[caption id="attachment_140012" align="aligncenter" width="450" caption="Tampak kereta akan lewat di salah satu perlintasan Kereta Api ilegal yang sama sekali tidak terjaga petugas"][/caption]
Lagi-lagi terjadi kecelakaan di jalur rel kereta yang disebabkan oleh perlintasan kereta ilegal karena tidak dijaga. Apalagi di Jakarta, banyak sekali pintu perlintasan kereta api ilegal yang tidak dijaga petugas dan hanya mengandalkan peran dari masyarakat sekitar untuk menjaganya dengan memeungut imbalan kepada pengendara yang lewat.
Saat pagi tadi membaca harian Kompas, terdapat berita mengenai Bajaj yang terseret lokomotif hingga mengakibatkan sopir dan penumpangnya tewas. Kecelakaan itu terjadi ketika bajaj hendak melewati perlintasan kereta yang tidak dijaga di kawasan Jati Bunder, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tiba-tiba saja saat di tengah rel, bajaj itu mogok, sementara dari arah yang berlainan datang kereta jurusan Rangkas Jaya jurusan Rangkas Bitung menuju ke arah Stasiun Tanah Abang. Banyak warga yang ingin menolong dan membantu mendorong bajaj tersebut, namun sayang karena kereta sudah sangat dekat, warga tidak berani berbuat jauh lagi. Dan kecelakaan itu pun tidak dapat dihindarkan lagi hingga menyeret Bajaj tersebut sejauh satu kilometer dari lokasi kejadian. Sementara sopir dan satu orang penumpang tewas karena terlempar dari Bajaj ketika kereta menabraknya. Kecelakaan di perlintasan kereta api ini sudah sangat sering terjadi, khususnya di kawasan padat penduduk yang banyak menempati areal rel untuk dihuni sebagai rumah. Sebanyak tujuh belas orang meninggal dari tiga bulan terakhir yang terjadi di perlintasan kereta. (Sumber Harian Kompas, 3 November 2011) Sebagian besar kecelakaan, dikarenakan melewati perlintasan ilegal yang tidak memiliki palang pintu, tanpa penjaga, serta tidak ada rambu-rambu penanda ada perlintasan sebidang antara jalan dan kereta. Kebetulan, saya sendiri tempat tinggalnya tidak jauh dengan rel kereta, yakni bersebelahan dengan Stasiun Duri, yang mana lokasi di utaranya adalah Stasiun Tanah Abang dan di selatan Stasiun Angke. Di dekat stasiun Duri ini, banyak sekali kecelakaan yang terjadi, khususnya pengendara sepeda motor yang hendak melintas melewati dua jalur utama kereta, yakni Kota - Tanah Abang dan Kota - Tangerang. Disini, pengendara hanya mengandalkan penjagaan yang dilakukan oleh beberapa pemuda serta anak kecil, yang selalu ada dari pagi hingga habis maghrib dan menyetop kendaraan bila ada kereta yang hendak melintas. Biasanya setiap pengendara dimintai uang receh sekitar rp 500 - 1.000 rupiah, setiap kali melewati rel kereta. Biaya itu dapat dimaklumi juga, karena apabila pengendara ingin menyeberang melewati perlintasan resmi, yakni di jalan KH. Hasyim Ashari sangat jauh karena harus memutar. Pun begitu apabila melewati jalan Jembatan Besi Raya, yang sangat macet, hingga banyak pengendara yang memilih melewati perlintasan ilegal, yang dekat lagi murah. Namun, beberapa bulan lalu sempat pula terjadi kecelakaan yang menyeret sebuah sepeda motor dikarenakan tidak mendengar seruan orang-orang yang menjaga, dan lagi korban memakai handset serta helm full face. Saya yang mendengar beritanya dari beberapa tetangga menjadi ngeri, karena darah berceceran disekitar jalur rel. Dan lagi motor yang dikendarai korban menjadi ringsek tak berbentuk. Ini sebagai masukan untuk PT KAI, agar lebih memperhatikan lagi jalur rel kereta yang melewati perkampungan padat penduduk. Sebab biasanya, warga sekitar sering membuat jalan alternatif sepeda motor untuk menyeberangi rel, karena tidak ingin memutar terlalu jauh. Minimal seharusnya ada petugas resmi di titik perlintasan rel yang melewati perkampungan padat penduduk, serta di beri palang dan peringatan agar pengendara motor yang menyeberang menjadi tahu. Untuk itu, kepada beberapa kawan Kompasianer, yang setiap hari selalu melewati perlintasan kereta, baik resmi maupun ilegal hendaknya selalu berhati-hati setiap melintasi rel kereta, dan tengok kanan-kiri agar pastikan tidak ada kereta yang mendekat. - Usahakan tidak memakai Handset di telinga apalagi menyetel musik, karena menyebabkan tidak mendengar ketika ada kereta yang lewat. - Selalu menengok ke kanan dan kiri, untuk memastikan tidak ada kereta yang hendak melintas. Baik itu di perlintasan yang dijaga petugas maupun yang tidak ada penjaganya sama sekali. - Usahakan agar melewati perlintasan resmi yang ada petugas dan palang pintunya, daripada melewati perlintasan ilegal. Meskipun dekat dan mudah, namun nyawa menjadi taruhannya. - Untuk pengemudi mobil, pastikan mengecek kendaraan sebelum berangkat, agar tidak mogok di tengah jalan apalagi tepat di rel kereta api. - Membuka kaca jendela, minimal seperempat supaya apabila ada kereta yang melintas dapat terdengar. - Usahakan tidak menyetel lagu dengan suara keras, saat melintasi rel. - Usahakan untuk tidak menutup helm secara penuh, di berikan sedikit hawa untuk telinga saat melintasi rel. - Tidak lupa untuk selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebelum berpergian dan melintasi rel agar tidak terkena Setan Budeg, yang konon suka menutup telinga seseorang yang yang melintasi rel.
*Â Â Â Â *Â Â Â Â *
[caption id="attachment_140021" align="aligncenter" width="273" caption="Peran masyarakat sekitar menjaga di perlintasan kereta "][/caption]
*Â *Â *
[caption id="attachment_140022" align="aligncenter" width="300" caption="Berhati-hatilah saat melintasi rel, dan perhatikan tanda peringatan"][/caption]
*Â *Â *
[caption id="attachment_140024" align="aligncenter" width="300" caption="Hal seperti ini, seharusnya tidak terjadi demi keselamatan diri sendiri"][/caption]
*Â *Â *
[caption id="attachment_140025" align="aligncenter" width="400" caption="Salah satu korban akibat kecelakaan di perlitnasan kereta "][/caption]