[caption id="attachment_162064" align="aligncenter" width="614" caption="Monumen Ade Irma Suryani"][/caption] "Anak Saja jang tertjinta. Engkau telah mendahului gugur sebagai perisai Ajahmu" Tulisan yang tampak memudar di batu nisan berwarna putih dari almarhum Jenderal Abdul Harris Nasution kepada sang putri tercinta, Ade Irma Suryani. Sejak peristiwa 30 September tahun1965 lalu, sampai sekarang masih menyisakan luka diantara kita. Sosok anak kecil tanpa dosa, yang masih berusia lima tahun ikut menjadi korban tragedi memilukan sepanjang sejarah Indonesia. Seorang bocah yang tidak tahu apa-apa, meninggal sebagai tameng sang Ayah ketika gelap malam mengintai kediaman mereka...
* Â Â * Â Â *
Dibawah rerimbunan pohon dalam kompleks Walikota Jakarta Selatan, Jalan Prapanca Raya. Makam Ade Irma Suryani tampak berdiri kokoh seperti masa hidupnya dahulu. Walaupun saat berkunjung kesana hanya kesunyian siang hari yang dapat saya temui, tetap saja mempunyai arti tersendiri. Berdiri tegak monumen setinggi empat meter yang setiap sisinya terdapat foto Ade Irma Suryani, baik saat masih kecil hingga saat dimakamkan. Dari beberapa gambar yang tampak kusam dan agak memudar, sedikitnya dapat terlihat berbagai momen prosesi pemakaman pada tahun 1965. Menempati areal yang luasnya sekitar 500 meter persegi, makam dan monumen tampak indah dari kejauhan mata memandang. Meski sekarang lebih terawat dan tertata rapi, tidak seperti beberapa tahun lalu yang sering diberitakan berbagai media yang tampak kusam dan kotor. Setidaknya sekarang sudah tidak ada lagi rumput liar yang berserakan diatas makam, sementara lantainya yang terbuat dari marmer pun tampak bersih walau dedaunan kering berserakan dimana-mana. Namun yang sangat disayangkan adalah akses masuk ke areal makam yang lumayan jauh dari jalan raya, karena harus melewati kompleks perkantoran Walikota. Sedangkan kalau melewati pintu belakang, Â jalan Nipah tertutup pagar berwarna hijau. Juga engsel pagarnya sendiri terlepas di sisi kanan, hingga mudah untuk orang lain meloloskan diri untuk masuk ke areal makam. Terlepas dari semua itu, kita patut bersyukur karena areal makam ini tidak jadi dipindahkan saat gedung walikota dibangun. Sebab kalau sampai terjadi apapun alasannya tidaklah dibenarkan, karena ditakutkan peninggalan sejarah masa lalu akan ikut terkubur dan sulit untuk dipelajari bagi generasi selanjutnya. Kini meski sudah lewat 47 tahun lamanya, sosok bocah yang meninggal akibat terkena peluru saat menjadi tameng sang Ayah, Jenderal Abdul Harris Nasution, akan selalu dikenang sepanjang masa.
* Â Â * Â Â *
"Akan Kuingat selalu Ade Irma Suryani Waktu dipeluk dipangku Ibu Dengan segala kasih Kini Ia terbaring di pangkuan Tuhan Senang dan bahagia hatinya Kini ia terlena tertidur terbaring Nyenyak dipelukan Tuhannya" *Lirik lagu karya Abdullah Totong Mahmud (AT. Mahmud)
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162065" align="aligncenter" width="614" caption="Foto yang telah memudar dan terkelupas"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162066" align="aligncenter" width="614" caption="Peristiwa saat terjadi pemakaman"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162067" align="aligncenter" width="614" caption="Makam Ade Irma Suryani, dengan tulisan dari sang Ayah"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162068" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa anak kecil berdatangan melewati longgarnya pagar areal makam"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162069" align="aligncenter" width="461" caption="Pagar makam dengan engsel yang hampir terlepas dan mudah dimasuki orang"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162071" align="aligncenter" width="614" caption="Pot bunga yang tak terawat serta daun kering berserakan"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162073" align="aligncenter" width="614" caption="Makam Ade Irma Suryani tampak dari belakang"]
* Â Â * Â Â *
- Ade Irma Suryani, 19 Februari 1960 - 6 Oktober 1965.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H