[caption id="attachment_215611" align="aligncenter" width="614" caption="Ibu Christie dan Kang Pepih Nugraha di Kompasianival 2011"][/caption] "Mengapa saya? Apa yang terjadi? Apa salah Saya" Ini sangat normal. Mungkin pertanyaan untukku adalah: "Mengapa Christie tidak pernah menanyakan tentang apa pun, apa yang tuhan sudah kerjakan untuknya?" - KTMAS : Bab 42 : Halaman 8.
* Â Â Â * Â Â Â *
Sebagai orang awam, mendengar kata Stroke, yang terngiang di kepala kita adalah vonis menakutkan yang berakibat pada satu kalimat: Kelumpuhan. Bagaimana tidak, penyakit yang dahulunya identik sering dialami orang yang berusia diatas 65 tahun itu, kini bisa menyerang siapa saja. Termasuk pria dan perempuan berusia dibawah 45-50 tahun, bahkan tak jarang ditemui beberapa kasus yang menimpa pada remaja belasan tahun. Hal tersebut dialami oleh seorang Kompasianer Christie Damayanti. Perempuan yang lahir pada 13 Juni 1969 itu, merasakan betapa sulitnya harus bergelut dengan stroke yang dideritanya sejak dua tahun lalu. Namun, dengan semangat dirinya yang pantang menyerah, serta dukungan dari keluarga serta orang terdekat, membuat Sarjana Arsitektur ini mampu menghadapinya. Berawal dari liburan pada Januari 2010 lalu, Ibu Christie -panggilan beliau- mulai mengenal stroke saat ia sendiri merasakan lumpuh di tubuh bagian kanan. Sontak, apa yang dirasakan Ibu dari dua anak itu, menjadi salah satu pukulan terberat dalam hidupnya. Seperti yang tertuang dalam buku perdana beliau, berjudul Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit: "Aku stroke? Masa bodo, aku pasti sembuh kok, sebodooo, aku bahagia kok. Tuhan sayang aku kok," pekik Ibu Christie, waktu pertama kali menyadari dirinya terkena stroke. Pengalaman nyata yang dialaminya itu menyiratkan semangat tak kendur meski didera penyakit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kompasianer of  the Year 2011 ini, justru semakin terpacu untuk segera sembuh. Berbekal semangat akan pertolongan dari Tuhan, Ibu Christie percaya jika manusia telah berusaha pasti ada jalan keluar dariNya. Apalagi, sebagaimana penyakit lainnya, malah stroke menjadikannya ujian tersendiri untuknya. Sebab, menurut penggemar filateli ini, dibalik suatu penyakit, musibah, atau bencana, pasti ada berkah tersembunyi. "Aku selalu duduk di mejaku. Bermain dengan laptopku. Merenungi duniaku. Mencoba berbicara dengan hatiku. Apa yang Tuhan mau dari aku?"
* Â Â Â * Â Â Â *
Banyak kisah inspirasi yang mengalir dalam buku Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (KTMAS). Tentang, bagaimana Ibu Christie, begitu semangatnya menulis kendati hanya memakai tangan kiri. Hal ini, tentu tidak pernah terpikirkan, oleh kita yang terbiasa menulis dengan kedua tangan. Bagi saya, buku setebal 290 halaman ini, adalah referensi untuk mengetahui cara dan seluk beluk menghadapi stroke. Kendati belum memahami seluruh isi yang terkandung dalam buku tersebut, karena banyak hal tersirat yang harus dipahami tidak hanya sekadar dibaca dua atau tiga hari saja. Tapi, dengan membaca  buku yang dihasilkan dari ratusan tulisan beliau, setidaknya mampu memberikan inspirasi mengenai semangat untuk pantang menyerah dalam menghadapi sebuah cobaan hidup. Seperti yang dikatakan Ibu Christie pada halaman 225: "Tetap semangat! Aku saja, yang memang 'cacat' karena stroke (walau hanya sementara) tetap bersemangat menjalani kehidupan ini, mengapa yang lain tidak bisa?"
* Â Â Â * Â Â Â *
Judul : Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit Penulis : Christie Damayanti Penerbit : Leutikaprio Tahun Terbit : Juni 2012 (Cetakan Pertama) Jumlah Halaman : 290 Genre : Motivasi ISBN : 978-602-225-504-8
[caption id="attachment_215610" align="aligncenter" width="538" caption="Sampul depan Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (dok. pribadi)"]
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_201976" align="aligncenter" width="491" caption="Dalam acara diskusi kesehatan Kompasianer Pak Posma Siahaan"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_201964" align="aligncenter" width="369" caption="Bersama Om Valentino di pameran Filateli, Museum Prangko"]
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
* Â Â Â * Â Â Â *
Jakarta, 1 Oktober 2012 - Resensi Buku Kompasianer Lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H