Satu lagi artikel yang dituliskan Kompasianer -sebutan untuk blogger di Kompasiana- berhasil dikumpulkan menjadi buku. Setelah September lalu Kompasiana merilis dua buku hasil karya Kompasianer berjudul Jokowi (Bukan) untuk Presiden dan Cinta Indonesia Setengah Hati. Awal April lalu menyusul buku Jelajah Negeri Sendiri: Catatan Perjalanan Merawat Nasionalisme yang diterbitkan Bentang Pustaka.
Bagi saya, Jelajah Negeri Sendiri ini sangat menarik untuk dibaca. Buku setebal 278 halaman ini seolah menjadi kawan dalam rutinitas saya sehari-hari. Sebab, Jelajah Negeri Sendiri ditulis langsung berdasarkan pengalaman dari Kompasianer itu sendiri yang bisa dijadikan sebagai referensi. Total, ada 30 Kompasianer yang turut berpartisipasi menuangkan pengalamannya berkeliling Indonesia ke dalam 57 artikel.
Itu terbagi dalam beberapa tema. Mulai dari berpetualang di alam bebas seperti pantai, pegunungan, hingga hutan belantara. Lalu, mengunjungi kawasan wisata daerah yang masih "perawan", alias belum terjamah oleh pemerintah baik itu pusat maupun daerah. Atau, napak tilas ke beberapa tempat bersejarah seperti candi, situs, maupun monumen yang ada di pelosok nusantara.
Tiga hari sudah saya melahap Jelajah Negeri Sendiri sebagai pengobat lelah disela-sela aktivitas menulis, baik di kantor maupun di blog (Kompasiana) yang bertema narkoba. Saya sangat terkesan dengan buku yang kata pengantarnya ditulis oleh pendiri Kompasiana, Pepih Nugraha. Sebab, banyak kisah menarik mengenai wisata di Indonesia yang diulas dengan gaya yang khas dari Kompasianer itu sendiri.
[caption id="attachment_303198" align="aligncenter" width="266" caption="Jelajah Negeri Sendiri (www.kompasiana.com/roelly87)"]
![1397333261641694908](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/1397333261641694908.jpg?t=o&v=770)
* Â Â * Â Â *
Mulai dari kisah menegangkan yang dialami Kompasianer Mas Ukik dalam artikel Badai Pasir Gunung Bromo. Tulisan tersebut mengenai perjuangannya untuk selamat dari semburan Gunung Bromo saat menjadi relawan untuk memberikan bantuan 26 ribu masker kepada masyarakat suku Tengger. Meski dalam bahaya, Kompasianer itu melukiskan pengalamannya dengan berbagai warna.
Terutama karena mereka bisa bersosialiasi dengan rakyat di pedalaman yang belum tersentuh teknologi. Bahkan, setelah  kejadian itu, Mas Uki dan keluarganya tetap tak lupa untuk mengabadikannya untuk kemudian dituliskan di Kompasiana sebagai reportase warga. Ya, reportase warga menjadi keunggulan Jelajah Negeri Sendiri yang tidak ada dalam buku bertema wisata lainnya.
Bagaimana rasanya melaksanakan Salat Ied di puncak gunung? Itu yang dialami Kompasianer Carrabiner saat mendaki Gunung Bawakaraeng yang terdapat di provinsi Sulewesi Selatan dalam tulisan Menyaksikan Salat Id di Puncak Bawakaraeng. Bagi masyarakat setempat, salat di gunung setinggi 2.829 itu sama artinya dengan naik haji sesungguhnya di tanah suci Makah. Dengan gaya tulisan yang memesona, Carrabiner mampu mengajak pembaca untuk tergugah. Apakah benar, salat di puncak gunung sama dengan di Makah?
Ada yang tahu Sungai Citarum? Sungai yang memiliki aliran sepanjang 300 kilometer ini merupakan kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Sebab, sejak dulu banyak warga yang memanfaatkan sungai itu untuk sarana sehari-hari. Hanya, itu dulu. Sekarang sungai yang membelah kota Bandung itu bisa dikatakan sebagai septic tank terpanjang di dunia saking banyaknya sampah. Bahkan, hingga disorot media internasional.
Tapi, tahukah Anda bahwa, Sungai Citarum yang kerap disebut sebagai "wc berjalan" itu bisa dijadikan untuk bertualang. Khususnya, bagi orang yang menggemari olahraga memacu adrenalin. Tidak percaya? Silakan baca artikel Kompasianer Wahyuni Susilowati yang berjudul Arung Jeram di Septic Tank Terpanjang di Dunia. Dalam tulisan itu mengulas sisi lain Sungai Citarum yang ternyata tak separah dibayangkan orang!
* Â Â * Â Â *
Itulah tiga tulisan yang menurut saya menarik untuk dicoba setelah membaca Jelajah Negeri Sendiri. Masih banyak artikel menarik lainnya yang terdapat dalam buku bersampul unik: perahu mainan yang terbuat dari kaleng ini yang mengingatkan saya pada mainan masa kecil saat membelinya di abang-abang tukang mainan dan memainkannya di ember berisi air. Termasuk catatan perjalanan Olive Bendon yang selama ini dikenal sebagai Kompasianer aktif dalam menuangkan reportase unik tentang daerah yang pernah dilaluinya.
Hanya, ada yang mengganjal seusai membaca Jelajah Negeri Sendiri ini. Yaitu, tidak adanya foto penunjang sebagai ilustrasi kawasan wisata tersebut. Absennya foto menjadi ironi tersendiri mengingat buku yang tergabung dalam program Kompasiana: Merajut Keindonesiaan ini sebenarnya bisa dijadikan pegangan untuk pembaca. Selain foto, salah satu yang mengganggu dari Jelajah Negeri Sendiri ini adalah banyaknya kesalahan ketik. Satu hal lagi yang luput dari Jelajah Negeri Sendiri ini, tidak adanya keterangan dari penulis itu sendiri beserta rincian kawasan tersebut.
Terlepas dari kekurangan itu, saya pribadi sangat menikmati buku hasil kolaborasi puluhan kawan Kompasianer ini. Jelajah Negeri Sendiri bisa saya jadikan sebagai referensi bila kelak ingin mengunjungi kawasan wisata maupun yang belum terjamah. Lantaran, dengan melakukan perjalanan ke berbagai tempat di pelosok nusantara itu jadi bagian dari merawat nasionalisme. Setidaknya, bagi saya pribadi yang memang gemar bertualang.
* Â Â * Â Â *
Judul:Â Jelajah Negeri Sendiri
Penulis:Â 30 Kompasianer
Penerbit:Â Bentang Media
Tahun Terbit:Â 2014
Jumlah Halaman:Â 278
ISBN:Â 978-602-7888-81-4
* Â Â * Â Â *
Resensi Buku Kompasianer Lainnya:
- The Smilling Death: Senyuman Berbisa (Erri Subakti & Arimbi Bimoseno)
-Â Celoteh Kompasianer TeDe 2 (Thamrin Dahlan)
-Â Macaroon Love (Winda Krisnadefa)
-Â 15 November (Anazkia)
-Â Citizen Journalism (Pepih Nugraha)
-Â Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (Christie Damayanti)
-Â Karma: Cepat Datangnya (Arimbi Bimoseno)
-Â Bukan Orang Terkenal 1 (Thamrin Dahlan)
-Â 66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog (Suka Ngeblog)
-Â Kompilasi Kompasianer (1)
-Â Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter 1 (Posma Siahaan)
* Â Â * Â Â *
Resensi Buku Lainnya:
- "Who Moved My Cheese?" Belajar untuk Menyikapi Perubahan
- "Jakarta Banget" Mengupas Sisi Lain Kehidupan Jakarta
- "Tembang Cinta Para Dewi" Kisah Cinta yang Getir dari Dunia Wayang
- Kurt Cobain: Musik, Gaya Hidup, Narkoba, dan Kematian!
- Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas: Kisah Inspiratif dari Angkie Yudistia
- The Last Empress: Sisi Lain dari Seorang Perempuan yang Berkuasa
- Empress Orchid: Kisah Selir yang Menyelamatkan Dinasti dari Keruntuhan
- Yakuza Moon: Potret Nyata Kehidupan Gadis Jepang
* Â Â * Â Â *
- Jakarta, 13 April 2014
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI