Mohon tunggu...
Rodziatun Yulikha
Rodziatun Yulikha Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA , Pendidikan Biologi 2019

seorang pengagum alam , puisi dan alur dalam film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kebun Binatang Dalam Perspektif Bioetika

6 Juni 2022   09:51 Diperbarui: 6 Juni 2022   09:59 3970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi proses pemberian makan satwa (Antaranews.com)

Ketiga, Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari luka, penyakit dan sakit). dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pencegahan, danjika telah terkena maka harus mendapatkan diagnosis dan terapi yang tepat.

Keempat, Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan penderitaan). dapat dilakukan dengan menghindari prosedur yang menyebabkan rasa takut dan stres pada hewan dan memberikan waktu adaptasi terhadap lingkungan baru, petugas kandang baru, dan pakan baru. Selanjutnya, petugas kandang atau peneliti haruslah petugas yang memiliki keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan dan telah mendapatkan pelatihan yang memadai.

Kelima, Freedom to express normal behavior (bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami). Secara alamiah dapat diupayakan melalui penyediaan kandang dengan luas yang cukup, kualitas kandang yang baik, dan teman dari hewan yang sejenis dengan memperhatikan sosialisasi, tingkah-laku spesifik (misal cara mengambil makan), serta program pengayaan. Program pengayaan ialah memberikan bentuk-bentuk mainan, bahan atau alat yang dapat digunakan oleh hewan di dalam mengekspresikan tingkah-lakunya, misal tempat berayun untuk primata, serutan kayu untuk rodensia, dan lain sebagainya.

Jadi, jika menerapkan bioetika dalam pengelolaan kebun binatang, sebaiknya pihak pengelola menyediakan keperluan dasar kehidupan satwa seperti pakan, tempat tinggal (kandang / kolam), kesehatan dan keamanan. Memberikan suasana kenyamanan, kesenangan , keinginan dan keuntungan bagi satwa untuk dapat hidup sejahtera. Kebun binatang tersebut dianggap berhasil jika satwa telah telah tumbuh dan berkembang, badan sehat dengan berat seimbang, kemampuan bereproduksi baik dan memiliki masa hidup sebagaimana mestinya. Hal ini juga harus didukung oleh masyarakat umum selaku pengunjung kebun binatang dengan memperlakukan binatang dengan baik.

Referensi: 

Furqon K, Iqbal P W dan Soni S. 2019. SUFFERING IN SILENCE (Cerita Ketidaksejahteraan Kebun Binatang Bandung melalui Visual Aesop’s Fables). e-Proceeding of Art & Design : Vol.6, No.3 hal 4591

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9876f7a7374402256ce4b83145300cc7.pdf 

https://slidetodoc-com.translate.goog/bekerja-di-lembaga-konservasi-oleh-dr-drh-ligaya/_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&_x_ tr_hl=en&_x_tr_pto=sc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun