Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menelusuri Wajah Baru Stasiun Maja, Parung Panjang, dan Kebayoran

18 Mei 2016   05:08 Diperbarui: 4 Juli 2016   03:43 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dikatakannya beralasan mengingat pria kelahiran 13 November 1975 ini memang setiap hari menggunakan jasa Commuter Line. Berkat Rushan  juga, saya mendapat informasi mengenai penamaan Stasiun Tigaraksa di blog-nya bersama Sobari yang dalam artikelnya menginginkan penambahan kata Solear.

Stasiun Maja memiliki luas lantai 2.570 meter2 dengan tinggi 15,2 meter yang terdapat dua peron. Menurut Joice, stasiun yang berlokasi di kecamatan Maja, kabupaten Lebak, Banten ini, dikondisikan untuk menampung 4.687 penumpang.

"Renovasi Stasiun Maja dilakukan demi meningkatkan minat rakyat Indonesia, khususnya masyarakat yang berada di pinggir Jakarta untuk beralih menggunakan transportasi massal berbasis rel. Yaitu, kereta api, untuk mobilitas baik dari daerah asal (yang berada di pinggir Jakarta) menuju ibu kota dan sebaliknya," Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko, menambahkan.

Usai menjelajah setiap sudut Stasiun Maja selama satu jam, kami pun melanjutkan perjalanan untuk singgah di Stasiun Parung Panjang dan Kebayoran. Nah, di Stasiun Parung Panjang ini, saya merasa agak kontras hingga membuat saya prihatin.

Sebab, kemegahan dan bersihnya areal gedung tidak sebanding dengan kondisi di areal sekitar. Khususnya, akses dari dan menuju stasiun yang sangat semrawut di pasar Parung Panjang serta banyak jalan rusak akibat dilewati truk yang mungkin melebihi tonase.

Bahkan, menurut beberapa warga sekitar yang sempat saya tanya, kondisi menuju stasiun sangat menyedihkan. Terutama jika hujan lebat yang bukan lagi membuat jalan seperti tergenang, melainkan mirip kolam renang.

Sebagai blogger, tentu saya sangat menyayangkan pemandangan di sekitar Stasiun Parung Panjang yang jadi noktah kecil tapi sangat berpengaruh. Tentu, ini bukan salah PT KAI, PT KCJ, atau DJKA-Kemenhub karena terkait jalan dan pasar Parung Panjang melibatkan pemerintah daerah setempat.

Dalam hal ini, pemerintah kabupaten Bogor dan pemerintah provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari masyarakat umum saya berharap berbagai instansi itu untuk melakukan sinergi. Agar, akses menuju stasiun lebih tertata yang diharapkan makin membuat warga sekitar untuk antusias menggunakan kereta api.

*       *       *

SELAYANG pandangan mata saya di Stasiun Parung Panjang mengingatkan saya pada adagium lawas yang berbunyi, "Tiada gading yang tak retak." Ini jadi catatan kecil yang minus bagi saya sepanjang mengikuti rangkaian #BloggerWisataStasiunDJKA. Ya, bagaimanapun, sebagai blogger, saya harus kritis melaporkan apa yang telah saya lihat dan rasakan dalam periode itu seperti yang sebelumnya saya lakukan terhadap Bea Cukai.

Kritik, saran, dan pendapat dari masyarakat umum, termasuk blogger sangat diperlukan guna meningkatkan pelayanan moda transportasi massal. Saya berharap, kesemrawutan di sekitar Stasiun Parung Panjang bisa segera diatasi. Juga, dengan Stasiun Tenjo yang lokasinya di persimpangan jalan hingga ketika ada kereta api membuat kendaraan dari dua sisi harus menunggu lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun