Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis itu Mudah? Kata siapa?

6 Maret 2011   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis itu Mudah? Kata siapa… 4. Boro-boro mudah, yang ada hanyalah ribet dan makan waktu yang tidak sedikit. Ilustrasinya sebagai berikut, setiap saya menulis sekarang melalui Word, terus dilanjutkan ke Kompasiana atau blog pribadi saya sendiri. Nah disini, saat pengeditan ini yang bikin mumet, karena harus membaca ulang tulisan dari awal hingga akhir, belum lagi mesti mempelototi huruf demi huruf supaya jangan sampai salah (Malu kan apabila, tulisan sudah saya terbitkan di kompasiana, eh ada pembaca yang komentar gara-gara salah ketik, tadinya kata Congkak, menjadi Congklak. Atau juga kalimat malam yang syahdu menjadi malam yang syahwat? waduh bisa-bisa saya dicap sebagai penulis kacangan, ataupun disebut sebagai tukang Copy Paste tulisan orang lain. Belum lagi saat kita mau mencari foto di google untuk ilustrasi artikel, kan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Pertamanya mencari satu foto dari ribuan foto yang ada di mesin pencari paling terkenal sejagat itu, memerlukan sekitar 5-10 menit, bahkan lebih(tergantung provider yang dipakai, atau saat jam-jam tertentu yang tidak sibuk). terus kedua mendownloadnya untuk disimpan di file computer memerlukan sekitar 2-5 menit. Ketiga menguploadnya dari file ke tulisan, ini juga butuh waktu sekitar 10 menit. Dan keempat menambahkan keterangan difoto tersebut, kalau ini cepat Cuma butuh waktu tidak sampai 1 menit.

* * *

Menulis itu Mudah? Kata siapa… 5. Harus punya jiwa seni dan tahan mental supaya tidak tergoda hal-hal yang tidak berkaitan dengan tulisan tersebut. a. Ketika menulis jangan sambil buka Facebook apalagi Chatting, bisa-bisa bukannya sibuk mikir buat membikin artikel, yang ada malah keenakan chatting! Apalagi kalau teman chatting itu Cewek, masih muda lagi. Yang ada, sebelum teman chatting itu berhenti, saya tetap saja mengajaknya ngobrol. Dan tulisan yang sudah jadi, hanya disimpan di draft, serta tinggal kenangan belaka. b. Usahakan ketika sedang menulis tidak sambil nonton bola, apalagi nonton film yang panas, nantinya ditakutkan, tangan mah ngetik di keyboard, mata menuju layar tv, dan pikiran entah kemana… Entah mikirin Cristiano Ronaldo, atau mikirin Tuan Prabu, bahkan yang gawat mikirin tentang Bi Surti…! Seperti saat hari rabu yang lalu, saat itu pertandingan Liga Champions antara Arsenal vs Barcelona, sejak awal saya niatin nonton bola itu hanya sekadar saja, karena ingin segera menyelesaikan 3 tulisan dari rencana 7 cerita tentang Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara, sebelum jam 5 pagi (Oh ya, saya suka sekali menerbitkan tulisan di Kompasiana sekitar jam 4 - 7  pagi, karena disaat-saat itu banyak Kompasianer yang sudah bangun. Dan tentunya sarapannya langsung tertuju ke Kompasiana. Apalagi jam segitu adalah pikiran masih fresh, siapa tahu saja Admin membaca tulisan saya terus dijadiin Headlines, atau Highlight atau juga malah dimasukkan sebagai artikel yang Terekomendasi, dan artikel paling lumayan versi Admin). [caption id="attachment_93498" align="aligncenter" width="300" caption="hasil dari tulisan pagi, yang tak disangka banyak dibaca kompasianer"][/caption]

Dari menit pertama saja pandangan saya sudah beralih ke layar tv, bukan karena saya suka akan aksi Lionel Messi, juga bukan karena saya penggemar The Gunners, tapi karena saya sangat Membenci Barcelona! Saya berharap banget bahwa Barca kalah, dan terbukti deh. (Maaf ya bagi Anda atau Kompasianer penggila El-Barca, jujur itu mahal harganya. Dan kebetulan saya sedang bicara jujur, bahwa saya sakit hati kalo melihat Barca menang…). Hingga akhirnya, sampai menit terakhir skor 2-1, saya masih anteng didepan tv, sementara laptop tetap saja menyala tanpa saya sentuh sekalipun.  Mungkin andai Laptop itu bisa ngomong, ia akan sakit hati, sebab giliran ada bola, dia saya cuekkin .^_^ Setelah pertandingan berakhir baru saya beralih pandangan ke laptop tercinta ini. Ya, kembali ke Laptop, kalo kata Om Tukul!!!. Oh iya, saya belum bercerita kalo Laptop kesayangan saya yang berlambang Q ini adalah... Lanjut lagi tentang bola, setelah pertandingan selesai saya bukannya kembali menulis, malah membuka situs olahraga yang memberitakan hasil pertandingan Liga Champions lainnya. Huuuf… Baru deh setelah puas lihat-lihat hasil pertandingan serta membuka Facebook sebentar (What???). Saya benar-benar fokus menulis, karena sudah sedikit lelah maka dengan terburu-buru banyak ide dan kenangan yang terlupakan ditulisan tersebut. c. Usahakan juga ketika menulis jangan sambil mendengarkan musik, apalagi sambil memakai handset. Soalnya antara Indera Penglihatan dengan Indera Pendengaran menjadi tidak padu, yang ada saat mata serius menatap di layar computer, telinga keasyikan mendengarkan lagu, eh yang parah lagi adalah tangan dan kaki malah menghentakkan lantai seperti mengikuti irama lagu! Saya punya pengalaman pribadi saat mengetik sambil memakai handset ketika mendengarkan lagu “Smells Like Teens Spirit” dari band favorit saya, Nirvana. Pertama saya menyetel dengan volume yang biasa, karena sudah Reff, maka saya meninggikan volumenya sampai batas maksimal. Eh, bukannya menambah semangat untuk nulis, yang ada malah tangan saya gendang-gendang meja, terus kaki saya menghentakkan lantai dengan keras, sambil teriak-teriak “Hello, hello, hello… How lou…”. Sampai akhirnya terhenti, ketika sebuah tangan lembut tapi keras dari Ibu, mendarat di kepala saya. Beliau marah karena sudah tengah malam, saya malah teriak-teriak tidak karuan… Tapi mendengarkan lagu yang slow apalagi cinta juga bukan berarti nambah semangat buat nulis, kemarin saat saya menulis tentang “Suka dan Duka bekerja di tambang batubara II (BArang TUhan BAgi RAta = Batubara?” Saya menyetel lagu Ratih Purwasih yang berjudul Kau Tercipta Bukan Untukku, lagu lama tahun 70-80an. Memang sih awalnya biasa saja, tetapi lama kelamaan tangan ini malah diam, dan pikiran menjadi melayang ke ingatan masa lalu. Huuf, yang ada jadi berbayang saat-saat masih bersama si Dia, apalagi saat liriknya yang berbunyi:

...jangankan untuk bertemu, memandangpun saja sudah tak boleh

apalagi bernyanyi bersama bagai dulu lagi

jangankan mengirim surat, menitip salampun sudah tak boleh

ternyata memang kau tercipta bukan untukku...

Hi hi hi, kalau inget kemarin jadi lucu. Niat mah menuis dengan diiringi lagu klasik, eh yang ada malah jadi membayangkan saat-saat bersama mantan pacar saya dulu. Alhasil buyar semua ide yang mau saya tuangkan lewat tulisan. Untung saya langsung menyeduh kopi dan menghisap sebatang rokok untuk mengalihkan pikiran saya, supaya otak saya ini tetap fokus untuk menulis...

* * *

Menulis itu Mudah? Kata siapa... 6. Menulis itu adalah Seni, dan sebuah seni itu relatif. Baik atau uruk tulisan tergantung yang membaca, bukan yang menulisnya sendiri. Seperti juga Kritik ataupun Komentar Negatif, itu tidak membuat saya patah arang. Justru semakin membuat saya tambah semangat, ingin membuktikan bahwa inilah tulisan saya yang telah diperbaiki.

1299382113722507598
1299382113722507598

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun