Hampir saja sepeda motor miliknya menyerempet sebuah truk, kalau saja tidak membanting stir. Mungkin motor beserta Aris sudah tidak remuk menjadi perkedel. Kawan-kawan Aris langsung mengerubuti sang sopir, terlihat sang sopir yang sudah berumur tampak keheranan mengerutkan kening. "Pak, pelan-pelan dong bawa mobilnya. Gimana ne, teman saya jadi lecet semua" Berkata salah satu kawan Aris menuding kearah Bapak Sopir. "Lho, kok saya yang disalahin? Sudah jelas kalian yang pada ngebut, di jalan raya kok bawa motor ugal-ugalan. Untung saja saya keburu membanting stir, kalau nggak..." Sahut sang Bapak Sopir dengan sabar. "Kami bukannya ngebut Pak, tapi lagi mengejar waktu buat berbuka puasa..." Akhirnya Aris menjawab lirih menahan sakit, sembari merangkak bangun dengan dipapah kedua temannya. Sopir tua itu hanya bisa menggelengkan kepala, setelah termenung sejenak akhirnya ia berkata: "Memangnya kamu doang yang puasa, orang lain juga pada puasa. Saya juga puasa, tapi kamu harus menghormati pengendara lain juga. Jangan mentang-mentang kamu puasa terus mau dihormati yang tidak puasa, justru yang puasa itu seharusnya Menghormati orang yang tidak berpuasa... Semua orang juga pengen cepat-cepat buka, tapi bukan begini caranya. Lihat akibat ulah kamu, semua kena dampaknya Truk saya jadi nyungsep ke pembatas jalan. Tadinya rencana kamu buka puasa dirumah, akhirnya malah buka puasa dijalan. Dan juga harus mempertanggung jawabkan kelakuan kamu, kepada pihak yang berwajib karena telah membuat kemacetan..."
*Â *Â *
Dari jauh, terdengar sayup-sayup suara Adzan menggema di pinggir jalan...
*Â *Â *
[Telkomsel Ramadhanku]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H