Aktivitas beberapa relawan di pinggir jalan (Kompasiana.com/roelly87)
Sebelumnya, saya sangat penasaran dengan aktivitas tim relawan "Saber Community" alias Komunitas Sapu Bersih. Maklum, saya kerap membaca berita di media cetak maupun online mengenai pekerjaan mulia mereka membersihkan jalanan dari "ranjau paku" yang berserakan. Apalagi, hampir setahun lalu, saya dan beberapa Kompasianer pernah bertemu dengan perwakilan mereka di sebuah acara talkshow di televisi.
Akhirnya, dini hari tadi, Minggu (31/3) saya berhasil menguntit kegiatan mereka setelah beberapa kali gagal mengikutinya. Awalnya memang tidak sengaja, sebab, saya hanya berpapasan usai melewati jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Ketika itu, saya tertarik dengan beberapa orang relawan yang berdiri di pinggir jalan , sambil menyeret besi panjang di tangan kiri, dan lampu lalu lintas berwarna merah.
Mulanya, saya mengira mereka polisi yang sedang patroli. Itu karena mereka mengenakan rompi berwarna hijau dan memakai helm, yang mirip dengan petugas lalu lintas. Anehnya mereka hanya fokus menatap jalanan sambil menyeret sebuah sebilah kayu panjang berisi magnet. Karena penasaran, saya pun memarkir sepeda motor untuk menghampiri mereka.
Setelah melihat dari dekat, ternyata mereka itu relawan "Saber Community". Mengetahui hal itu, tentu membuat saya kian tertarik untuk menanyakan pada salah seorang relawan itu sekaligus mengikutinya. Sebenarnya, tanpa bertanya pun, sedikitnya saya sudah mengetahui rutinitas mereka yang profilnya banyak tersiar luas di beberapa media, terutama online.
Namun, karena penasaran ingin mendapatkan jawaban langsung, dari mereka sendiri, saya pun ingin sedikit mengobrol panjang lebar. Beruntung, mereka sangat ramah, dan saya dapat mengetahui kegiatan sehari-harinya dari salah satu relawan bernama Nanang. Menurut Bang Nanang -begitu saya memanggilnya- aktivitas relawan Saber setiap malam menyusuri jalan sepanjang Daan Mogot hingga Cempaka Putih.
"Ya, begini hampir setiap pulang kerja, mungutin paku sampe Galur," ujar Bang Nanang. "Kalo di sini masih lumayan, yang parah itu pas di Grogol, Istana sama Galur. Makanya mas, hati-hati kalo lewat sono. Mending jalanin motor pelan-pelan, daripada ngebut malah bolong bannya."
Sebenarnya saya tidak begitu kaget mendengar ucapan Bang Nanang itu, sebab, di tiga daerah itu memang dikenal banyak paku berserakan yang entah disebar oleh siapa. Tapi, yang mengherankan ketika mendengar di kawasan Istana Negara, yang merupakan "ring satu" alias kediaman Presiden RI. Sontak, timbul pertanyaan, kok bisa?
Tentu ini menjadi masukan bagi pemerintah, terutama pemerintah provinsi DKI Jakarta, agar tidak timbul banyak korban. Terlebih, kawasan tersebut sangat ramai dilalui kendaraan, hingga dikhawatirkan mudah menimbulkan korban dari ban sepeda motor, mobil, dan angkutan umum. Lalu, Bang Nanang menunjukkan kantong yang penuh berisi paku, dengan ukuran beraneka ragam.
Menurutnya, yang paling sering memakan korban, paku yang masih baru. Itu karena saat disorot lampu kendaraan, paku tersebut tidak terlalu kelihatan dibanding paku yang sudah karatan. Dia mengimbau masyarakat agar berhati-hati menjalankan kendaraan, terutama di kawasan yang diketahui banyak ranjau paku. Sebab, jika ban bocor, selain mengakibatkan kecelakaan, juga khawatir ancaman perampokan.
Selanjutnya, ketika saya menanyakan apa benar, mereka tidak digaji sama sekali oleh pemerintah, dia hanya tersenyum. "Apa yang kami lakuin ini, semata-mata panggilan dari hati sendiri. Inisiatif pribadi," kata Bang Nanang mengakhiri perbincangan sambil memisahkan paku yang menempel di magnet untuk dimasukkan dalam kantong berwarna hijau.
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
Sebelumnya:
- Suka Duka Relawan Ranjau Paku Saber Community - Tidak Semua Tukang Tambal Ban Adalah Penebar Paku di Jalan...
* Â Â Â * Â Â Â *
- Jakarta, 31 Maret 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H