Mirisnya, dua tahun lalu, saya mengamati ada film lokal yang tayang kurang dari sepekan (baca Ironi Film Indonesia: Terasing di Negeri Sendiri). Yang tak kalah menyedihkan, tahun lalu, saat menyaksikan Guardians, gedung bioskop hanya terisi enam orang!
* Â Â Â * Â Â Â *Â
Untuk itu, saya berharap pemerintah menerapkan regulasi terkait jadwal rilis film luar demi mengakomodasi sineas lokal. Biar bagaimanapun, Lebaran merupakan ajang pelaku industri perfilman nasional untuk meraup untung karena masyarakat sedang menikmati liburan. Jangan sampai, mereka malah menjadi "buntung" karena pendapatannya digerus film luar.
Salah satu contoh menarik, terjadi pada Lebaran tahun lalu ketika salah satu film Marvel Studio, Guardians of the Galaxy. Seharusnya film tersebut rilis di Indonesia pada Lebaran (bertepatan dengan tayang di AS 21 Juli 2014) namun akhirnya diundur hingga beberapa pekan untuk memberikan kesempatan kepada perfilman lokal.
Lalu, apakah kita, tepatnya saya tidak boleh menyaksikan Ant-Man? Tentu saja boleh. Namun, waktunya setelah libur Lebaran. Ini menjadi solusi demi mengakomodasi industri perfilman nasional yang pendapatannya sangat bergantung pada pekan pertama. Toh, kita tentu tidak ingin hanya menjadi "penonton" di negeri sendiri.
Setelah libur Lebaran berakhir yang ditandai dengan masuk kerja dan sekolah, baru kita menyaksikan film luar seperti Ant-Man dan sebagainya. Yuk, dukung perfilman nasional dengan menontonnya pada pekan pertama!
* Â Â Â * Â Â Â *
Â
Sebelumnya:
- Mencari Hilal: Tontonan Sekaligus Tuntunan Film Berkelas
- Setelah Ultron Giliran Ant-Man Beraksi