Rekan blogger dan mahasiswa foto bersama dalam Pelatihan Duta Damai Dunia Maya (PDDM) 2016
INDONESIA kembali dikejutkan dengan bom bunuh diri yang berlangsung sehari sebelum Idul Fitri pada Selasa (5/7). Insiden yang terjadi di Mapolresta Solo ini mengingatkan publik pada peristiwa serupa lima bulan lalu. Tepatnya, pada 14 Januari 2016 di depan pos polisi Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, yang menimbulkan empat korban jiwa.
Tentu, rakyat dan pemerintah Indonesia tidak ingin berbagai insiden itu terulang lagi. Terutama karena rentetan teror bisa melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa. Sekaligus, membuat khawatir setiap turis mancanegara yang sekaligus melumpuhkan pariwisata di Tanah Air.
Untuk itu, pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatasi teror tersebut. Yaitu, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Nah, tugas lembaga yang dipimpin Komisaris Jenderal (Komjen) Tito Karnavian ini tidak hanya sekadar menangkap pelaku terorisme saja. Melainkan juga turut mengedukasi generasi penerus bangsa ini agar tidak turut serta dalam organisasi yang mengatasnamakan kelompok tertentu yang ingin melakukan teror.
Itu dikatakan Tito saat membuka Pelatihan Duta Damai Dunia Maya (PDDDM) 2016 di Hotel Kartika Chandra, Selasa (14/6). Kebetulan, saat itu, saya mendapat kehormatan untuk mengikuti rangkaian acara yang berlangsung tiga hari bersama beberapa blogger dan mahasiswa.
Tujuan dari PDDDM ini untuk mengantisipasi gerakan radikalisme yang menjurus ke arah teror. Terutama untuk memberi arahan remaja dan anak muda yang masih labil. Tentu, saya yang termasuk dalam 120 peserta PDDDM tidak ikut serta bersama BNPT untuk menggerebek teroris atau terjun langsung ke daerah yang rawan konflik.
Melainkan, cukup melakukan sosialisasi lewat tulisan di internet kepada orang terdekat seperti keluarga dan rekan, khususnya yang masih muda, agar tidak tergoda dengan iming-iming tersebut. Cara seperti ini serupa dengan program yang dicanangkan Badan Nasional Narkotika (BNN) yang kerap saya ikuti.
Bedanya, BNN fokus untuk melakukan pencegahan pada narkotika dan obat terlarang (narkoba). Sementara, BNPT untuk penanggulangan terorisme. Ya, narkoba dan terorisme merupakan dua dari tiga musuh besar bangsa ini. Satu lagi merupakan korupsi yang tentu bukan domain saya sebagai blogger karena tindakan itu melibatkan orang-orang besar di negeri ini.
"Yang kita lakukan bersama-sama dalam tiga hari ini bukan hanya untuk kita saja. Tapi juga demi bangsa ini. Kalian, blogger dan mahasiswa merupakan ujung tombak kami (BNPT) untuk menanggulangi terorisme melalui dunia maya," kata Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdurrahman Kadir.
Apa yang dikatakan Kadir dan Tito beralasan. Sebab, dunia maya memang seperti koin yang memiliki dua sisi. Negatifnya, beragam info mengenai tindakan radikalisme dan terorisme seperti membuat bom beredar di berbagai media sosial, khususnya youtube.
Dalam kesempatan itu, BNPT juga mengundang beberapa pembicara kompeten yang barkaitan dengan pencegahan terorisme. Yaitu, Roy Simangunsong selaku Country Business Head Twitter Indonesia, Agung Yudha (Public Policy Twitter Indonesia), Dwi Adriansah (Head of Business Developmen  Twitter), Ryan Raharjo (Tim Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan), dan Pranji Pragiwaksono (perwakilan anak muda).