Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seri Wayang II - Wisanggeni (Pertempuran Melawan Seluruh Dewata)

26 Maret 2011   07:07 Diperbarui: 4 April 2017   17:32 8258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...peluhku pun mengering menanti jawabmu

tak akan pernah usai cintaku padamu

hanya kata yang  lugas yang kini tercipta

kuingin rasakan cinta;

"semakin jauh kumelangkah semakin perih jejak langkahku

hariku pun semakin sombong meski hidup terus berjalan"

terus berjalan...

* * *

[caption id="attachment_97572" align="alignleft" width="150" caption="Batari Durga."][/caption] Hanya Batara Guru yang berani melangkah maju mendekati Wisanggeni. Dengan perlahan Batara Guru berkata: "Duhai Wisanggeni, cucuku. Mengapa engkau sampai tega berbuat begini, kau hampir saja membunuh dewata di Khayangan yang sangat suci. Tahukah karma akibat tindakanmu ini?" "Batara Guru, urusanmu denganku belum selesai. Tunggu setelah datang Batari Durga, aku akan kembali membuat perhitungan denganmu!" Benar juga tidak lama kemudian, datang suatu hawa panas dari pintu gerbang istana. Dan dengan cepat dua sosok tamu itu mendatangi gelanggang menuju hadapan Batara Guru dan Wisanggeni yang sedang berbicara. "Wahai, junjunganku Batara Guru, Dewa penguasa jagad. Hamba datang kesini karena merasakan suatu firasat yang buruk sedang terjadi. Dan ternyata benar, Anak kita Batara Kala menjadi bulan-bulanan oleh manusia setengah dewa ini. Mengapa Engkau hanya bertepuk sebelah tangan membiarkan bocah lancang ini membuat keonaran?" ucap Batari Durga seketika. Saat Batara Guru hendak bicara, langsung dipotong oleh Wisanggeni. "Wahai Batari Durga, firasatmu memang tidak salah. Aku berbuat keonaran di Khayangan ini karena sedang meminta keadilan dari Batara Guru, tentang nasibku sewaktu bayi. Tiba-tiba saja muncul, raksasa gelap ini ikut meramaikan suasana. Kebetulan otakku ini sedang panas, ya sudah jadilah dia seperti ini. Seorang Dewa Kegelapan yang akan mengalami kematian ditangan bocah bau kencur. Dan aku juga akan membuat perhitungan denganmu sekarang! Karena ulah engkau dan anak kesayanganmu itu telah memisahkan Ayah dan Ibuku. Aku belum puas sebelum membeset tubuh anakmu Dewasrani menjadi lima bagian, melebihi perbuatanku kepada Batara Kala. Juga aku akan menyayat wajahmu yang abadi itu menjadi jelek hingga Batara Guru nanti tidak menyukaimu lagi!" Tersentak Batara Guru dan Dewata lainnya, mendengar perkataan keras dari Wisanggeni. Ditambah saat yang terakhir itu, kalau benar-benar terjadi maka entah bagaimana Khayangan selanjutnya. Apalagi, mereka tahu sifat Wisanggeni yang berani berbuat berani melakukan. Seperti nasib Batara Kala ini yang masih sekarat...

...diatas langit, masih ada langit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun