsisten mengulas persaingan MotoGP sejak 18 September 2010.

Tak heran jika lima tahun silam, ketika Kompasiana menggelar Kompasianival perdana di FX Sudirman, saya ikut menjagokan Yayat sebagai salah satu nomine bersama sembilan rekan lainnya (Baca: Kompasianer Terfavorit Versi Kompasianer).

Bahkan, ketika pertengahan September lalu admin mengumumkan calon Kompasianer Favorit pada empat kategori, saya sudah langsung menebak Yayat bakal jadi Kompasianer of the Year. Itu terjadi saat saya diskusi di beberapa grup facebook dan whatsapp. Pasalnya, saat itu, wanita yang gabung dengan Kompasiana sejak 9 Oktober 2009 ini tidak masuk nominasi satu pun. Jadi, pada acara penganugerahan, Yayat bakal dapat kejutan. Terbukti.

Kompasianival 2016 ditutup dengan penampilan Project Pop. Aksi enam sekawan ini membuat rangkaian acara yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB jadi lebih klimaks. Project Pop membawakan beberapa lagu lawas yang tetap ngehits hingga kini seperti Pacarku Superstar, Dangdut Is The Music Of My Country, hingga Bukan Superstar.

Project Pop mampu jadi pamungkas mengikuti Alexa pada Kompasianival 2011, Musikimia (2012), dan Tipe-X (2014). Meski personelnya rata-rata kepala empat, tapi Tika Panggabean dan kawan-kawan tetap antusias "menggoyang" ratusan Kompasianer yang hadir.

*        *        *


Di Rumahnya Koperasi dan UKM Gedung Smesco, Kompasianival 2016 berlangsung

*        *        *


Ucapan selamat dari Tijptadinata dan istri yang terbang langsung dari Aussie

*        *        *


Berdiskusi dengan empat rekan Kompasianer senior: Karena mereka saya termotivasi untuk terus menulis

*        *        *


Bertemu dengan Aulia Gurdi, nomine Kompasianer Terfavorit 2012 dan admin Iskandar Zulkarnaen

*        *        *


Dia berada jauh di sana dan aku di rumah, memandang kagum pada dirinya dalam layar kaca...

*        *        **        *        **        *        *

*        *        **        *        **        *        *

*        *        **        *        **        *        *


Aksi Project Pop menggoyang ratusan Kompasianer yang hadir

*        *        *

MENURUT saya, Kompasianival 2016 ini berlangsung sangat meriah dan sesuai dengan tema "Berbagi". Di antara lima edisi yang saya ikuti -minus 2015-, saat ini sudah ada banyak peningkatan. Saya ingat, ketika kali pertama hadir pada 2011 di FX, acaranya sangat meriah tapi semrawut karena ruangan kecil dan jadwal yang tak beraturan. Hanya, itu bisa dipahami mengingat Kompasianival perdana.

Mungkin, di antara Kompasianival yang berlangsung, edisi 2012 jadi yang paling positif di mata saya. Sebab, admin sudah melakukan banyak perbaikan. Termasuk memberi ruang bagi para komunitas yang sebelumnya sempat terabaikan. Begitu juga dengan lokasi di Skeeno Hall Gancit yang bisa menampung ribuan Kompasianer yang hadir.

Nah, setahun kemudian, Kompasianival mengalami kemunduran. Lokasinya yang sempit di Fountain Atrium, Grand Indonesia, jadi penyebabnya. Nada-nada minor pun berhamburan dari mayoritas Kompasianer yang hadir pada Kompasianival 2013.

Untuk Kompasianival 2014, sudah lebih baik tapi hanya mengikuti pencapaian dua tahun sebelumnya. Kecuali keberadaan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Walikota Bandung Ridwan Kamil serta aksi Tipe-X, saya nyaris tidak memiliki kesan mendalam pada acara yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tersebut. Alias, hanya pengulangan saja dari edisi sebelumnya.

Terlepas dari itu semua, ada satu momen di Kompasianival 2016 yang membuat saya dan rekan-rekan Kompasianer lainnya kehilangan. Sebab, kami tidak bisa lagi bertemu dengan Windu Hernowo. Pemilik akun Kompasiana.com/WinduHernowo itu telah berpulang sejak 15 Agustus lalu.

Meski terpaut usia yang jauh, tapi bagi saya Windu merupakan sosok yang menginspirasi. Di tengah keterbatasannya, beliau selalu berusaha untuk hadir pada beberapa acara yang diselenggarakan Kompasiana. Termasuk ketika kami asyik berdiskusi mengenai komunitas pada Kompasianival 2011 dan 2012 yang keberadaannya sebagai perwakilan dari komunitas Desa Rangkat.

Itu mengapa ada yang kurang ketika saya berdiskusi di sudut Gedung Smesco bersama Thamrin Dahlan, Edy Priyatna, dan beberapa rekan Kompasianer senior lainnya. Biasanya, jika Kompasianival akan berlangsung, Windu sangat antusias untuk menghadirinya dari kediamannya di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Keterbatasan fisik tidak jadi penghalang bagi pendiri LSM-Himpunan Peduli Stroke ini. Ya, selamat jalan Windu Hernowo...


Windu Hernowo (memakai tongkat) pada Kompasianival 2011

*        *        *

Artikel Terkait Kompasianival

- 10 Kompasianer Terfavorit Versi Kompasianer

- 10-12-11 Antara Kompasianival dan El Clasico

- Kompasianival: Karnaval ala Kompasiana

- Kompasianival: Pesta Inspiratifi yang Menyatukan Kita

- Kompasianival: Kita Semua Pemenangnya

- Kompasianival: Sisi Lain Sebuah Pesta I

- Kompasianival: Sisi Lain Sebuah Pesta II

Artikel HUT Sebelumnya

- Satu Tahun di Kompasiana: Belajar Ngeblog dan Ngeblog sembari Belajar

- Jose Mourinho, Dua Tahun di Kompasiana, dan Kawah Candradimuka

- Tiga, Hattrick, dan Treble

- Karena Kompasiana Saya bisa Belajar Reportase

Tentang Kompasiana

- Di Balik Dapur Kompasiana

- Kompasiana Berusia Empat Tahun, Selanjutnya?

*        *        *

Untuk foto-foto selengkapnya Kompasianival sejak 2011 hingga 2016 bisa dilihat di laman blog pribadi saya, Galeri Foto Kompasianival

- Jakarta, 14 Oktober 2016 (Tiga hari setelah HUT keenam saya di Kompasiana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun