dokpri fb
Seperti biasa, siang tadi secara tidak sengaja berbincang-bincang dengan pedagang krupuk keliling yang sudah ia geluti sejak tahun 1973. Wow! cukup lama juga ya. Sebenarnya di warung tegal ini saya sering bertemu dengan orang ini setiap kali makan siang. Biasanya dia pesan kopi sambil menikmati udud. Baru kali ini saja saya berkesempatan ngobrol lama dengan dia.
Pria yang bernama asli Pak Rodili ini tinggal di sekitaran kelurahan Cililitan sejak daerah Cililitan masih banyak rawa-rawa. Dulu kenaikan air sungai Ciliwung tidak pernah sampai membanjiri tempat tinggalnya. Kebetulan memang Cililitan ini tak jauh dari bantaran kali Ciliwung.
Awal mulanya dagang krupuk, Pak Rodili diajak orang yang sekampung dengan dia, yaitu Pak Haji Usman asal Ciamis. Dia masih ingat jamannya sagu satu kuintalnya 20 ribu sampai sekarang harganya 600 ribu. Harga krupuk dari 25 perak, 50 perak, 100 perak sampai hari ini harganya mencapai 1ooo rupiah. Bahkan di basement-basement perkantoran per krupuknya bisa sampai 2000 rupiah.
Begitu lamanya ia menggeluti pekerjaan dagang krupuk dari jaman dipikul sampai hari ini dengan sepeda ontel di depannya ditaruh gerobak kaleng. Ia bisa mengisi ke warung-warung sehari sampai seribu krupuk. Dia memasukkan harga  untuk warga 800 rupiah. Dia mengambil untung juga 200 rupiah. Artinya dari sononya 600 rupiah.
Kata temannya sesama pedagang krupuk, Yanto yang juga asli ciamis bahan krupuk yang masih mentah diambil langsung dari pengrajin krupuk di Ciamis. Per kilonya kisaran 13-14 ribu. Lalu di Jakarta digoreng sendiri. Itu biasanya bersih jadi krupuk siap edar bisa sampai 65 krupuk perkilonya.
Pak Rodili ini bisa berkeliling sampai ke manggarai dan banyak tempat lain. Sementara temannya Yanto yang baru berumur 25 tahun dan sudah pernah nikah tiga kali, yang belum lama berprofesi sebagai pedagang keliling ikut berkomentar kalau daerah bekasi dan perkantoran-perkantoran biasanya pakai sepeda motor. Di basement itu 1000 krupuk bisa seminggu dua kali. Coba itung keuntungannya. lumayan juga.
Kembali ke Pak Rodili, selama perjalanan menggeluti sebagai pedagang krupuk keliling, bos yang ia ikuti rata-rata sukses bisa naik haji dan beli rumah. Bahkan keturunan Haji Usman yang ia ikuti ada yang mengikuti jejak almarhum haji Usman sebagai bos Krupuk.
"Pak Rodili kok gak mengikuti jejak mereka yang sukses?" tanyaku tergelitik. Kata Pak Rodili, dia pernah membuka usaha krupuk sendiri sampai pernah mempunyai sales keliling krupuk 15 orang. Namun nasib berkata lain, ia mengalami kebangkrutan. Dan sekarang jadi pedagang krupuk keliling lagi.