Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Money

Usai Lebaran, Hati-hati Terhadap Jerat-Rayuan Rentenir!

9 September 2011   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai Lebaran berakhir, di Jakarta (khususnya tempat tinggal saya) banyak berdatangan orang-orang yang menawarkan jasa, disini disebut sebagai Bank Keliling atau juga Koperasi. Mereka menawarkan untuk memberikan pinjaman uang dengan bunga yang lumayan tinggi sekitar 30-60 %, tergantung kesepakatan antara mereka dan pihak peminjam. [caption id="attachment_128919" align="aligncenter" width="400" caption="Lebih baik memakai jasa Pegadaian, aman dan terjamin (www.pegadaian.co.id)"][/caption] Sebenarnya di Jakarta ini sudah bukan rahasia umum lagi, bahkan usaha -maaf "Lintah Darat" ini sudah berkembang jauh kedalam pelosok. Seperti yang saya saksikan langsung saat mudik Idul Fitri kemarin ke daerah Bandung. Banyak yang mengambil pinjaman, terutama setelah lebaran atau menjelang tahun ajaran baru. Karena pada umumnya setelah Lebaran, banyak masyarakat yang butuh uang setelah habis-habisan mempersiapkan hari Lebaran. Ada saja keperluan mereka, seperti untuk kebutuhan sehari-hari, mungkin karena menunggu gajian masih lama. Sedangkan biasanya, gajian dan Thr diberikan pihak perusahaan sekitar seminggu sebelum Lebaran. Lalu ada juga pengelola Warteg yang meminjamnya kepada rentenir ini. Ambil contoh saja dari tetangga saya yang berinisial A (Maaf, tidak dapat disebutkan namanya. Privasi). Hari selasa yang lalu, saya mendengarnya langsung, bahwa ia meminjam uang sebesar rp 1.000.000 dengan cicilan perhari rp 30.000 x 45 hari, ditambah uang jasa untuk orang yang mensurvei dan meng-ACC  sekitar rp 50.000.00-. Kalau ditotal, untuk pinjaman uang sejuta itu, pihak yang meminjam akan dikenakan bunga 40%. rp 30.000.00- x 45 = rp 1.350.000 + rp 50.000 = 1.400.000.00- Bunga yang lumayan besar, itu baru dari satu orang. Bagaimana dalam satu RT, ada sekitar lima puluh orang yang meminjam? Bisa dibayangkan, bagaimana mereka dapat mengeruk keuntungan begitu mudah. Belum lagi, mereka menawarkan pinjaman tidak hanya disatu tempat. Ambil contoh, di daerah saya ada empat-lima orang yang berprofesi seperti itu. Mereka rata-rata mempunyai pelanggan di berbagai daerah, seperti Cengkareng, Kapuk, Senen, Pasar Minggu, dan sekitarnya (yang saya tahu saja). Pada umumnya, daerah yang menjadi target mereka adalah yang padat penduduk, berprofesi niaga serta dari masyarakat menengah kebawah.

*  *  *

Ironis, juga. Namun ibarat dua mata sisi uang, ada buruk dan juga baiknya. Terkadang saat masyarakat sedang butuh, mereka menjadi solusi terbaik dibandingkan masyarakat harus meminjamnya ke Bank atau lembaga keuangan lainnya yang belum tentu dapat cair secepatnya, belum lagi proses mengurusinya lumayan ribet. Ada alternaf, seperti Pegadaian yang mempunyai slogan "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah", namun itu juga harus menyerahkan barang jaminan, dan juga taksiran pinjaman relatif lebih kecil. Meskipun bunga pegadaian sangat rendah, hanya satu persen per lima belas hari. Untuk beberapa orang jelas kurang begitu menggiurkan. Sebab kalau sudah kepepet, orang sangat butuh dana cair secepatnya. Saya sendiri pernah mengalaminya, saat itu saya sudah dua bulan menunggak cicilan bayar motor. Karena kepepet, dan oleh pihak dealer/ leasing ditagih terus. Apalagi dikabari kalau sampai tiga bulan belum bayar juga, maka motor saya akan ditarik, mau tidak mau saya menjadi panik. Mana, cicilan motor sudah mencapai bulan ke 21, sekitar 13 bulan lagi motor itu dapat menjadi hak milik saya. Akhirnya, karena gali-lobang-tutup-lobang ke tetangga dan kawan-kawan tidak membuahkan hasil, yang ada malah mentok!. Maka saya memutuskan untuk meminjam kepada salah satu "Bank Keliling" yang biasa lewat didaerah saya. Alhasil, tidak melalui persyaratan yang bertele-tele, saya mendapatkan dana segar sekitar rp 2.500.000 untuk bayar tunggakan motor yang perbulannya sekitar delapan ratus ribu rupiah... Lalu ada tetangga saya yang membuka usaha warung nasi (Warteg), saat itu setelah menikahkan anak sulungnya, ia benar-benar kehabisan uang. Ingin membuka dagangan lagi, modal tidak cukup. Mau jual sawah di Sragen, butuh proses yang lama. Lalu ia pun mengambil jalan pintas, dengan meminjam uang juga kepada Bank Keliling. Karena usahanya menjual makanan, maka uang yang dipinjam pun tidak tanggung-tanggung besarnya, yaitu rp 12.000.000.00- Ketika ditanya oleh beberapa orang didaerah saya, kenapa meminjamnya sangat besar, sang empu warteg itu hanya tersenyum. Karena usaha warteg membutuhkan banyak modal, sebab uang yang didapat tidak langsung dimasukkan ke bank tetapi diputar-putar dulu untuk membeli bahan masakan. Belum lagi banyaknya pembeli yang membelinya dengan kasbon (hutang), maklum didaerah saya banyak usaha konveks, sablon dan jahit. Kebanyakan pekerjanya berasal dari jauh, jadi untuk makan dan minum bayarnya setiap gajian, bisa seminggu sekali atau sebulan sekali. [caption id="attachment_128920" align="aligncenter" width="240" caption="Pelajaran dari meminjam uang kepada Rentenir..."][/caption]

*  *  *

Seperti halnya, lepas dari mulut macan, eh ternyata malah masuk dalam mulut buaya. Begitulah keaadan yang terjadi kepada saya pribadi. Setelah bernafas lega, dapat menutupi tunggakan bayar motor. Kini datang lagi masalah yang tidak kalah besarnya, yakni saya diharuskan untuk membayar uang pinjaman tersebut dengan sederet bunga yang lumayan tinggi. Akhirnya saya pun kepusingan setelah terlena sesaat. Lagipula sebelum meminjamnya, saya telah berkali-kali di nasehati oleh orang tua, bahwa tak baik meminjam uang dari rentenir. Sebab, selain Haram hukumnya, karena Riba (menurut pandangan agama) dan juga akibat yang terjadi setelah transaksi peminjaman. Setelah tiga bulan berlalu dengan susah payah, keluarga kami urun rembug untuk membantu saya membayar bunga hutang tersebut. Dan sekarang Alhamdullilah, saya dapat terlepas dari jeratan hutang bunga-berbunga itu. Kini tinggal melunasi pembayaran motor dan menunggu empat bulan lagi agar dapat serah terima BPKB sekaligus motor resmi menjadi milik saya pribadi. Sekarang saya baru menyadari perkataan orang tua, yang melarang saya untuk tidak meminjam uang memakai bunga.  Semoga saja tetangga saya yang berinisial A dan sang pemilik warteg dapat segera melunasi hutangnya, dan semoga mereka juga kapok untuk tidak lagi meminjam uang kepada lembaga selain pemerintah. Untuk kedepannya, saya lebih suka meminjam uang ke Pegadaian yang milik pemerintah, juga aman dan tidak takut dikenai bunga tinggi yang mencekik leher. Dan, semoga saja Kawan-kawan Kompasianer, tidak ada yang mengalami nasib seperti saya ini...

*  *  *

* * * * Choirul Huda * * * * _______________________________________________________________________________ Note: hanya berbagi sedikit pengalaman pribadi, dan juga pelajaran untuk kita semua... _______________________________________________________________________________ Serial Idul Fitri Lainnya: -  Akibat Judi, Ludes Semua Harta Benda Keluargaku... - Ah, Semua Karena Judi... - 500 Meter dari Istana... - Ramadhan, Ketika Sang Bos Konveksi Kepusingan Akibat Ditagih THR Pemuda Kampung

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬Selamat Hari Raya IDUL FITRI 1432 H Mohon Maaf Lahir & Batin ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun