Mohon tunggu...
Roe Ardianto
Roe Ardianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Roe Ardianto

Mempunyai satu istri yang baik, mempunyai satu anak yang baik dan ingin tetap menjadi manusia yang baik.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arti Netral SBY & Situasi Keamanan 9 Juli 2014

4 Juli 2014   21:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:29 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kamis (3/7/2014), setelah melakukan rapat terbatas dengan jajaran kabinet bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam), SBY melakukan konferensi pers mengenai pengamatan situasi keamanan negara menjelang dilaksanakan pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 nanti.

Dikatakan SBY, bahwa situasi keamanan negara menjelang pilpres saat ini, terutama di kalangan masyarakat di seluruh daerah relatif aman dan kondusif. Jikapun ada sesuatu hal yang 'menghangat' dan dirasa meresahkan keamanan, itu tidak terjadi di kalangan masyarakat, karena menurut SBY tercermin pada kehidupan masyarakat yang tetap berjalan normal hingga hari ini.

SBY pun menegaskan bahwa sikap TNI dan POLRI harus dalam posisi netral, siap dan waspada dalam mengawal jalannya pilpres ini. Khususnya kepada POLRI, untuk berani dan tegas mengambil tindakan kepada pihak-pihak yang melakukan perbuatan yang dianggap dapat mengganggu jalannya pilpres dan meresahkan keamanan masyarakat umumnya.

Di akhir konferensi pers, SBY mengajak seluruh masyarakat, kedua pasangan  capres dan cawapres dan seluruh pihak untuk bersama menjaga kedamaian dan keamanan pilpres ini. Juga menyatakan untuk kedua kali (karena di awal konferensi pers sudah dikatakan), keterangan pers-nya adalah untuk menjawab beberapa pihak di dalam negeri juga luar negeri dari negara sahabat akan kekhawatiran mereka mengenai situasi keamanan di Indonesia jelang dan setelah pilpres 9 Juli 2014.

"N o r m a t i f"

Entah..., apakah tepat kata tersebut untuk menyimpulkan semua pernyataan SBY dalam konferensi pers-nya mengenai situasi keamanan negara saat jelang pilpres 9 Juli 2014 ini. Menurut saya memang tidak ada yang saya dengar dari pernyataan SBY sejak dimulai dan berakhirnya konferensi pers tersebut, yang dapat me-resfresh pikiran saya tentang apa saja yang saat ini sudah, sedang dan akan terjadi menjelang hari pencoblosan nanti.

Mungkin bagi sahabat Kompasianer yang kebetulan kemarin siang juga mendengar konferensi pers tersebut atau setelahnya mendengar melalui cuplikan-cuplikan berita mengenai hal tersebut hingga hari ini atau mengetahui dari sumber lain, mempunyai penilaian berbeda dengan saya atas pernyataan SBY.

Tetapi, pernyataan/kata; "relatif aman dan kondusif", "TNI dan POLRI harus bersikap netral", "saya (SBY) intruksikan kepada aparat POLRI untuk bersikap tegas terhadap pelangaran yang dilakukan selama pilpres", "saya (SBY) akan memantau langsung jalannya pilpres", dan lain-lain yang saya tidak ingat lagi. Menurut saya bukankah memang seperti itu 'normatif' dari seorang SBY dalam menyikapi masalah?

Menarik pernyataan SBY yang mengatakan bahwa di tingkat masyarakat tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, karena tidak terjadi keresahan akan jelang pilpres di tingkat tersebut, dibuktikan dengan berjalan normalnya kehidupan masyarakat sehari-hari hingga saat ini.

Jika demikian, kira-kira apa pandangan SBY mengenai hal-hal yang terjadi di tengah berlangsungnya kampanye saat ini, seperti contoh penyebaran tabloid OR (obor rakyat), jelas-jelas berisi fitnah sangat masif terhadap capres Jokowi, sudah berlangsung lama dan pemberitaannya pun sudah menjadi konsumsi nasional.

Bagaimana SBY dapat mengatakan bahwa tidak ada terjadi keresahan di masyarakat, pada kenyataannya, karena kasus tersebut banyak masyarakat terutama di daerah terdampak tabloid tersebut, menyatakan keresahan dan rasa ketidak-nyamanan. Juga tidak sedikit para alim ulama dan pengamat yang memposisikan diri tidak memihak, mengungkapkan rasa keprihatinan untuk hal tersebut.

Apakah pernyataan sebagian masyarakat, keprihatinan alim ulama dan pengamat dalam kasus tabloid OR ini tidak dapat dikatakan bahwa ada kekhawatiran dan keresahan yang terjadi di kalangan masyarakat? Atau hanya karena terjadi di pulau Jawa saja sehingga tidak dapat dikatakan mewakili kekhawatiran dan keresahan dari rakyat Indonesia pada umumnya?

Dan beberapa kasus lain, seperti contoh, pengiriman masif "surat pribadi Prabowo" kepada guru-guru yang dialamatkan langsung ke sekolah-sekolah di beberapa daerah di Indonesia,  contoh lain dan terbaru adalah fitnah terhadap Jokowi yang dinyatakan sebagai seorang PKI. Kedua kasus ini banyak menarik perhatian masyarakat, tokoh masyarakat, para pengamat, yang kembali mengungkapkan rasa keprihatinannya.

Apakah bagi SBY hal-hal tersebut tidak berarti apa-apa dan hanya dianggap sebagai 'bumbu penyedap' dari perhelatan besar jelang pilpres saja? Jikapun ada keresahan dan rasa tidak nyaman yang terjadi di kalangan masyarakat karena hal tersebut, tetapi karena kehidupan masyarakat terlihat berjalan normal seperti biasa, maka dikatakan tidak ada masalah keamanan yang berarti yang mengganggu masyarakat.

Pertanyaan adalah; "jika SBY sebagai petahana yang masih mempunyai kesempatan untuk berkuasa dan juga ikut sebagai kompetitor capres dalam pilpres saat ini dan dalam posisi sebagai pihak yang dirugikan, apakah tetap akan berkata normatif seperti dalam konferensi pers-nya kemarin siang?".

Kemudian SBY mengintruksikan TNI dan POLRI harus bersikap netral. Apakah SBY sendiri memahami arti dari kata netral tersebut? Apakah kata netral yang diintruksikan SBY kepada TNI dan POLRI saat konferensi pers kemarin siang, sama artinya dengan intruksi SBY kepada Ketua Harian Partai Demokrat, Syarief Hasan, tangal 30/6/2014 untuk melakukan, menyatakan secara resmi mendukung dan bergabung dengan koalisi tenda besar bentukan partai Gerindra?

Kenapa? (jika saya tidak salah) setelah proses konvensi demokrat selesai dan saat setelah rapimnas, SBY pernah mengatakan bahwa partainya mengambil keputusan untuk bersikap netral, bahkan dimungkinkan akan menjadi partai penyeimbang di luar pemerintahan sebagai partai oposisi sekaligus sebagai proses perbaikan internal partai lima tahun mendatang. Menurut SBY saat itu, lebih bermartabat bagi partainya jika tidak bergabung dengan partai lain.

Pada kenyataannya, makna netral bagi SBY itu berakhir dengan intruksi kepada Ketua Harian partainya untuk menyatakan dukungan resmi kepada koalisi partai Gerindra. Maka tidak salah jika muncul pertanyaan; "Apakah intruksi SBY kepada TNI dan POLRI untuk bersikap netral dalam pilpres ini, dapat diartikan sebagai perintah bahwa TNI dan POLRI harus mendukung koalisi partai Gerindra?".

Di akhir konferensi pers, seperti yang sudah saya tuliskan, SBY mengatakan bahwa keterangan/pernyataannya adalah untuk menjawab beberapa pihak di dalam dan luar negeri yang merasa khawatir akan keamanan Indonesia jelang dan setelah pilpres 9 Juli 2014. Siapakah pihak-pihak tersebut yang dimaksud SBY?

Apakah pihak-pihak di dalam negeri itu adalah masyarakat, tokoh masyarakat, pengamat, dan pihak lain yang memang merasakan bahwa ada gejala tidak sehat yang sedang berlangsung di tengah masyarakat, yang dilakukan oleh pihak tertentu dan dikhawatirkan dapat mengganggu situasi keamanan jelang pilpres ini?

Kemudian pihak luar negeri, yang membutuhkan jawaban dari seorang SBY mengenai situasi keamanan di Indonesia jelang dan setelah pilpres. Apakah pula dapat diduga bahwa mereka (pihak luar negeri) mengetahui ada sesuatu hal buruk yang sedang berlangsung di tengah masyarakat, yang dilakukan oleh pihak tertentu dalam masa pilpres, sehingga mereka mengkhawatirkan hal tersebut?

Mengapa SBY bereaksi untuk menjawab 'keingintahuan' pihak di dalam negeri dan di luar negeri tersebut, apakah memang benar ada hal tertentu yang dikhawatirkan oleh pihak-pihak tersebut yang saat ini sedang berlangsung dan berpotensi mengganggu keamanan? Sayangnya kita ada di negeri auto pilot, untuk hal-hal tertentu kita harus melakukan inovasi sendiri untuk mencari tahu jawabannya berdasar clue normatif yang sudah diberikan oleh pemangku negeri ini.

Satu contoh misalnya, kasus OR yang sudah saya singgung di atas, pihak POLRI masih belum menetapkan siapa tersangka dari kasus tersebut. Saya ingat pernah melihat wawancara salah satu petinggi POLRI, menyatakan bahwa POLRI tidak dapat melakukan tindakan hukum jika belum ada pelaporan resmi dari pelapor, siapa yang terlapor dan sesuatu bukti yang berkaitan dengan tindakan tersebut.

Beberapa pekan kemudian, petinggi POLRI yang sama muncul kembali pada stasiun TV yang sama dan dalam pembahasan tema yang sama pula. Kali ini dalihnya adalah walaupun POLRI sudah dilapori secara resmi, terlapor juga sudah ada dan diketahui, barang bukti dari tindakan tersebut sudah diterima, tetap POLRI tidak dapat serta merta menangkap pihak terlapor karena ada prosedur tindakan pemeriksaan pendahuluan hingga dihasilkan kesimpulan hukum.

Ketika salah satu pembicara lain pada acara tersebut memberikan contoh, dirinya sendiri pernah dilapori oleh petahana pada kasus pemilukada. Ternyata aparat polisi dapat langsung mengamankan dirinya tanpa perlu prosedur tindakan pemeriksaan pendahuluan, intinya hari ini dirinya dilaporkan, lalu besok dirinya ditangkap. Sang petinggi POLRI tersebut sambil tersenyum, kurang lebih mengatakan; "Ini masukkan yang bagus bagi kami, dan dapat menjadi pertimbangan kami".

Tetapi sampai saat ini setelah beberapa hari acara talk-show tersebut, tetap tidak ada tindakan menarik dari kasus OR ini, bahkan malah muncul kabar bahwa tabloid OR ini, Sabtu (5/7/2014) besok akan kembali diterbitkan secara resmi. Makin sangat tidak masuk akal bukan? Tetapi setelah mendengar konferensi pers SBY kemarin siang, akhirnya semua tanda tanya yang ada menjadi jelas dan terang benderang.

Jelas saja POLRI tidak dapat melakukan tindakan apa-apa terhadap para pelaku OR tersebut, karena isi tabloid OR itu jelas menyerang capres Jokowi, sementara intruksi tegas SBY kepada POLRI adalah harus bersikap netral. Sudah saya jelaskan di atas, netral bagi SBY itu adalah mendukung koalisi partai Gerindra, maka menjadi wajar POLRI tidak bertindak apa-apa terhadap kasus OR, karena POLRI bersikap netral.

~ ~ ~ ~ ~

Sahabat semua pendukung Jokowi, lima hari kedepan menuju tanggal 9 Juli 2014 akan semakin berat bagi perjuangan kita memenangkan pilpres ini, karena segala cara tipu daya dan kecurangan benar memang akan terjadi. Jika perjuangan kita tidak sesuai dengan harapan, tidak perlu ada penyesalan karena kita tetap mempunyai kebanggaan yaitu berjuang dengan cara baik dan benar. Menjadi pihak yang kalah dengan cara terhormat dan bermartabat, adalah lebih baik dibanding pihak yang menang tetapi hasil segala cara, tipu daya, kecurangan dan fitnah-fitnah.

Sahabat semua pendukung Jokowi, pernyataan di atas, bukanlah sikap pesimis saya terhadap hasil perjuangan kita di 9 Juli 2014 nanti, tetapi adalah sikap untuk mengajak sahabat semua sesama pendukung Jokowi untuk lebih bersemangat lagi, bersemangat lagi dan bersemangat lagi di lima hari terakhir ini hingga menjelang hari pencoblosan nanti dan kita mendapatkan kemenangan.

Saya sangat meyakini, Insya Allah Jokowi akan memenangkan pertarungan pilpres ini, karena saudara-saudara kita di Porong Sidoarjo, saudara-saudara kita petani seluruh Indonesia, saudara-saudara kita nelayan di seluruh Indonesia, dan saudara-saudara kita semua lainnya di seluruh Indonesia yang hidupnya masih belum beruntung, sangat membutuhkan seorang Jokowi untuk mengangkat harkat hidup mereka dalam kesejahteraan yang layak bagi mereka.

Bagi kita tidak menjadi masalah kubu disana banyak didukung partai, tidak menjadi masalah kubu disana didukung oleh seorang Presiden yang saat ini sedang berkuasa, bahkan tidak menjadi masalah pula jika benar kubu disana didukung oleh TNI-POLRI yang seharusnya bersikap tidak memihak. Karena kita kekuatan Jokowi adalah kekuatan rakyat dan tidak ada yang dapat mengalahkan kekuatan rakyat.

Sahabat semua pendukung Jokowi, mari kita berusaha lebih keras lagi di waktu yang tersisa lima hari kedepan, memastikan kembali orang-orang terdekat kita, orang-orang di sekitar kita, yang dapat kita ajak dengan cara yang baik dan benar untuk memilih Jokowi di 9 Juli 2014 nanti. Setelah kita berusaha, hasilnya kita pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa, semoga Tuhan Yang Maha Mampu-pun berada di pihak kita untuk memenangkan Jokowi-JK, Aaamiiin.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun