Ribuan kilo, jalan yang kau tempuh
Lewati rintang, untuk aku anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan
Meski tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas ....
(Bang Iwan Fals)
Ada begitu banyak linangan air mata dari sepasang netra teduhnya yang mulai rabun. Pandangannya tak lagi jelas. Meski seseorang di hadapannya sejengkal sekalipun, beliau tak akan pernah tahu siapa kecuali setelah mendengar suaranya. Namun, orang yang melihat sepasang netra itu tidak akan tahu bahwa keduanya tak lagi berfungsi dengan benar.
Semua berawal ketika beliau diperiksa, kadar gula sangat tinggi. Selang tidak berapa lama, Diabetes Melitus pun melekat dalam dirinya. Seiring dengan perubahan fisiknya yang semakin renta, menyisakan kulit yang membungkus tulang. Padahal sebelumnya sangatlah jelita. Dengan kulitnya yang kuning langsat, sisa kecantikannya masih tampak nyata.
Ah, jika saja Tuhan memperbolehkan membenci, tentu aku membenci penyakitnya. Yang dengan sangat kejam menggerogoti seseorang yang sangat berjasa dalam kehidupanku.