Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menelusuri Wajah Baru Stasiun Maja, Parung Panjang, dan Kebayoran

18 Mei 2016   05:08 Diperbarui: 4 Juli 2016   03:43 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AGAK pangling ketika saya menginjakkan kaki di Stasiun Palmerah. Lantaran kondisinya berbeda 180 derajat dibanding beberapa tahun lalu. Kini, stasiun yang diresmikan pada 6 Juli 2015 itu (sumber: PT KAI) itu sudah bersolek.

Tidak ada lagi kesan kumuh, kotor, rungsep, dan sebagainya saat saya menjelajah setiap sudut di Stasiun Palmerah. Sebaliknya, saat ini kesannya jadi lebih modern, megah, luas, hingga futuristik, Baik dari peron, lantai dua, tempat tiket, lift untuk disabilitas, mushola, passanger service dengan keberadaan kursi roda, ruangan menyusui, hingga toilet seperti berada di hotel dan bukan lagi stasiun. Itu saking bersih dan terawat.

"(Stasiun Palmerah) ini jadi percontohan untuk stasiun modern di Indonesia. Nanti, akan dibangun beberapa stasiun lagi seperti Palmerah. Termasuk, yang akan kita kunjungi tiga di antaranya seperti Maja, Parung Panjang, dan Kebayoran," tutur Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Joice Hutajulu, saat berdiskusi dengan kami sambil menunggu kehadiran KRL Commuter Line.

Menarik, dalam kesempatan itu, Joice yang ditemani tiga rekannya (Candra, Wiwit, dan Sapto) dari DJKA Dishub, bahwa modernisasi Stasiun Palmerah tidak menghilangkan ciri khas sebelumnya. Yaitu, mereka masih mempertahankan bangunan lama yang kini berfungsi sebagai ruang kepala stasiun.

"Bangunan lama di Stasiun Palmerah ini jadi cagar budaya yang harus dilestarikan. Untuk itu, pada pembangunan stasiun baru ini, bangunan lama tetap dipertahankan dan dapat berfungsi dengan baik," Joice mengungkapkan yang mengingatkan saya pada dua cagar budaya di ibu kota yang pernah saya kunjungi. Yaitu, Candranaya dan Masjid Hidayatullah yang masih terawat meski dikelilingi gedung bertingkat.

Dari Stasiun Palmerah menuju Maja menempuh jarak sekitar satu jam yang sesuai dengan aplikasi GPS di ponsel saya. Banyak pemandangan menarik yang saya dapat dalam gerbong sepanjang perjalanan. Mulai dari pemandangan menarik di dalam dan luar kereta hingga berbagai fasilitas pendukung lainnya.

Seperti, informasi jadwal kereta di setiap pintu untuk memudahkan penumpang, beragam petunjuk yang berisi apa saja yang dilarang untuk dibawa ke dalam gerbong, layar LCD dengan berbagai tayangan informatif, hingga pegangan pada gerbong yang kokoh dan fungsional.

Sebagai pribadi yang menyukai hal detail, jelas saya senang dengan inisiatif dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Khususnya, PT Kereta Api Commuter Line Jabodetabek (KCJ) selaku operartor KRL dan DJKA-Kemenhub sebagai regulator.

Tak heran jika saat ini Commuter Line tidak sekadar jadi alternatif moda transportasi saja. Melainkan, sudah jadi primadona dan andalan masyarakat untuk bepergian. Itu terkait kondisi stasiun dan kereta yang bersih ditambah pelayanan prima dan tarifnya yang terjangkau bagi rakyat Indonesia.

*       *       *

"STASIUN Maja sekarang sudah lebih modern. Bikin memudahkan warga untuk bepergian dengan Commuter Line dari atau ke Jakarta," tutur rekan blogger Rushan Novally saat kami tiba di Stasiun Maja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun