Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Beda Nasib Kartini-Kartono

23 April 2013   03:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:46 3386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*      *      *

17 September 1904, Kartini harus meregang nyawa di usia muda, 25 tahun. Itu terjadi setelah empat hari sebelumnya Kartini melahirkan anak semata wayangnya, Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat. Kelak, putra tunggalnya itu menjadi seorang pejuang Indonesia melawan penjajahan Belanda dan Jepang, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.

Meski hidupnya singkat, tapi Kartini berhasil memberikan peninggalan penting bagi bangsa ini. Melalu persamaan derajat perempuan, yang tetap dikenang abadi. Di alam sana, mungkin beliau tersenyum karena pemikirannya menjadi tonggak bersejarah. Terutama karena hampir 100 tahun kepergiannya, sudah tidak ada lagi seorang istri yang mlaku ndodok -alias ngesot- di depan suami dan anak sendiri.

Di sisi lain, Kartono tetap meneruskan perjuangan Kartini. Kendati dengan cara sedikit berbeda. Beberapa tahun setelah kematian adik tercintanya, Kartono menjadi Kepala Perguruan Taman Siswa di Bandung dan menjadi senior aktivis pergerakan seperti Sukarno (Presiden RI pertama), Mr. Sunario Sastrowardoyo (mantan Menteri Luar Negeri), Mr. Usman Sastromidjojo (mantan duta besar RI), dan lainnya.

Selain sebagai wartawan dan pengajar, Kartono juga ahli dalam bidang pengobatan. Bahkan, sebelumnya, dia menjabat sebagai kepala penerjemah Liga Bangsa-Bangsa (sebelum PBB) di Jenewa, Swiss pada 1919. Alhasil, bagi saya, baik Kartono maupun Kartini sama-sama seorang tokoh pejuang meski Kartono belum ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, selayaknya sang adik.

Terima kasih untuk kawan-kawan Kompasianer yang telah memberi koreksi dan tambahan mengenai tulisan ini.

*      *      *

Referensi: - Manungguling Ilmu dan Laku (Kompas.com) - Proyek Patung Sosrokartono Terindikasi Korupsi (Antaranews.com) - Si Jenius Pujaan Adik (Majalah Tempo, 22 April 2013)

*      *      *

- Jakarta, 23 April 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun