Mohon tunggu...
Roe Ardianto
Roe Ardianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Roe Ardianto

Mempunyai satu istri yang baik, mempunyai satu anak yang baik dan ingin tetap menjadi manusia yang baik.....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potret Koalisi Partai Milik Prabowo Subianto

20 Mei 2014   23:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingga hari ini, partai yang resmi mendukung Prabowo Subianto (PS) di bawah tenda besar Gerindra adalah PPP, PKS, PAN, PBB dan Golkar. Suatu dukungan yang besar baik dilihat dari gabungan perolehan suara pileg partai-partai tersebut sebesar 48.93 persen atau jumlah kursi di DPR sebesar 292 kursi (lebih 52 persen dari jumlah keseluruhan jumlah kursi di DPR).

Menarik jika kembali kita mengingat, bagaimana partai-partai tersebut akhirnya 'bersedia' bergabung dengan Gerindra untuk mendukung PS sebagai capres. Banyak rumor, konflik yang muncul, hingga kepentingan yang pada akhirnya mereka bersepakat untuk menyatu demi pemenangan PS pada pilpres 9 Juli mendatang.

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP): Didahului dengan manuver politik Ketua Umum PPP, Surya Darma Ali (SDA), saat kampanye akbar Gerindra di Gelora Bung Karno, Minggu (23/3/2014), menyatakan mendukung PS sebagai Presiden RI 2014-2019. Sikap Ketua Umum ini kemudian menjadi konflik di tubuh PPP setelah berakhirnya pileg, dianggap sikap SDA tersebut mengakibatkan perolehan suara PPP menjadi turun dan tidak menguntungkan.

Terjadi islah di kedua kubu yang bertikai, kemudian saat rapimnas PPP digelar akhirnya membuat keputusan bulat untuk bergabung dengan Gerindra mendukung PS sebagai capres. Diduga kuat bahwa pada akhirnya PPP bertekuk lutut mendukung PS karena alasan pertama janji politik SDA sejak pilpres 2009 yang terlanjur sudah menerima mahar sebesar 40 milyard tetapi kemudian 'mbalelo' mendukung SBY-Budiono yang memberi mahar lebih besar lagi.

Jika pada saat rapimnas terjadi kealotan mengambil keputusan, kemudian rapat ditunda untuk melakukan lobi-lobi, kemudian SDA dan Sekjen PPP, Romahurmuzy, mengadakan pertemuan empat mata yang akhirnya membuahkan keputusan saat dinihari Senin (12/5/2014) untuk mendukung PS, tidak terlepas dari isu mahar 10 kali lipat besarnya dibanding mahar tahun 2009, ini alasan kedua.

2. Partai Keadilan Sejahtera (PKS): Siapa yang tidak 'mengenal' partai ini, menjadi aneh jika PKS yang gemar menabuh genderang isu SARA, contohnya terhadap Wagub DKI Jakarta, Ahok. Kemudian 'mempertanyakan' tentang asal usul Jokowi yang katanya cina juga termasuk ke-Islamannya, pada akhirnya mau mendukung PS sebagai capres yang ditengarai juga mempunyai masalah yang sama.

Seperti diketahui, bahwa PS pun terlahir dari keluarga Kristen. Jika pun PS menjadi Islam karena pernikahannya dengan Siti Hediati Hariyadi, anak mantan Presiden orde baru, Suharto. Dikabarkan pula bahwa ada darah cina pada diri seorang PS, jika PKS mempermasalahkan hal-hal tersebut kepada Ahok dan Jokowi, mengapa kepada PS seakan tutup mata dan mengunci mulut?

Ternyata keanehan tersebut terjawab dan dapat dimaklumi karena saat PKS memutuskan untuk bergabung dengan Gerindra, saat gagal mengajukan tiga kadernya sebagai cawapres dari PS, ada kesepakatan 5 kursi menteri untuk PKS di pemerintahan jika menang dalam pilpres nanti. Jadi jargon PKS yg terkenal yaitu; "wani piro", dijadikan senjata untuk tidak mempersoalkan asal usul dan ke-Islaman seorang Prabowo Subianto.

3. Partai Amanat Rakyat (PAN): Setelah gagal mencoba merapat pada PDIP karena tidak mendapatkan keinginan yang dikehendaki, akhirnya PAN sukses bergabung dengan Gerindra, apa yang didapat oleh PAN? Sudah pasti, kursi RI-2 yang diisi oleh Hatta Rajasa. Menarik adalah saat PS mengumumkan keputusan ini, PPP dan PKS sedikit berulah dengan mengatakan akan menarik dukungannya dari Gerindra jika keputusan PS tersebut tidak mengikut-sertakan 'pemikiran' mereka.

Entah janji apa lagi yang diberikan oleh PS kepada PPP dan PKS, akhirnya kedua partai tersebut menerima keputusan bahwa pendamping PS sebagai cawapres adalah Hatta Rajasa dari PAN, masuk terakhir mendapat kue yang paling besar.

4. Partai Bulan Bintang (PBB): Untuk partai ini tidak diketahui apa perjanjiannya, mungkin karena kegalauan PBB saja yang tidak mempunyai 'apa-apa' sehingga menerima saja bergabung dengan Gerindra, seandainya beruntung PS menang dalam pilpres mendatang dan mau berbaik hati, mungkin 1 kursi menteri yang tidak bergensi pun akan menyenangkan partai ini.

5. Partai Golongan Karya (Golkar): Bagaimana sama-sama kita lihat jumpalitannya Golkar dalam mengejar ambisi Ketua Umum-nya, ARB, untuk dapat mencapreskan dirinya. "Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih", sepertinya kiasan tersebut cocok untuk ARB, setelah menawarkan dirinya kesana kesini tapi tak satupun partai tertarik.

Terakhir saat Minggu (18/5/2014), setelah mengantongi hasil keputusan rapimnas kembali bertemu dengan Megawati, sayangnya PDIP tetap bersiteguh bahwa jika ingin bergabung dengan PDIP tidak ada syarat apapun, merasa kepentingannya tidak terakomodir kemudian bertemu dengan PS dan didapat deal yaitu; "Saya ingin dan minta pak Aburizal Bakri ikut dalam pemerintahan di dalam satu kabinet yang sedang kita rumuskan bersama selaku jabatan kunci", pernyataan seorang PS saat jumpa pers di kediaman ARB, Senin (19/5/2014).

Janji "selaku jabatan kunci", itu yang membuat ARB pada hari ini ikut bertanda tangan pada surat dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai capres sebelum mendaftarkan pencalonannya ke KPU tadi siang. Jika tidak ada janji tersebut, kira-kira Golkar akan bersikap seperti apa?

Menarik adalah jauh-jauh hari sebelum ARB kelimpungan seperti 3 hari terakhir ini, bahwa sebenarnya ada pertemuan antara ARB dan PS membicarakan mengenai capres dan cawapres, saat itu PS 'menodong' ARB mahar sebesar 3 Trilyun jika ARB ingin menjadi cawapres PS, ARB menawar 1.7 T tetapi ditolak oleh Hasyim Djojohadikusumo, adik PS. Akhirnya tidak ada kesepakatan yang dicapai.

Itulah sekilas potret dari koalisi tenda besar milik Prabowo Subianto, bahwa semua partai pendukungnya ada karena janji dan kesepakatan yang sudah diupayakan, dibicarakan, direncanakan di awal mereka akan bersepakat. Bahkan beberapa petinggi Gerindra pun beberapa kali menyatakan bahwa tidak ada yang namanya koalisi tidak bagi-bagi kursi dan bahkan mungkin lagi tidak bagi-bagi (duit) mahar.

Jika mereka sudah bicara seperti itu, dan cerita-ceritanya pun mendukung hal itu, lalu kita sebagai rakyat pemilih yang mempunyai KUASA untuk menjadikan atau tidak menjadikan, untuk memenangkan atau tidak memenangkan, di posisikan dimana kita oleh mereka? Apakah kita dapat percaya dengan mereka yang jelas-jelas sudah melacurkan diri demi kepentingan dan kekuasaan? Apakah kita masih percaya jika mereka masih saja mengumbar janji dan omongan; "Apa yang kami lakukan ini semata-mata demi kepentingan rakyat Indonesia", kepentingan rakyat Indonesia yang mana?

Di akhir tulisan ini, saya ingin melepaskan kegemasan saya yang kedua kepada Prabowo Subianto (kegemasan saya pertama kepada beliau ada disini), bahwa jika benar Prabowo Subianto ingin memenangkan pilpres ini dengan cara ksatria dan bermartabat juga demi rakyat, seharusnya Gerindra cukup berkoalisi dengan PAN dan PPP untuk menjaga kredibilitasnya. Menurut saya....., Golkar, Demokrat (jika jadi bergabung), PKS, Oma Irama, hanya akan membuat Prabowo Subianto kalah telak di pilpres 9 Juli 2014 mendatang, saya sebagai (mantan) pendukung Prabowo Subianto sangat menyayangkan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun