[caption id="attachment_190460" align="aligncenter" width="608" caption="Reruntuhan rumah warga akibat kebakaran, dilihat dari jalan layang Angke (dok. pribadi)"][/caption] "Banyak nyamuk Mbok. Sing sabar ya, Nduk. Dikit lagi sahur, kita pindah..."
* Â Â * Â Â *
JAKARTA –  Obrolan lirih terdengar di tenda-tenda pengungsian di bawah jembatan layang Angke, Jakarta Barat. Kebakaran yang menghanguskan puluhan rumah di Kampung Janis, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, pada Sabtu (28/7) sungguh memilukan bagi warga setempat. Api yang melalap perumahan di kawasan padat penduduk itu, memakan korban jiwa dua anak kecil serta hilangnya tempat tinggal ribuan warga sekitar. Akibatnya, sejak Sabtu malam, banyak warga yang mengungsi dengan mendirikan kemah di dekat areal reruntuhan dan juga bawah jembatan layang Angke. Dini hari tadi, sekitar pukul 01 Wib (30/7), akhirnya saya baru sempat mendatangi lokasi kebakaran yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal saya, di kawasan Jembatan Lima. Betapa mirisnya saat melihat puing-puing akibat amukan si jago merah, sementara di sebelahnya terdapat beberapa warga yang duduk tak berdaya di tenda pengungsian dengan tatapan kosong saat memandang bekas rumah mereka. Kembali lagi Ibukota diterpa musibah. Terutama kebakaran yang sering melanda di kecamatan padat penduduk Tambora. Padahal di awal Juli (3/7) juga terjadi kebakaran di kawasan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat yang disebabkan oleh kosleting listrik hingga mengakibatkan ratusan warga kehilangan tempat tinggalnya. Di kawasan Angke ini, kebakaran sendiri terjadi siang hari sekitar pukul 13 WIB, saat beberapa warga sedang teriknya melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Menurut beberapa warga yang sempat saya tanyakan, penyebab kebakaran tersebut kemungkinan berasal dari percikan lilin dari salah seorang warga. Sebuah kondisi yang memprihatinkan, karena banyak warga sekitar yang terlihat kesusahan saat ingin melaksanakan buka puasa dan juga waktu sahur.  Pasalnya, akibat dari kebakaran itu, tidak ada lagi yang mereka punya selain sehelai pakaian yang dikenakan di badan. Meski ada beberapa warga yang sempat menyelamatkan barang berharga seperti televisi, sepeda motor, dan dokumen penting termasuk ijazah sekolah. "Mau gimana lagi Mas, emang udah takdirnya  yang harus kami lewati cobaan di bulan penuh berkah ini. Sekarang kita cuma bisa ngerepin bantuan dari Pemerintah dan juga kiriman Saudara di kampung," ucap seorang Ibu yang sedang mengipasi anaknya. "Kami bersyukur, sebab disini ada dapur umum dari banyak pihak untuk warga pengungsi, jadinya kami tidak takut kelaparan buat sahur ntarnya." Memang, tidak jauh dari kendaraan yang saya parkir di bawah jembatan layang, terdapat beberapa orang yang sibuk mengangkat beberapa karung, kardus dan bermacam bungkusan. Kemungkinan barang-barang itu akan dibagikan untuk makan sahur pengungsi dan juga relawan. Selain dapur umum, juga terdapat klinik darurat berupa mobil dari Departemen Kesehatan yang menyediakan obat-obatan gratis. Kemudian, ada juga tenda dari Palang Merah Indonesia (PMI), beberapa Organisasi Masyarakat (Ormas), dan kandidat calon Gubernur (Cagub), serta berbagai Partai lainnya. Tidak ketinggalan beberapa pemuda yang sedang melaksanakan ronda untuk mengamankan lokasi kebakaran, agar tidak terjadi hal-hal yang negatif, seperti pencurian. "Mau gimana lagi Mas, kalo ga gini kami khawatir ada yang ngelakuin enggak-enggak disaat orang sedang kesusahan," kata beberapa pemuda yang sempat saya ajak ngobrol. Menyaksikan pemandangan seperti itu, tentunya sebagaimana manusia biasa saya menjadi trenyuh.  Sebab, sementara saya sedang enak-enaknya menikmati santap sahur dan buka puasa di rumah bersama keluarga, mereka yang berada di pengungsian harus bersusah payah demi kelangsungan hidupnya. "Yang terpenting buat kita-kita, gimana caranya supaya anak-anak bisa sekolah lagi, sebab baju sama rapot dan buku-buku udah ga ada akibat kebakaran kemaren," ungkap sang Ibu saat menjawab pertanyaan dari saya. Beliau terlihat tabah menerima keadaan dengan menganggapnya sebagai ujian yang harus ditempuh umat manusia yang datangnya tepat pada bulan Ramadhan ini.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190461" align="aligncenter" width="608" caption="Warga yang tertidur di tenda pengungsian di bawah jembatan layang"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190462" align="aligncenter" width="597" caption="Sang Ibu, dengan tenang mengipasi anak, demi menguatkan buah hatinya"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190463" align="aligncenter" width="614" caption="Mobil klinik penyedia obat-obatan dari Departemen Kesehatan"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190464" align="aligncenter" width="614" caption="Posko Palang Merah Indonesia dan beberapa ormas lainnya"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190465" align="aligncenter" width="614" caption="Posko bantuan dari Karang Taruna"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190466" align="aligncenter" width="608" caption="Aktivitas warga dan pemuda dengan ronda"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_190467" align="aligncenter" width="614" caption="Puing-puing bekas kebakaran di Tambora"]
* Â Â * Â Â *
- Jakarta, 30 Juli 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H