"Dokternya nanya, kamu namanya siapa?" ujar sang Ibu ketika melihat tiada reaksi dari putri kecilnya yang berusia 10 tahun dengan tetap terdiam. Hingga akhirnya sang Ibu memberitahu kepada sang dokter. "Namanya Angkie, dok..." Seketika itu juga Angkie mulai merasa aneh, melihat tatapan pilu dari sang Ibu. Dengan terbata-bata sambil terisak, sang Ibu kemudian memberitahu bahwa ia telah divonis dokter sebagai seorang tuna rungu.
"Saat ini tuna rungu seperti saya mungkin sudah tidak lagi dianggap sebagai aib atau masalah medis. Berbeda dengan zaman dahulu ketika tuna rungu dikatakan aib karena masih banyak yang percaya pada hal-hal berbau mistis. Tetapi di dunia ini, siapa yang mau dilahirkan menjadi tuna rungu?" keluhnya suatu ketika perasaannya tergoyahkan akibat dicibir sebagai utusan alien!
"Sering kali dalam lubuk hati saya, kerap menanyakan, kenapa saya punya keterbatasan? Karena dengan begitu saya jadi punya kesempatan untuk menggali dan memotivasi diri agar lebih memahami pandangan tuna rungu sebagai permasalahan sosial," ujarnya saat memberikan motivasi kepada penderita difabel.
* Â Â Â * Â Â *
Tentang Angkie sebelumnya: - Belajar dari Angkie Yudistia, Perempuan Tuna Rungu yang Pantang Menyerah - Yuk, Ikutan Menulis Buku Antologi Sambil Beramal
* Â Â Â * Â Â *
Jakarta, 09 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H