[caption id="attachment_165188" align="aligncenter" width="640" caption="Aksi kedua Barongsai saat meliuk-liuk dihadapan penonton"][/caption] Suara tetabuhan drum menggema di sekeliling ruangan hingga terdengar jauh ke ujung jalan raya. Puluhan warga tampak berdesak-deasakan untuk menyaksikan atraksi dari dua Barongsai yang sedang meliuk-liuk dengan lincahnya. Keheningan terjadi ketika Barongsai berwarna kuning emas hendak melompat melewati pucuk kepala Barongsai oranye, pengunjung yang menyaksikan terdiam sejenak menghela nafas... Hup, ternyata aksi dari salah seorang yang memegang kendali Barongsai warna kuning emas, agak sedikit melenceng. Kakinya salah menapak ditanah, hingga nyaris jatuh terjerembab yang diikuti oleh kawannya di belakang yang mengendalikan dari ekor Barongsai hingga membuat beberapa penonton berteriak histeris. Namun, tidak lama kemudian Barongsai berwarna kuning keemasan itu kembali menggeliat seraya bangkit melompat-lompat seperti terbang. Dari mulut Barongsai itu terdapat sebuah lembaran berwarna merah (mungkin amplop) yang diperlihatkan kepada para penonton, sementara dari belakang tampak menggoyang-goyangkan ekornya tanda berhasil. Sontak saja, aksi spektakuler itu mengundang decak kagum penonton yang berjejer di pinggir jalan. Suara gemuruh terdengar diiringi dengan tepuk tangan dan kilatan lampu kamera. Ternyata itu adalah salah satu aksi yang sudah direncanakan mereka, padahal banyak penonton yang khawatir saat melihat Barongsai hampir terjatuh. Sekilas atraksi mereka mirip dengan aksi Jet Li dalam film Once Upon a Time in China, saat tokoh Wong Feihung bersama beberapa muridnya melakukan tarian Barongsai melawan musuh. Meski yang dilakukan kedua Barongsai itu dalam skala kecil, namun penampilan mereka sangatlah menarik untuk disaksikan. Saya yang kebetulan usai pulang kerja dan menyempatkan diri untuk mencari Barongsai karena penasaran ingin melihatnya, sempat muter-muter dari kawasan Pecinan Pasar Pagi hingga Angke. Beruntung dapat menemukan Barongsai di jalan Pejagalan setelah mendengar suara tetabuhan drum dari kejauhan. Sempat kaget juga ketika mengetahui sosok dibalik Barongsai itu ternyata diperankan seorang anak yang masih kecil, mungkin sekitar usia 10 tahun lebih. Saat menjelang pulang saya sempat bertanya pada sosok anak kecil nan lincah yang biasa dipanggil Itong, atau nama aslinya Teddy Yohannes, bersama Kakaknya berasal dari daerah Pluit. "Lumayan Mas, kalau Konyan begini (maksudnya Imlek) banyak tanggapan dimana-mana." Ujar sang Kakak yang juga memerankan salah satu Barongsai sambil menyeka wajahnya yang penuh dengan keringat. Menurutnya, Itong yang juga masih duduk di bangku sekolah dasar di kawasan Kapuk memang sudah lama dua tahun ini sering mengikutinya untuk melakukan tarian Barongsai. Karena saat melakoni Barongsai sama seperti olah raga biasa, sepak bola atau bulutangkis, harus penuh kesabaran dan ketekunan untuk bisa. Bahkan beberapa kali mereka kerap manggung di mal-mal di kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Apalagi saat Imlek dan Cap Go Meh tiba, maka mereka pun sibuk untuk berkeliling mulai dari kawasan Pecinan hingga ke ujung barat Jakarta, seperti Cengkareng dan Kalideres. Selain Itong, kawanan mereka yang turut dalam aksi Barongsai pun kebanyakan masih berusia muda, seperti yang memukul tetabuhan adalah gadis manis sebaya dengan Itong. Mereka semangat, untuk memeriahkan Imlek sembari memberikan pertunjukan kepada masyarakat luas. Padahal tidak gampang untuk seperti itu, sebab memerlukan latihan yang rutin dan sungguh-sungguh juga harus rela cedera saat berlatih di lapangan. Belum lagi membagi waktu mereka dengan rutinintas sekolah sehari-hari, tetapi mereka selalu semangat untuk mempertontonkan aksinya dan memberi hiburan pada masyarakat luas. Sayang, karena waktu sudah sangat sore dan harus menuju kampus, saya jadi tidak bisa lama untuk menyaksikan pertunjukkan Barongsai yang sangat menarik. Untuk kawan-kawan Kompasianer, bila pagi ini atau siang hari ingin menyaksikan aksi Barongsai baik itu di kawasan Pecinan dan sekitarnya, saya sempat menanyakan kepada mereka rute atau tempatnya, yaitu. - Pasar Pagi: Di sepanjang kolong Jalan layang Jembatan Lima - Kota - Depan Gedung Asemka - Mangga Dua, depan Itc atau Malnya - Kawasan Kota Tua, seberang museum Bank Mandiri - Areal pertokoan Glodok - Pekojan atau Kampung Janis, samping pos polisi - Pasar Kampung Bebek, Angke - Jembatan Lima - Jalan Pekapuran, banyak wihara atau kelenteng yang terdapat disini - Pejagalan, samping tempat pemotongan hewan Dan banyak lagi, yang terdapat, baik itu di jalan raya maupun wihara yang saya lupa namanya.
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156705" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa tempat yang saya tanyakan (Sumber Peta: Google Earth)"]
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156706" align="aligncenter" width="614" caption="Kerumunan warga melihat dari seberang jalan"]
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156707" align="aligncenter" width="614" caption="Saat hendak melompat meraih angpao"]
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156708" align="aligncenter" width="614" caption="Inilah sosok lincah dibalik Barongsai"]
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156709" align="aligncenter" width="614" caption="Keringat bercucuran saking panasnya memakai topeng "]
*Â Â Â *Â Â Â *
[caption id="attachment_156711" align="aligncenter" width="614" caption="Memulai aksinya lagi di lain tempat"]
*Â Â Â *Â Â Â *
Tulisan sebelumnya:
[Imlek] Semarak Kawasan Pecinan Menyambut Tahun Baru China
*Â Â Â *Â Â Â *
Djembatan Lima, 21 Januari 2012
- Choirul Huda (CH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H