Mohon tunggu...
Roe Ardianto
Roe Ardianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Roe Ardianto

Mempunyai satu istri yang baik, mempunyai satu anak yang baik dan ingin tetap menjadi manusia yang baik.....

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak SBY…, Kenapa Masih Malu untuk Mendukung Jokowi?

12 Juni 2014   17:20 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:04 3903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="565" caption="SBY/Kompasiana (Herudin/Tribunnews.com)"][/caption]

Saat membuka acara Forum Anti Korupsi ke-4 di Istana Negara, Selasa (10/6/2014), dalam sambutannya, SBY berkesempatan menanggapi acara debat capres-cawapres yang diadakan oleh KPU Senin malam (9/6/2014), dalam hal visi misi pemberantasan korupsi. Dikatakan dirinya (SBY) menonton langsung siaran acara tersebut, dan yang menarik adalah pernyataan SBY yang sebagian saya kutip sebagai berikut;

".......... saya mendengarkan langsung semangat, komitmen dan keinginan kuat dari beliau-beliau untuk melakukan pemberantasan korupsi. Harapan saya adalah..., dan ini bukan hanya kepada para capres dan cawapres, yang hampir pasti, salah dua dari empat itu akan menjadi presiden dan wakil presiden kita nanti .........."

Setelah SBY mengucapkan kalimat; "salah dua dari empat itu akan menjadi presiden dan wakil presiden kita nanti", terlihat ada senyum kecil di wajah SBY dan kemudian terdiam beberapa detik seakan menunggu reaksi dari para undangan yang sedang mendengarkan sambutannya atas pengucapan kalimat yang sengaja 'diplesetkan' dari pengucapan yang lazim.

Pengucapan yang lazim apabila menjelaskan subjek yang lebih dari satu untuk menerangkan sesuatu hal, lazimnya kita akan mengatakan dengan pernyataan; "salah satu....", bukan; "salah dua...." atau lainnya.

Untuk lebih meyakinkan hati, saya mencoba untuk meng-googling apakah kalimat; "salah dua", ada atau dapat digunakan dalam suatu penjelasan lainnya, tetap saya tidak menemukannya dan selalu yang muncul adalah pengucapan/penulisan lazim, yaitu; "salah satu" dalam tujuan menjelaskan sesuatu hal.

Akhirnya saya menyimpulkan bahwa pengucapan; "salah dua", yang tidak lazim yang dilakukan oleh SBY dalam kata sambutannya itu memang disengaja, apalagi dipertegas dengan senyum kecil yang ada di wajah SBY seakan mengandung arti. Tujuannya (mungkin) SBY ingin menyiratkan dan secara implisit menyatakan dukungannya kepada pasangan capres nomor 2 yaitu Jokowi-JK.

Di awal Mei, tepatnya tanggal 7/5/2014, SBY dalam pernyataannya yang diunggah di kanal Youtube, menyatakan dirinya tidak akan mendukung capres yang berencana dan menyatakan akan menasionalisasikan seluruh aset asing yang ada di Indonesia. Capres yang dimaksud itu adalah Prabowo Subianto yang saat itu sering menyatakan hal tersebut, tetapi kemudian dibantah (diralat) setelah SBY memberikan 'ancaman' tidak akan mendukung capres yang seperti itu.

Dua kali sudah secara tersirat dan implisit SBY menyatakan pilihannya kepada Jokowi, apalagi di tengah isu yang masih santer terdengar bahwa partai Demokrat akan resmi mendukung Prabowo-Hatta tetapi tidak juga kunjung terwujud, dan dalam beberapa hari sejak hari kampanye dimulai, petinggi Demokrat malah sepertinya lebih memilih menahan diri dari yang biasanya senang menyerang Jokowi.

Sebenarnya masuk akal saja jika SBY memilih untuk tidak mendukung Prabowo Subianto dalam pilpres ini, karena SBY adalah termasuk salah satu (bukan salah dua) dari jenderal penanda-tangan Surat Keputusan Dewan Kehormatan Perwira dalam kapasitasnya saat itu sebagai anggota yang merekomendasikan memberhentikan Prabowo Subianto dari dinas keprajuritan ABRI tahun 1998.

Artinya SBY sangat mengerti siapa sebenarnya Prabowo Subianto, jika SBY mendukung Prabowo Subianto, dalam kapasitasnya saat ini sebagai Presiden rasanya sangat tidak elok. Sangat mudah dilihat bagaimana sikap SBY terhadap Syafrie Syamsuddin, membawanya hingga saat ini dalam kabinetnya. Dari sikap itulah kita dapat melihat perbedaan sikap tentang SBY 'melihat' siapa Prabowo Subianto dan SBY 'melihat' siapa Syafrie Syamsuddin.

"Jika sudah seperti ini, kenapa sampai saat ini SBY seakan masih malu mendukung Jokowi?"

Apakah ini hanya trik tarik-ulur kepada pihak Jokowi karena Megawati hingga saat ini masih tidak mau berdamai, atau SBY tidak enak hati kepada Hatta Rajasa jika mendukung Jokowi karena secara kekeluargaan bukankah seharusnya SBY lebih mendukung Hatta Rajasa, notabene adalah besannya sendiri.

Kemungkinan lain, SBY lebih memilih saat ini tidak menyatakan dukungannya kepada salah dua capres secara eksplisit untuk menjaga kerukunan nasional dalam kapasitasnya sebagai seorang presiden yang harus menjaga kesatuan dan persatuan negeri, atau kemungkinan terakhir seperti kebiasaan yang sudah-sudah, SBY galau untuk menentukan sesuatu hal. (pak SBY sendiri yang dapat menjawab).

~P e n u t u p~

Mohon maaf sebelumnya, saran saya untuk pak SBY; bapak pasti lebih mengerti siapa Prabowo Subianto bukan hanya dari SK DKP yang bocor tersebar, isu pelanggaran HAM, mudah emosi dan lain sebagainya. Bapak juga pasti lebih mengerti siapa Jokowi bukan dari tabloid bodong "obor rakyat", dianggap cina, bukan Islam, tidak bisa sholat dan lain sebagainya.

Artinya kelebihan dan kekurangan dari kedua capres tersebut, pastinya bapak lebih mengetahui secara detil dan akurat dibanding kami, sehingga harapan kami, terpenting kesatu adalah pilihan bapak SBY nanti harus bermanfaat bagi kami sebagai rakyat. Untuk mencoblos di 9 Juli, memilih pemimpin terbaik bagi negeri ini dipikirkan nomor 2 tidak apa-apa, karena akan terasa manfaatnya. Semoga bapak SBY berkenan menerima saran saya, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun