Itu ditegaskannya saat berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) DKI Jakarta saat penggusuran Kalijodo. Bahkan, ayah dua anak ini segera meninggalkan rapat di kantornya untuk menuju Jalan Thamrin saat insiden 14 Januari terjadi. Saat itu, Krishna langsung mempertaruhkan nyawanya demi melumpuhkan aksi terorisme.
"Yg buat pernyataan, coba aja deh, pake Sirine terobos lalulintas dari semanggi ke sarinah .... 10 Menit cocok! Kenapa sudah pake Rompi (anti peluru)? Suka nonton film2 gak sih.... Biasanya detektif2 itu rompinya selalu siap di mobil mereka dan langsung bereaksi? Ya Namanya Polisi harus selalu langsung siap beraksi! Lah ... Masa mau ngopi2 dulu di Starbucks, gitu?" demikian bunyi status Facebook Krishna pada 20 Januari lalu.
Menyimak ketegasan itu, saya pun berandai-andai jika Krishna jadi Gubernur atau Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tentu, ini hanya khayalan saya semata mengingat lulusan Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri 2012 itu  memiliki karier yang cerah di Kepolisian. Saat ini, Krishna menjabat sebagai Kombes pada usia 46 tahun. Itu berarti, pria berbintang Capricorn ini punya waktu 12 tahun menjelang pensiun.
Kelak, Krishna bakal menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen), Irjen, Komjen, dan mungkin --jika mulus-- berakhir dengan Jenderal. Bahkan, dalam periode 1,5 windu dari sekarang, bisa jadi karier sosok yang terlibat dalam pengungkapan kasus pajak Gayus Tambunan ini mendapat kepercayaan Mabes Polri untuk memegang posisi penting.
Mulai dari Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) tipe B jika Brigjen dan tipe A (Irjen) seperti Polda Metro Jaya yang prestisius. Selanjutnya, andai lancar, bukan tidak mungkin jabatan Kabareskrim, Kepala BNN (jika masih belum setara kementrian), Irwasum, Wakapolri, bahkan Polri. Toh, nasib orang siapa yang tahu. Namun, dengan menilik catatan kinerjanya yang lurus seperti jalan tol, kecuali faktor x atau force majeur, tentu Krishna bisa mencapai jalur tersebut.
* Â Â Â Â * Â Â Â Â *
Di sisi lain, sejak Adang Daradjatun -eks Wakapolri- bersaing dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI 2007, saya belum pernah lagi menyaksikan adanya calon gubernur (cagub) atau calon wakil gubernur (cawagub) dari pihak kepolisian. Pada Pilgub 2012, seluruh cagub dan cawagub terbagi antara politisi, pengusaha, purnawirawan TNI, dan independen.
Pun begitu menyaksikan kemungkinan Pilgub tahun depan yang lagi-lagi didominasi politisi, pengusaha, dan independen. Menurut saya, masyarakat akan mendapat banyak alternatif jika ada perwakilan dari kepolisian untuk bersaing. Baik itu aktif atau purnawirawan. Sebab, 2017 bisa jadi momentum bagi Polri untuk membuktikan sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat. Apalagi, dua tahun berselang, akan ada pemilihan umum (pemilu) yang serentak di Indonesia, termasuk pemilihan presiden.
Pertanyaannya, siapa tokoh yang diusung atau pantas mewakili Polri? Jika menilik popularitas saat ini, Krishna salah satu yang kompeten. Tentu, popularitas saja tidak cukup. Namun, masih ada waktu lebih dari 11 bulan menuju 19 Februari 2017 untuk menyosialisasikan diri lebih lanjut ke seluruh lapisan masyarakat.
Memang berat mengingat cagub-cawagub lainnya sudah lebih dulu dikenal warga Jakarta. Apalagi, Krishna tidak memiliki kendaraan politik. Berbeda dengan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang meski bakal maju sebagai independen namun sudah memiliki modal kuat memimpin sejak 2014.
Faktanya, saat itu, Joko Widodo (Jokowi) pun tidak terlalu dikenal warga Jakarta (kecuali yang asal Solo) ketika mendeklarasikan sebagai cagub tiga tahun lalu. Bahkan, banyak survei lebih mengunggulkan incumbent saat itu, Fauzi Bowo. Tapi, ending-nya seperti yang kita tahu, Jokowi dan Ahok yang melenggang ke Jalan Merdeka Selatan.
Tentu, Krishna bisa mencontoh pasangan tersebut. Meski, itu hanya kemungkinan kecil bagi mantan penyidik Bareskrim ini. Sebab, dengan mencalonkan sebagai cagub atau cawagub sama saja seperti pertaruhan yang nyaris mustahil karena harus pensiun dini dari Polri. Pasalnya, jika gagal, kariernya yang telah dibangun sejak 25 tahun silam di kepolisian bakal lenyap begitu saja.