Ya, biar bagaimanapun, banyak nilai-nilai luhur di negeri ini yang sejatinya tidak kalah dengan Jepang. Bahkan, budaya Indonesia kerap diadopsi mereka. Salah satunya keramahan dari seluruh penghuni pabrik, mulai dari karyawan hingga atasan di TMMIN. Asimiliasi budaya itu yang saya saksikan secara nyata sepanjang waktu kunjungan selama setengah hari.
Jika dari Indonesia identik dengan keramahan, saling tolong menolong antarkaryawan, hingga gotong royong. Untuk budaya Jepang yang diterapkan di TMMIN yang paling saya ingat mengenai kedisiplinan. Ya, disiplin itu yang menjadi faktor utama Toyota untuk tetap konsisten dan berinovasi hingga menjadi sukses seperti saat ini.
Dari Kompasiana Visit itu juga, saya turut belajar untuk disiplin. Seperti mengikuti anjuran mereka dengan menutup kameran belakang ponsel melalui stiker agar tidak bisa memotret. Himbauan mereka itu jelas saya ikuti. Sebagai tamu, tentu saya harus menuruti apa kata tuan rumah. Termasuk ketika memotret melalui kamera saku seperti di postingan pertama, saya selalu meminta izin terlebih dulu kepada beberapa petinggi TMMIN yang mendampingi kami.
Begitu juga saat menyusuri areal pabrik. Saya awalnya heran ketika pihak TMMIN meminta kepada setiap pengunjung agar mematuhi dua hal. Pertama, jika naik atau turun tangga, kami diwajibkan berpegangan pada tiang yang ada di sisi kiri dan kanan serta jalan kaki di jalur karpet hijau yang sudah disediakan agar tidak tersenggol roda mesin otomatis.
Kedua, saat melintasi pabrik, kedua tangan tidak boleh disimpan di saku atau sambil menelepon dan memegang ponsel. Termasuk untuk mengikuti tweet competition yang sudah ada prosedurnya, yaitu kami boleh men-tweet di tempat yang disediakan dan setelah mendapat kode.
Setelah dijelaskan lebih lanjut, saya baru mengerti. Ternyata, berpegangan pada tiang di sisi tangga berguna agar pengunjung tidak terpeleset atau terjatuh yang sudah tentu dapat membahayakan diri sendiri. Begitu juga ketika sedang jalan di areal pabrik, tangan tidak boleh disimpan dalam saku atau dilipat. Fungsinya, agar kalau terjadi apa-apa, seperti tersandung barang dan sebagainya, kedua tangan itu akan refleks demi menghindarkan bahaya yang menimpa kepala.
Oh ya, dua himbauan ini juga bukan hanya berlaku pada kami atau pengunjung lainnya. Melainkan juga terhadap setiap penghuni pabrik mulai dari karyawan hingga pejabat teras TMMIN.
Satu hal yang berkesan, ketika hendak makan siang –saat itu sebelum puasa– di salah satu kantin, antre itu sudah jadi budaya di TMMIN. Jadi, kami tidak bakal melihat ada yang menyerobot saat menunggu santap siang. Dan lagi, setiap menu itu untuk seluruh penghuni pabrik tanpa membeda-bedakan status.
Isi makanannya? Sangat bervariasi, ada lauk daging (ayam, ikan, sapi), sayuran (sayur asem), gorengan (tempe, tahu), lalapan, kerupuk, buah (pisang), hingga sambal yang menjadi santapan wajib. Oh ya, di setiap kantin yang tersebar di TMMIN itu, setiap orang wajib melayani diri sendiri (self service). Mulai dari mengambil nasi, sayuran, hingga mengembalikan peralatan makan!
Jadi, oleh-oleh yang saya dapat dari Kompasiana Visit sejak di pabrik TMMIN hingga Gedung Bentara Budaya Jakarta, bukan sekadar menambah pengetahuan saja. Melainkan juga, menyelami salah satu rahasia kesuksesan Toyota hingga bisa seperti ini. Yaitu, dalam hal kedisiplinan.*
* Â Â Â * Â Â Â *