Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kupu kupu Malam dalam Sebuah Kisah

14 Mei 2012   07:50 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 7604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177032" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat (dok. Pribadi)"][/caption] "Ini hidup wanita si kupu-kupu malam Bekerja bertaruh seluruh jiwa raga Bibir senyum kata halus merayu memanja Kepada setiap mereka yang datang Dosakah yang 'dia' kerjakan Sucikah 'mereka' yang datang Kadang dia tersenyum dalam tangis Kadang dia menangis di dalam senyuman" Lirik lagu "Kupu-kupu Malam" ciptaan Titiek Puspa dan di populerkan kembali oleh Peterpan di pertengahan dekade 2000 lalu, memang sangat menyentuh. Tidak hanya melukiskan kembali kisah dari seorang "kupu-kupu malam", kiasan dari seorang Pelacur, PSK, WTS, Lonte dan sebagainya. Dahulu, waktu diawal-awal gabung di Kompasiana, saya seringkali menuliskan tentang kisah Kupu-kupu malam. Bukan bermaksud lain, tetapi sebagai manusia biasa wajar untuk bersimpatik terhadap mereka. Mungkin banyak sebagian diantara kita merasa jijik, emoh bahkan cenderung menjauhkan profesi yang digeluti oleh mereka yang melakoni hidupnya sebagai kupu-kupu malam.

*     *     *

Kenapa 'harus' menjadi seorang Pelacur? Tapi percayalah, mereka itu adalah korban... Tidak ada asap tanpa adanya sebuah api yang membuat pembakaran itu sendiri. Semua ada sebab dan akibat, yang tentu bagi kita orang luar hanya dapat menerka sebagian kecil dari kehidupan mereka. Himpitan beban hidup, harus menanggung seluruh keluarga dan juga tragedi masa lalu nan suram, menjadikan mereka berprofesi sebagai seorang -maaf, pelacur. Telah banyak penuturan yang saya dengar dari mereka yang berprofesi di malam hari ini, dimana malam mereka jadikan siang dan justru siang hari dijadikan oleh mereka sebagai malam. Dunia yang terbalik: ujar saya saat itu mengatakan kepada mereka yang hanya tersenyum, senyum dengan getir. "Ya, disaat kalian tertidur pulas. Kami bekerja di pertengahan malam hingga fajar menyingsing, tetapi ketika kamu bangun untuk memulai aktivitas di pagi hari. Justru kami sudah terlelap untuk beristirahat agar sore hari bangun bisa bugar kembali demi anak dan keluarga..."

*     *     *

Tetapi, kenapa harus menjalani hidup sebagai kupu-kupu malam? Toh banyak pekerjaan halal lainnya, yang mampu kalian jalani, entah sebagai buruh pabrik, pedagang atau lain-lain lagi... "Maaf kawan, hidup ini bukan matematika! Dimana 1+1 sudah pasti 2... Hidup ini tidak pasti, dan bagi kami, tiada gunanya mengandalkan teori-teori baku nan kaku yang harus di jalani. Kami ingin hidup mandiri, tanpa bersandar pada punggung orang lain yang lebih mampu ataupun di bawah alis orang lain!" Lalu? "Halal tidaknya apa yang kami lakukan, baik buruknya profesi yang kami kerjakan, dan hina serta najis tatapan mata kalian yang telah melihatnya. Namun, satu hal: Kami bertanggung jawab secara penuh kepada diri kami sendiri dan juga anak dan orang tua di rumah..."

*     *     *

Memang benar, apa yang mereka lakukan sebagai seorang Kupu-kupu malam adalah kenyataan pahit dari mereka sendiri, walau "kita" dari kejauhan melihatnya dengan sinis karena mereka bergelimang kemewahan. Namun, dalam hatinya mereka benar-benar menangis dan berharap anaknya kelak tidak lagi mengalami nasib seperti mereka... Amin.

"Terpisah dari ramai Berteman nyamuk nakal... Dan segumpal harapan Kapankah datang... Tuan berkantong tebal... Habis berbatang-batang... Tuan belom datang Dalam hati resah menjerit bimbang Apakah esok hari... Anak anakku dapat makan... Oh Tuhan beri... Setetes rejeki... Dalam hati yang bimbang berdoa... Beri terang jalan anak hamba.... Kabulkanlah... Tuhan..." Lirik lagu Iwan Fals, "Doa Pengobral Dosa".

*     *     *

[caption id="attachment_177033" align="aligncenter" width="614" caption="Sebuh mobil menepikan lajunya, untuk..."]

1336977587359257308
1336977587359257308
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177034" align="aligncenter" width="614" caption="Pelataran sebuah rumah makan menjadi tempat transaksi"]

13369776511398658941
13369776511398658941
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177035" align="aligncenter" width="614" caption="Menunggu, menunggu dan menunggu dengan harap-harap cemas"]

1336977710687403973
1336977710687403973
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177036" align="aligncenter" width="614" caption="Perempatan Harmoni, titik temu antara Bumi dan Langit... (hanya 500 meter dari Istana Negara)"]

1336977775798101579
1336977775798101579
[/caption]

*     *     *

"Oh apa yang terjadi, terjadilah Yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya Oh apa yang terjadi, terjadilah Yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa..." Lirik lagu Kupu-kupu Malam, karya Titiek Puspa, penyanyi Peterpan.

[caption id="attachment_177037" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan Braga, pusat hiburan malam kota Bandung"]

1336977829880498145
1336977829880498145
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177038" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan ABC depan pertokoan Pasar Baru"]

13369778821331612150
13369778821331612150
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177039" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan Sudirman, tidak jauh dari Alun-alun kota Bandung"]

13369779412098317242
13369779412098317242
[/caption]

*     *     *

Tulisan ini adalah penggalan wawancara yang hampir terkubur bersama foto-foto sejak bulan Februari dan Desember lalu. Dan, di buat kembali untuk sekadar catatan dalam mengikuti kegiatan yang bertemakan hobi fotografi di Kampret.

*     *     *

Sebelumnya, tentang mereka: - Ironi Seorang Kupu-kupu Malam - 500 Meter dari Istana Negara - Antara Sepinya Lokalisasi dan PSK yang Mudik

*     *     *

Foto dan lirik lagu: Koleksi pribadi Jakarta, 14 Mei 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun