(Esai Foto) Kronologis Blogger Membongkar Rahasia Bea CukaiÂ
BEA dan Cukai. Di kolong langit ini, siapa sih yang tidak mengenalnya? Kebetulan, bulan lalu, sempat heboh mengenai kinerja instansi pemerintah ini terkait banyak beredar barang impor ilegal. Bahkan, hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi instruksi khusus untuk menanggulanginya.Â
"Instruksi saya pada Dirjen Bea Cukai untuk mengusut impor ilegal sudah dilaksanakan. Praktik ini harus dibasmi -Jkw," tutur Jokowi melalui akun twitter pribadinya, @jokowi, pada 16 Oktober lalu.
Saya sependapat dengan pria asal Solo tersebut. Sebagai bagian dari masyarakat luas, kita harus aktif mengawasi kinerja pemerintah. Termasuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sebab, mereka memegang peranan penting dalam perekonomian negara ini.Â
Nah, gayun pun bersambut. Menjelang Hari Anti Korupsi Sedunia yang diperingati setiap 9 Desember, saya bersama belasan rekan blogger mendapat kehormatan untuk menyaksikan kinerja Bea Cukai.Â
Sebagai blogger yang penasaran dengan kinerja mereka dari penghulu ke hilir dan sebaliknya, tentu kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Alhasil, kami, para blogger menggeruduk markasnya di dua tempat berbeda pada Rabu, 18 November 2015.
Apa dan bagaimana kinerja Bea Cukai kami "bongkar" habis-habisan. Simak kronologisnya di bawah ini:
Saya dan belasan blogger berkumpul di dua tempat berbeda. Depan ITC Cempaka Putih dan Stasiun Juanda dengan menaiki bus yang disediakan pihak Bea Cukai.
* Â Â Â * Â Â Â *
Kami sampai di Kantor Pos Pasar Baru yang bertempat di Jalan Lapangan Banteng Utara Nomor 1, Jakarta Pusat, sekitar pukul 08.00 WIB. Sekilas info, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) memang mendapat tempat di gedung tersebut pada lantai dua.
* Â Â Â * Â Â Â *
Seperti biasa, sebelum mengikuti acara, kami harus registrasi dulu. Ini sebagai bukti kami blogger yang tidak hanya aktif di dunia maya saja, melainkan juga dunia nyata.
* Â Â Â * Â Â Â *
Selanjutnya, kami mendapat seperangkat alat salat name tag dan buku panduan dari pihak penyelenggara. Gunanya, sebagai penunjuk identitas kami yang sebenarnya.
* Â Â Â * Â Â Â *
Sesi diskusi dengan tiga narasumber. Dari kiri ke kanan sebagai berikut:
- Nurtanti Widyasari yang menjabat sebagai Kepala KPPBC Tipe Pratama Kantor Pos Pasar Baru
- Muhammad Akhadi Jatmiko (Kepala Bidang Analisis dan Tindak Lanjut Kepatuhan Internal PUSKI)
- Himawan Setiyo (Kasubsi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan KPPBC Tipe Pratama kantor Pos Pasar Baru)
Ternyata, di balik wajah yang serius, mereka asyik diajak untuk diskusi. Tidak ada gap di antara kami. Semua larut dalam dialog mengenai kinerja Bea Cukai tanpa ada yang ditutup-tutupi.
* Â Â Â * Â Â Â *
Kami diberi kewenangan untuk "menjelajah" seluruh areal kerja KPPBC Kantor Pos Pasar Baru. "Di sini, tidak ada yang kami tutup-tutupi. Semua berhak melihat kinerja kami, termasuk kalian blogger. Namun, untuk bisa ada di sini harus tertib agar tidak mengganggu kerja petugas," kata salah satu petinggi KPPBC Kantor Pos Pasar Baru yang enggan disebut namanya kepada saya.
* Â Â Â * Â Â Â *
Ada yang aneh dengan foto ini?
Ya, di dalam layar hasil x-ray itu terdapat tengkorak! Tentu ini dilarang karena Bea Cukai yang menangani dan menyortir kiriman pos dari luar negeri ke Indonesia. Namun, untuk beberapa hal, diperbolehkan dengan syarat surat resmi. Misalnya, tengkorak untuk tim medis yang ingin mempelajarinya.
* Â Â Â * Â Â Â *
Salah satu petugas sedang menyisir ribuan barang dari luar negeri bersama anjing pelacak yang disebut Kinain (K-9). Saat itu terdapat beberapa barang ilegal, seperti narkoba. Lalu, apa saja? Silakan lihat foto-foto lanjutannya.
* Â Â Â * Â Â Â *
Ini parfum merek ternama yang disita petugas. "Harga ini (parfum) satunya bisa lebih mahal dari harga motor saya," demikian bisik-bisik di antara petugas dan rekan blogger.Â
Oh ya, mungkin kita bertanya, kenapa parfum ini disita? Karena ilegal! Konsumen (oknum) di Indonesia membelinya dengan cukup banyak dan -mungkin- dijual lagi dengan untung besar tanpa kena pajak
* Â Â Â * Â Â Â *
Salah satu barang ilegal yang disita. Yaitu, alat bantu seks untuk wanita yang disebut Dildo. Kenapa disita (lagi)? Ya, mereka memasarkannya tanpa izin resmi. Wajar disita karena merugikan negara.
* Â Â Â * Â Â Â *
Lagi-lagi alat bantu seks. Kali ini untuk pria. Konon, harganya mencapai ratusan ribu di pasar gelap dan online shop. Menurut salah satu petugas, barang seperti ini merupakan santapan sehari-hari bagi mereka. Lantaran sudah sering menerimanya. Tentu, selain zat terlarang (narkoba) yang kerap dimusnahkan bersama BNN, Kepolisian, dan pihak terkait.
* Â Â Â * Â Â Â *
Setelah puas berkeliling di KPPBC Kantor Pos Pasar Baru, kami pun melanjutkan acara. Kali ini giliran kantor pusatnya yang terletak di Jalan Yani By Pass, Rawamangun, Jakarta Timur. Agenda kami, bertema Blogger "Gerebek" Kantor Pusat Bea Cukai! Hiperbola? Tentu saja tidak. Toh, kami benar-benar mengamati setiap sudut yang ada di gedung mereka. Salah satunya, Museum Bea Cukai yang berada di lantai 1 gedung utama.
* Â Â Â * Â Â Â *
Sepeda motor dan sepeda gowes -menurut salah satu penjaga- yang memiliki sejarah panjang. Oh ya, museum ini menyimpan ribuan barang dan benda kenangan mantan yang bernilai tinggi. Museum ini terbuka untuk umum dari pagi hingga sore. Hanya, saat ini gedungnya sedang direnovasi, jadi pengunjung harus menyesuaikan dengan keadaan.
* Â Â Â * Â Â Â *
"Inilah tempat 'penampungan' kekesalan masyarakat," kata Jatmiko, tersenyum. Ya, ini ruangan call center, pengaduan, dan keluh kesah. Tapi bukan soal mantan atau curhat, melainkan tentang layanan Bea Cukai. Layanan ini gratis dan tidak dikenakan biaya.
Sebagai informasi:
No telepon: 1500225 (Ingat, bukan 14055, itu mah telepon layanan makanan cepat saji!)
No telepon bebas pulsa: 0800-100-3545Â
SMS: 0821-30-202045
Email: pengaduan.beacukai@customs.go.id, puski.beacukai@gmail.com
Facebook:Â https://www.facebook.com/DitjenBeaCukai
Twitter:Â https://twitter.com/beacukaiRI
Website:Â http://www.beacukai.go.id/
Jadi, jika rekan-rekan atau keluarga serta kerabat ada yang merasa dirugikan, jangan ragu untuk menghubungi kontak Bea Cukai. Mereka ramah-ramah kok. Oh ya, data kita DIJAMIN KERAHASIAANNYA.
* Â Â Â * Â Â Â *
Ini saya bersama maskot Bea Cukai. *pesan sponsor! (alah, pede banget)
* Â Â Â * Â Â Â *
Kami mengunjungi Unit Pendidikan dan Pelatihan Anjing Pelacak Narkotika yang lokasinya masih satu areal di kantor pusat. Sekadar info, tidak sembarang orang boleh masuk kawasan ini. Jadi, jika ada rekan blogger yang tertarik menyambanginya, diharap untuk konfirmasi terlebih dulu kepada pihak terkait.
* Â Â Â * Â Â Â *
Â
Ada Apa dengan Kardus? (AADK).
Deretan kardus ini untuk latihan anjing pelacak seperti yang digunakan di KPPBC Kantor Pos Pasar Baru. Oh ya, saya memiliki beberapa rekaman yang menarik saat anjing pelacak mengikuti latihan yang sayangnya gagal di-upload di youtube. Mungkin karena durasinya terlalu lama hingga tidak bisa untuk diunggah.
* Â Â Â * Â Â Â *
Ini kandang puluhan anjing pelacak. Sekadar informasi, terdapat kasta di antara mereka. Yang sudah senior diberi tempat tidur dan kamar mandi pribadi (serius). Atau untuk anjing yang sudah berjasa atau telah bekerja untuk Bea Cukai selama beberapa tahun. Jenisnya beragam seperti Labrador, Beagle dan German Shepherd. Mereka ada yang pasif dan juga aktif.
"Mereka dilatih di sini untuk mengendus zat terlarang. Mereka tidak galak, tapi pengunjung harus hati-hati. Namanya juga anjing," Himawan, menjelaskan.
* Â Â Â * Â Â Â *
Tiada perjamuan yang tak berakhir. Nyaris seharian kami, belasan blogger menggeruduk ke KPPBC Kantor Pos Pasar Baru dan kantor pusat di Rawamangun untuk membongkar "rahasia" Bea Cukai. Kunjungan dan penjelasan dari pihak mereka sukses membuka hati kami, khususnya saya pribadi.
Bagaimanapun dicap jelek atau mendapat respons negatif dari masyarakat, pihak Bea Cukai sudah bekerja sungguh-sungguh. Sebagai blogger, saya salut dengan sikap keterbukaan mereka yang menunjukkan "Ini loh, kinerja kami selama ini," dan sikap karyawannya dari bawah hingga atasan yang mau menerima kritik.
Jangan lupa, kritik dari blogger saat kunjungan itu superpedas. Namun, mereka justru berterima kasih. Menurut mereka, dengan adanya kritik dari kami bisa membuat pihak Bea Cukai berbenah untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat.
* Â Â Â * Â Â Â *
- Jakarta, 25 November 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H