Mohon tunggu...
Roe Ardianto
Roe Ardianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Roe Ardianto

Mempunyai satu istri yang baik, mempunyai satu anak yang baik dan ingin tetap menjadi manusia yang baik.....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potret Koalisi Partai Milik Prabowo Subianto

20 Mei 2014   23:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Partai Golongan Karya (Golkar): Bagaimana sama-sama kita lihat jumpalitannya Golkar dalam mengejar ambisi Ketua Umum-nya, ARB, untuk dapat mencapreskan dirinya. "Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih", sepertinya kiasan tersebut cocok untuk ARB, setelah menawarkan dirinya kesana kesini tapi tak satupun partai tertarik.

Terakhir saat Minggu (18/5/2014), setelah mengantongi hasil keputusan rapimnas kembali bertemu dengan Megawati, sayangnya PDIP tetap bersiteguh bahwa jika ingin bergabung dengan PDIP tidak ada syarat apapun, merasa kepentingannya tidak terakomodir kemudian bertemu dengan PS dan didapat deal yaitu; "Saya ingin dan minta pak Aburizal Bakri ikut dalam pemerintahan di dalam satu kabinet yang sedang kita rumuskan bersama selaku jabatan kunci", pernyataan seorang PS saat jumpa pers di kediaman ARB, Senin (19/5/2014).

Janji "selaku jabatan kunci", itu yang membuat ARB pada hari ini ikut bertanda tangan pada surat dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai capres sebelum mendaftarkan pencalonannya ke KPU tadi siang. Jika tidak ada janji tersebut, kira-kira Golkar akan bersikap seperti apa?

Menarik adalah jauh-jauh hari sebelum ARB kelimpungan seperti 3 hari terakhir ini, bahwa sebenarnya ada pertemuan antara ARB dan PS membicarakan mengenai capres dan cawapres, saat itu PS 'menodong' ARB mahar sebesar 3 Trilyun jika ARB ingin menjadi cawapres PS, ARB menawar 1.7 T tetapi ditolak oleh Hasyim Djojohadikusumo, adik PS. Akhirnya tidak ada kesepakatan yang dicapai.

Itulah sekilas potret dari koalisi tenda besar milik Prabowo Subianto, bahwa semua partai pendukungnya ada karena janji dan kesepakatan yang sudah diupayakan, dibicarakan, direncanakan di awal mereka akan bersepakat. Bahkan beberapa petinggi Gerindra pun beberapa kali menyatakan bahwa tidak ada yang namanya koalisi tidak bagi-bagi kursi dan bahkan mungkin lagi tidak bagi-bagi (duit) mahar.

Jika mereka sudah bicara seperti itu, dan cerita-ceritanya pun mendukung hal itu, lalu kita sebagai rakyat pemilih yang mempunyai KUASA untuk menjadikan atau tidak menjadikan, untuk memenangkan atau tidak memenangkan, di posisikan dimana kita oleh mereka? Apakah kita dapat percaya dengan mereka yang jelas-jelas sudah melacurkan diri demi kepentingan dan kekuasaan? Apakah kita masih percaya jika mereka masih saja mengumbar janji dan omongan; "Apa yang kami lakukan ini semata-mata demi kepentingan rakyat Indonesia", kepentingan rakyat Indonesia yang mana?

Di akhir tulisan ini, saya ingin melepaskan kegemasan saya yang kedua kepada Prabowo Subianto (kegemasan saya pertama kepada beliau ada disini), bahwa jika benar Prabowo Subianto ingin memenangkan pilpres ini dengan cara ksatria dan bermartabat juga demi rakyat, seharusnya Gerindra cukup berkoalisi dengan PAN dan PPP untuk menjaga kredibilitasnya. Menurut saya....., Golkar, Demokrat (jika jadi bergabung), PKS, Oma Irama, hanya akan membuat Prabowo Subianto kalah telak di pilpres 9 Juli 2014 mendatang, saya sebagai (mantan) pendukung Prabowo Subianto sangat menyayangkan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun