Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengalaman Hari Pertama Mengantar Sekolah Setelah 18 Tahun

24 Juli 2016   05:13 Diperbarui: 24 Juli 2016   08:26 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pun tersenyum dengan memberi anggukan sambil mengingat siapa sosok tersebut yang sepertinya tidak asing lagi. Namun, ketika saya ingin menanyakan, ternyata beliau sudah mendahului. Ini yang membuat saya kaget dan sama sekali tidak menyangka.

"Rully. Ini Rully?" pria tersebut membuka pembicaraan.

"Iya pak. Maaf, bapak dengan siapa?"

"Lha, kamu lupa ya? Saya aja sebagai guru masih ingat."

"Bapak, pak..."

"Iya, saya Firdaus. Kamu kan yang waktu kecil suka bawa bola ke kelas?"

Mendengar penuturan beliau membuat saya terhenyak. Sebab, jujur saja, bukan karena sengaja saya tidak tahu namanya tapi memang lupa. Bisa dipahami karena selang 18 tahun sejak lulus SD membuat memori saya penuh. Meski, sekilas saya ingat dengan wajahnya yang dulu mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Kebetulan, sejak dulu, mata pelajaran itu bersama sejarah merupakan favorit.

Saya pun langsung menghampiri dengan mencium tangannya. Beliau menyambut dengan merangkul erat pundak saya. Ya, pepatah mengatakan, sekali jadi guru, selamanya tetap guru. Itu jadi salah satu momentum paling berkesan dalam seperempat abad lebih hidup saya. Apalagi, meski sudah nyaris dua dekade, beliau masih ingat dengan nama panggilan saya sejak kecil.

Kami pun berbincang sebagaimana ayah dan anak di sisi kelas. Termasuk ketika beliau menanyakan bekas luka di kaki saya akibat diserempet sepeda motor saat berangkat sekolah naik sepeda. Kebetulan, pak Firdaus dan beberapa guru ini yang membopong saya ke rumah sakit di bilangan Cengkareng. Akibat insiden itu, membuat saya tidak masuk sekolah selama beberapa bulan sekaligus menghapus impian jadi pesepak bola.

Dari pak Firdaus juga, saya mendapat kabar hanya ada dua dari puluhan guru, termasuk dirinya yang saya kenal yang masih mengajar di SD tersebut. Mayoritas sudah pensiun, mengajar di SD negeri lain, serta ada yang alihprofesi. Itu diungkapkannya sebelum kami berpisah. Beliau akan ke kelas lain untuk mengajar dan saya menemani adik saya yang masih malu-malu karena kali pertama berseragam SD setelah dua tahun di TK.

Oh, ibu dan ayah, selamat pagi
Kupergi belajar sampai kan nanti
Selamat belajar nak penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun