Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lima Musisi Legendaris Malaysia

26 November 2012   21:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:38 11970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_225996" align="aligncenter" width="358" caption="Ilustrasi/ Admin (Shutterstock)"][/caption] Jelang pertandingan Piala AFF antara Indonesia versus Malaysia, Sabtu mendatang, biasanya kerap dibumbui "fanatisme" rivalitas dari negara serumpun. Apalagi, dalam dua turnamen terakhir, di SEA Games 2011 dan Piala AFF 2010, Indonesia harus mengakui keunggulan dari tim berjuluk "Harimau Malaya". Kendati kalah di sepak bola, namun di blantika musik, Indonesia patut bangga. Sebab, dalam satu dekade terakhir, beberapa band dan musisi Indonesia mampu berjaya di Malaysia. Dimulai dari Dewa 19, Slank, Ungu, Radja, Peterpan, hingga yang terkini, Noah. Bahkan, populeritas Krisdayanti, Rossa, dan Agnes Monica, mampu menggantikan tempat musisi asli negeri jiran, Siti Nurhaliza dan Sheila Majid. Hanya, segala sesuatu di dunia ini tiada yang instan, begitu juga di ranah musik. Pasalnya, dulu di dekade 1980-an hingga menjelang pergantian milenium, justru musik asal Malaysia gencar menyerbu Indonesia. Namun, seiring pergantian zaman, sekarang populeritas mereka sudah memudar, yang ironisnya di Malaysia sendiri bahkan kalah bersaing dengan gempuran Noah dan kawan-kawan. Semoga saja kebangkitan musisi Indonesia, mampu diikuti oleh tim nasionalnya yang kini akan berlaga di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Meski begitu, secara langsung maupun tidak langsung, lantunan tembang lawas musisi Malaysia, sempat mempengaruhi perkembangan generasi muda, terutama yang besar dalam dekade 1990-an. Seperti halnya duet Inka Christie dengan Amy Search, saat melantunkan tembang "Cinta Kita".

*      *      *

1. Search Dia... Isabella Lambang cinta, yang lara Terpisah kerana, adat yang berbeda Cinta  gugur bersama Daun daun, kekeringan... Bagi yang lahir di era 1970-an hingga 1980-an, tentu sering mendengan lagu dahsyat dari band Search, berjudul Isabella. Ya, lagu tersebut menjadi pemantik dari bergeliatnya musisi asal Malaysia, yang sempat stagnan pada dekade 1980-an. Search, yang digawangi vokalis Suhaimi bin Abdul Rahma, atau biasa dipanggil Amy Search, sontak menjadi idola pada dua dekade lalu. Berbekal lagu Isabella yang termuat dalam album "Fenomena"  tahun 1989, sukses meledak di Indonesia hingga terjual lebih dari 600 ribu keping. Padahal di negeri asalnya, album tersebut hanya mampu terjual tidak lebih dari 200 ribu keping. Musik yang kalem namun meledak di pertengahan, membuat Search berhasil menjadi penyambung invasi musisi Malaysia di Indonesia. Sebelumnya ada P. Ramlee, Anita Serawak, dan Sheila Majid, yang juga menuai banyak penggemar serumpun di Indonesia.

*      *      *

2. Exist Mendengar band Exist, sudah pasti yang terngiang di telinga adalah lagu Mencari Alasan. Tidak dapat dipungkiri, lirik lagu melow tersebut mempunyai magnet tersendiri sekitar tahun 1995-1998. Saya pribadi awalnya kurang begitu menyukai lirik melankonis dari Exist, karena karena saat itu lebih menggandrungi musik berbau Rock, semacam Guns N' Roses, atau  minimal musik lokal semacam Dewa 19, dengan hit abadinya, Kirana. Namun, karena faktor "Mencari Alasan" ini, yang membuat saya penasaran dengan band yang dibentuk tahun 1991 tersebut. Imbasnya, meski sudah berselang dua windu, lagu-lagu Exist lainnya, menjadi sering didengar akibat gencarnya serbuan musisi Malaysia lainnya.

*      *      *

3. Siti Nurhaliza Berbicara mengenai Siti Nurhaliza, tidak melulu tentang lagu "Cindai" yang begitu populer di Indonesia. Namun, banyak juga hit yang dikeluarkan dari penyanyi berusia 33 tahun ini. Tembang Dialah Di Hati, Wajah Kekasih, Purnama Merindu, hingga Aku Cinta Padamu, membuat saya menganggapnya sebagai Janis Joplin atau Alanis Morissette, dan bukan musisi negeri jiran. Ngetop di usia 18 tahun berkat Cindai, mampu dipertahankannya hingga belasan tahun kedepan. Termasuk ketika ia tampil solo saat konser di London, yang merupakan pertunjukkan perdana dari musisi asal Malaysia di negera Wayne Rooney tersebut. Hanya, jika dibandingkan musisi solo perempuan asal Indonesia, tentu suara merdu Siti Nurhaliza masih kalah jauh. Terutama dengan Nike Ardilla dan Anggun C. Sasmi, yang merupakan salah satu anutan dari Siti Nurhaliza binti Tarudin tersebut.

*      *      *

4. Stings Stings merupakan salah satu dari rombongan terakhir musisi Malaysia yang menggempur ranah musik Indonesia di dekade 1990-an. Terkenal dengan lagu Adakah Kau Setia dan Kusapu Air Mata Perpisahan, membuat band yang berdiri di Penang pada 1994 ini berkibar kencang. Seperti halnya beberapa musisi sejenis, lirik dari Stings identik dengan melow yang terkesan "mendayu-dayu". Meski demikian, hingga kini tetap saja banyak yang menyukainya, atau paling tidak sering mendengar saat pedagang kaset dan vcd menyetelnya di Stasiun maupun pinggir jalan.

*      *      *

5. Iklim Dermaga saksi bisu Waktu kukecup keningmu Perlahan kau lepaskan, pegangan tanganku Aku lihat, kau menangis... Lambaian tanganmu Masih ku ingat selalu Itu yang terakhir Kumelihat dirimu... Saat mendengar sepenggal lirik berjudul "Bukannya Aku Tak Cinta", tentu saya tidak sedang membayangkan sedang berada di Teluk Bayur, Sungai Danau, atau Tanjung Perak, sekalipun. Tapi, itu hanyalah sebuah lagu yang sedikitnya mengandung euforia tersendiri. Bukannya Aku Tak Cinta, terdapat dalam album "Dunia Iklim" tahun 1993, yang lebih terkenal dibanding hit sebelumnya, Suci Dalam Debu. Iklim sempat merajai tangga lagu di Malaysia dan Indonesia, ketika masih digawangi vokalis Salim Abdul Majid, atau biasa disebut Saleem. Bersama Uk's, Slam, Sultan, Spoon, dan beberapa band beraliran rock melayu lainnya, mereka sukses berbagi tempat diantara riuh rendahnya kemunculan band lokal di Indonesia. Namun, seleksi alam mulai berbicara ketika kini musisi atau band bergenre rock melayu tersebut mulai terpinggirkan. Mereka tidak hanya ditinggal penggemarnya di Indonesia, melainkan juga di Malaysia sendiri, akibat gaya bermusik mereka dirasa stagnan paska pertengahan dekade 2000-an ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun