"Di sini, Indonesia itu identik dengan Soekarno, Jakarta, Bali, Mei 1998, Komodo, Candi Borobudur, Rendang, Luwak, dan Sepak bola!" Itu kalimat yang diucapkan seorang kawan yang tinggal di belahan bumi utara, tepatnya sebuah negara kecil di kawasan Eropa  Selatan saat berbincang melalui media sosial. Sebuah ungkapan yang menggelitik dan penuh makna. Setidaknya, mampu membuat saya bangga jadi orang Indonesia. Soekarno? Siapa yang tidak mengenal sosok presiden pertama negeri ini yang hingga lebih dari empat dekade setelah kematiannya tetap dikenang hampir masyarakat internasional. Apalagi, namanya kerap dijadikan sebagai nama jalan raya di beberapa kota di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Jakarta? Sudah pasti ibu kota dari Indonesia. Bali? Meski terkadang lebih terkenal dari Indonesia itu sendiri, tetap saja sebagai bagian dari negeri ini. Tepatnya sebuah provinsi yang memiliki keindahan pantai dan budaya yang eksotik. Mei 1998? Entah apa alasannya, peristiwa ini menjadi stigma buruk Indonesia di mata internasional. Komodo, Candi Borobudur, Rendang, Luwak? Itu keunggulan dari negeri yang dijuluki sebagai jamrud khatulistiwa. Bahkan, masyarakat internasional mengakui kalau keempat nama yang disebutkan itu merupakan khas Indonesia. Di kolong langit ini, emang ada Komodo selain di Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur? Rendang? Ah, dahsyatnya masakan ini sungguh memukau jutaan warga dunia yang diwakili survei dari kantor berita ternama, CNN. Sepak bola? Duh, untuk nama yang terakhir ini sungguh membuat saya mengernyitkan dahi, bingung mau berbicara apa. Sambil mengingat kembali memori dalam beberapa hari silam. Indonesia versus Chelsea 1-8, versus Liverpool (0-2), versus Arsenal (0-7). Selesai? Nanti dulu. Masih ada lanjutannya, vs Belanda 0-3, vs Valencia (0-5), vs FC Internazionale (2-4 dan 0-3), vs Bahrain (0-10)! Menjadi sumir jika menyebut sepak bola sebagai identitas khas dari Indonesia. Sebab, bukan prestasi yang dibanggakan, justru kekalahan, konflik, keributan antarpemain, kerusuhan di stadion, kematian pemain, mafia wasit dan sebagainya. Memang, masih ada sisi positifnya dari sepak bola Indonesia. Salah satunya gol terbaik di Piala Asia yang dicetak Widodo Cahyono Putro melalui tendangan salto ke gawang Kuwait pada 1996. Lalu, fanatisme dari penggemar sepak bola itu sendiri yang membuat kagum pelatih sekaliber Jose Mourinho. Bayangkan, hanya laga persahabatan saja, Stadion Gelora Bung Karno (GBK) mampu dihadiri 80 ribu penonton. Jumlah itu bahkan jauh melebih final Liga Champions antara Bayern Muenchen vs Borussia Dortmund, dan final Piala Eropa 2012 antara Spanyol vs Italia! Alasan fanatisme suporter itu yang mungkin memberi ilham pengarang komik terkenal Kapten Tsubasa, Yoichi Takahashi membuat salah satu episode di Indonesia. Memang, aksi Tsubasa Ozora dan kawan-kawan hanya dalam komik. Namun, mengingat detailnya Takahashi membuat cerita dan gambar tentang Indonesia, berupa Stadion GBK, suasana Kota Jakarta, terutama Tugu Selamat Datang (Bunderan HI). Apalagi, dalam cerita itu Indonesia sebagai tuan rumah, yang membuat saya bangga! Meski, lagi-lagi saya harus menggigit jari karena dalam cerita tersebut, Indonesia yang diwakili pemain di bawah usia 19 tahun (U-19) selalu kalah dalam empat pertandingan lawan Korea Selatan, Kuwait, Suriah, dan Irak. Kecewa? Tentu saja tidak. Sebab, Takahashi, sebagai pengarang komik tersebut memang sudah jujur melukiskan kondisi sepak bola Indonesia. Walaupun, bisa saja karena itu hanya komik, lalu Takahashi mengarang agar Indonesia lolos ke final agar berhadapan dengan Jepang :) Selain di Kapten Tsubasa, Indonesia juga turut dikenal di beberapa komik lainnya. Mulai dari Dragon Ball yang mengambil Bali sebagai tempat turnamen Tenka Ichi Budokai. Smash, dengan tokoh utama yang mengidolakan pebulutangkis kebanggaan Indonesia, Taufik Hidayat. Dan beberapa komik lagi, baik terbitan Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat yang mencantumkan segala sesuatu berbau Indonesia. Meski hanya komik, namun saya bangga dengan keberadaan yang berbau Indonesia. Sebab, komik itu setidaknya dilihat ratusan juta anak atau remaja yang secara tidak langsung mengenalkan Indonesia. Bahwa, negara yang memperingati Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus mendatang itu, tidak senegatif yang dibayangkan melalui peristiwa Mei 1998, atau buruknya prestasi di sepak bola.
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257281" align="aligncenter" width="480" caption="Suasana Stadion GBK di komik Kapten Tsubasa (umpantarik.blogspot.com)"][/caption]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257282" align="aligncenter" width="461" caption="Perhatikan keberadaan obor PON yang mirip di foto dengan komik"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257292" align="aligncenter" width="444" caption="Tim Indonesia bersaing di Grup A. Sayang kalah terus..."]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257285" align="aligncenter" width="485" caption="Taufik Hidayat, legenda sebagai atlet dan juga anutan di komik"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257286" align="aligncenter" width="491" caption="Son Goku dan Kuririn menyaksikan tayangan televisi tentang Bali"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257287" align="aligncenter" width="512" caption="Bentuk arena pertarungan dibuat seperti nuansa di Bali"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_257291" align="aligncenter" width="380" caption="Ada yang aneh dengan gambar komik ini?"]
* Â Â Â * Â Â Â *
Referensi: - CNN - Indonesia - Dragon Ball - Umpan Tarik - Chelsea
* Â Â Â * Â Â Â *
Sebelumnya tentang Komik: -Â Mengenang Kepergian RA Kosasih, Inspirasi Komikus Indonesia -Â Komik Petruk, Warisan Budaya Asli Indonesia - Komik The Raid, Dari Warna Merah Menjadi Hitam Putih - Komik, Kenangan Jadul yang Tak Terlupakan
* Â Â Â * Â Â Â *
- Jakarta, 30 Juli 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H