Surat kabar sendiri sudah ada sejak tahun 1600-an di Indonesia, sejak zaman penajajahan Belanda. Surat kabar yang terbit di era awal masuk di Indonesia sendiri memiliki berbagai regulasi yang tentunya dikontrol oleh pemerintah kolonial Belanda.
Tentu saja, media massa tidak berhenti di media massa cetak. Seorang penemu Italia bernama Guglielmo Marconi mematenkan penemuannya pada tahun 1896, yaitu telegrafi nirkabel menggunakan dua sirkuit.
 Penemuan ini menjadi cikal bakal lahirnya radio, salah satu media massa elektronik pertama. Dengan adanya radio, informasi kepada masyarakat menjadi lebih cepat, terutama pada masa Perang Dunia I dan II.
 Hingga akhirnya televisi ditemukan dan mulai sedikit mengubah status radio sebagai media massa pada saat itu.
Televisi mulai diproduksi secara komersial pada tahun 1920-an, tak lama setelah penemuan radio. Namun, televisi menjadi populer di tahun 1940-an setelah Perang Dunia II.
Munculnya televisi yang dapat menampilkan baik visual maupun audio tentunya menjadi angin segar dalam perkembangan dunia media massa elektronik, meskipun masih dengan layar hitam putih.
Popularitas televisi terus berlanjut hingga hari ini, dan seiring berkembangnya teknologi, berbagai inovasi terus berlanjut.
Dengan berkembangnya teknologi, media massa internet, era yang kita jalani sekarang, mulai mengubah posisi televisi.
Tidak mau ketinggalan, seiring dengan perkembangan zaman, tentunya para pelaku bisnis media massa memutar otak.
Oleh karena itu, tidak heran jika media massa cetak dan penyiaran televisi kini hadir dalam format media online. Majalah Tempo, media massa pertama di Indonesia, hadir secara online pada 6 Maret 1996. Hingga saat ini, kita telah melihat menjamurnya media massa online.
Internet sendiri pertama kali muncul dalam konteks kepentingan militer. Ini adalah proyek yang disebut ARPANET (Advanced Research Projects Agency Network) yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS pada tahun 1970, yang menghubungkan 10 komputer.