Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tujuh Permainan Tradisional yang Asyik untuk Ngabuburit

15 Juli 2015   04:27 Diperbarui: 15 Juli 2015   04:27 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Permainan dampu dengan melompati kotak demi kotak (sumber foto: Dokumentasi pribadi)"][/caption]

SORE itu, Sabtu (11/7) suasana di kediaman saya sangat ramai. Di seberang jalan ada yang bersiap menunggu bus untuk pulang kampung (pulkam). Begitu juga di depan gang, terdapat warung yang dipenuhi antrean pembeli kolak. Sementara, tak jauh, berkumpul beberapa bocah sedang asyik bercanda. Usut punya usut, ternyata mereka tengah mengikuti salah satu permainan tradisional: Dampu.

Senang rasanya melihat keasyikan mereka bermain dampu di tengah derasnya teknologi. Maklum, saat ini -setahu saya- sudah jarang ada anak kecil yang masih melakukan permainan tradisional. Itu akibat gencarnya teknologi, hingga mayoritas lebih memilih untuk bermain playstation, ke warnet, atau larut dengan gadgetnya masing-masing.

Kebetulan, saat itu sekitar pukul 16.00 WIB, saya sedang mengajak adik saya yang paling kecil, Putry, untuk ngabuburit, alias menunggu waktu berbuka puasa. Jadi, saya pun dengan senang hati mengiyakan permintaan adik saya untuk nimbrung sejenak. Ya, selain bulan puasa (Ramadan), kapan lagi bisa menyaksikan para bocah yang sedang bermain dampu sambil ngabuburit?

Seketika, saya jadi teringat dengan masa kecil pada belasan tahun silam. Yaitu, ketika teknologi belum merambah anak seusia kami. Biasanya, nyaris setiap sore, kampung kami ramai dipenuhi anak-anak yang sedang ngabuburit di tengah lapang. Entah itu, bermain sepak bola, bulu tangkis, tak benteng, dan sebagainya.

Berikut, tujuh cara asyik kami lakukan sambil ngabuburit:

- Main Dampu

Saya yakin di antara pembaca artikel ini, sudah lupa dengan cara bermain dampu? Hayo ngaku! He he he. Sama kok, saya juga lupa-lupa ingat. Kalau saja adik saya tidak menunjukkan cara melempar batu untuk melompati garis demi garis, mungkin saya masih bingung. Oh ya, dampu itu permainan yang membutuhkan tenaga untuk melompat baris demi baris usai melempar batu ke kotak tertentu. Kalau tidak salah, ada sembilan kotak yang harus kita lewati dengan kaki tidak menyentuh garis. Pemenangnya, yang piawai melompat secara bolak-balik tanpa menginjak garis. Bingung? Sok atuh, silakan dipraktekkan sendiri biar ga bingung mumpung masih ada dua hari puasa.

- Monopoli

Ini salah satu permainan favorit kami waktu masih kecil hingga kini di antara kami sudah punya anak kecil lagi. Dulu, saya dan teman sebaya memakai papan monopoli yang terbuat dari kertas. Paling kesel kalo masuk penjara. Tapi, senengnya pas dapat Kesempatan dan Dana Umum. Dekade 1990-an, harga monopoli masih lumayan mahal bagi seukuran kami. Alternatifnya, yang lebih murah meriah ya, ludo sama ular tangga.

- Bulu Tangkis

Rasanya, dulu bangga kalo bisa main olahraga tepok bulu ini. Apalagi sore hari yang ramai di tanah lapang dan ketika remaja berharap dilihat pemandu bakat karena kediaman kami dekat sebuah Gelanggang Olah Raga (GOR). Oh ya, selain memakai raket, kami juga biasa menggunakan triplek yang sudah dibentuk atau rotan pemukul kasur. Permainannya simpel, bisa sendiri (single), berdua (double) atau ganda campuran.

- Sepak Bola

Permainan sekaligus olahraga sejuta umat ini sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi. Sebab, banyak cara untuk bisa memainkannya. Misalnya, ketika lapangan becek akibat hujan, kami tetap bermain di gang atau parkiran. Tiang gawangnya? Bisa memakai kaleng yang ditengahnya ditancapkan kayu berisi semen. Atau, paling ekonomis dengan batu dan sendal.

- Benteng

Jujur saya sudah lupa dengan permainan ini. Pasalnya, sudah belasan tahun tidak memainkannya lagi. Tapi, permainan yang di kampung kami disebut "Tak Benteng" ini seru juga lho. Kita bisa lari-larian gitu. Mirip dengan petak umpat dan sebagainya.

- Egrang

Mengingat permainan ini jadi terbayang nostalgia  remaja. Kalau tidak salah, saya bisa bermain egrang saat sudah berseragam putih biru, alias bukan anak-anak lagi. Tapi, di kampung saya dulu, permainan ini paling sering dimainkan anak-anak. Apalagi, caranya relatif mudah. Kita hanya butuh keseimbangan agar bisa berjalan dengan dua batang bambu yang di bawahnya terdapat pijakan kaki. Dulu itu, berasa keren jika bisa bermain egrang di tanah lapang yang tidak hanya saat ngabuburit saja, melainkan juga sehabis sahur.

- Bekel

Salah satu permainan yang paling sering saya dan teman sebaya lakukan di teras rumah yang menghadap ke lapangan. Tapi, kalau ingat permainan  yang terbuat dari bola karet disertai biji bekel yang terbuat dari tembaga atau kuningan (lupa). Sayangnya, saya punya memori kelam dengan permainan ini akibat stigma "harus perempuan" yang memainkannya. Lantaran, akibatnya, ada teman yang -maaf- hingga kini,  jadi kemayu akibat konon sering berbaur dengan anak perempuan bermain bekel.

*      *      *

Sebelumnya:
- Kenangan Main Petak Umpet (Horor) *      *      *

- Cikini, 15 Juli 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun