Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menyokong kemajuan suatu bangsa. Dengan memberikan pendidikan yang berkualitas, sebuah negara bisa mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin.Â
Mengingat perannya yang begitu penting, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah melakukan revolusi pendidikan sejak 2019 lalu, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Konsep revolusi yang diusung adalah merdeka belajar di semua aspek pendidikan formal.
Konsep ini mengingatkan penulis pada salah satu aliran filsafat pendidikan yang mendukung adanya perubahan secara progresif, yaitu aliran progresivisme. Aliran ini memiliki pemahaman bahwa apa yang ada saat ini belum tentu relevan di masa yang akan datang, manusia terus bergerak menuju perubahan yang lebih baik dan tidak harus terpaku pada tatanan lama yang cenderung kaku dan sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Aliran Progresivisme
Menurut bahasa, asal kata progresivisme berawal dari kata 'progresif' yang berarti bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata 'progresif' memiliki arti berhaluan ke arah perbaikan sekarang; ke arah kemajuan; dan bertingkat-tingkat naik. Jadi, kata progresif dapat diartikan sebagai suatu perubahan menuju kemajuan dan perbaikan.
Lahirnya aliran progresivisme dilatar belakangi oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan yang cenderung memaksa dan sangat tradisional, peserta didik tidak bisa mendapatkan kebebasan dalam proses pembelajaran. Pendapat lain menyatakan bahwa aliran pendidikan progresivisme berdasarkan sejarah telah muncul pada abad ke-19, namun baru mengalami perkembangan yang pesat pada awal abad ke-20, khususnya berkembang di negara Amerika Serikat (Muhmidayeli, 2011:151).
Aliran progresivisme juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat pragmatisme seperti William James, John Dewey, Charles S. Peirce serta aliran eksperimentalisme Francis Bacom. Selain itu, ada J.J. Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan manusia yang telah dibawa sejak lahir dan John Locke yang merupakan tokoh filsafat kebebasan politik (Muhmidayeli, 2011:152).
Dalam konteks pendidikan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan mengalami kesuksesan jika mampu melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif, sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman untuk bekal kehidupannya di kemudian hari.
John Dewey dalam teori progresivismenya lebih menekankan pada keaktifan dan minat peserta didik dibandingkan pada mata pelajaran yang disampaikan. Sebab bagi John Dewey, dengan menekankan dan memperhatikan minat peserta didik, maka pembelajaran akan menjadi lebih nyaman dan mendapatkan hasil yang maksimal karena bukan berasal dari unsur keterpaksaan, melainkan dari minat peserta didik itu sendiri.
Konsep Merdeka Belajar
Konsep 'Merdeka Belajar' merupakan konsep yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia saat ini, yaitu Mas Nadiem Makarim. Sesuai dengan namanya yang mengandung unsur merdeka, dalam implementasinya diharapkan peserta didik bisa memiliki kemerdekaan untuk mengakses ilmu pengetahuan dan bisa belajar sesuai dengan minat yang mereka miliki.
Disamping itu, seorang guru juga harus memiliki kejelian untuk bisa menerjemahkan konsep ini. Karena dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan untuk menentukan sendiri cara terbaik dalam proses belajar mengajar. Guru harus memiliki kreatifitas untuk bisa menerapkan konsep ini secara maksimal.
Dalam implementasinya saat ini, konsep merdeka belajar memang belum bisa diterapkan secara maksimal dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yaitu kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur pendidikan yang kurang merata. Namun, hal ini memang tidak bisa dipungkiri, solusinya adalah bagaimana agar kita bisa mengatasinya. Jika tidak saat ini melakukan perubahan menuju kemajuan, mau kapan lagi?
Keterkaitan Antara Progresivisme dan Konsep Merdeka Belajar
Aliran Progresivisme merupakan aliran filsafat yang lahir dan sangat berpengaruh pada abad ke-20. Pengaruhnya dapat dirasakan di seluruh dunia hingga mendorong usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar saat ini suatu hari memiliki kemungkinan tidak benar karena zaman selalu mengalami perubahan.
Konsep aliran progresivisme John Dewey memiliki tujuan dan arah yang serupa dengan konsep 'merdeka belajar' yang telah diterapkan oleh pemerintah saat ini. Dua-duanya menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan kepada peserta didik untuk menggali ilmu pengetahuan dan memilih pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.Â
Selain itu, konsep ini menawarkan kemerdekaan bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas dalam mengajar dan melihat potensi pada masing-masing peserta didik. Lembaga pendidikan juga memiliki kemerdekaan untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara maksimal.
Konsep merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi aliran progresivisme yang memandang bahwa pendidikan merupakan wadah untuk mencetak anak didik yang memiliki kualitas dan terus berprogres sebagai generasi yang akan menjawab tantangan perubahan zaman. Kedepannya diharapkan mampu memberikan feedback positif secara langsung terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Simpulan
Aliran progresivisme menghendaki adanya perubahan yang lebih baik dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat pendidikan progresivisme menuntut peserta didiknya untuk selalu berprogres, bertindak konstruktif, berfikir inovatif, dan bergerak secara aktif. Hal ini sejalan dengan konsep merdeka belajar yang diterapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini yang memberikan kemerdekaan pendidikan bagi peserta didik, guru serta lembaga pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H