Tolak ukur aksi nyata penerapan budaya positif di lingkungan belajar adalah ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan dalam menerapkan budaya positif di lingkungan belajar. Beberapa tolak ukur aksi nyata penerapan budaya positif di lingkungan belajar antara lain:
- Tingkat partisipasi dan rasa antusias siswa dalam belajar.
- Tingkat motivasi dan semangat siswa dalam belajar.
- Tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar.
- Tingkat rasa tanggung jawab siswa dalam belajar.
- Tingkat kepercayaan diri seta kreativitas siswa.
- Tingkat hubungan baik antar peserta didik dan guru.
- Tingkat rasa saling memahami dan toleransi antar siswa yang berbeda latar belakang.
- Tingkat kualitas belajar dan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan tolak ukur ini, pihak sekolah atau institusi pendidikan dapat mengevaluasi tingkat keberhasilan implementasi budaya positif di lingkungan belajar dan membuat perbaikan yang diperlukan untuk memastikan lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
Linimasa Tindakan
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam mengimplementasikan aksi nyata penerapan budaya positif dalam lingkungan belajar:
- Menentukan tujuan bersama: Guru dan siswa harus bersama-sama menentukan tujuan bersama dalam kelas. Ini dapat membantu menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan tersebut.
- Menciptakan iklim belajar yang kondusif: Guru  membantu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus positif dengan memfasilitasi diskusi dan interaksi antar siswa.
- Mendorong partisipasi aktif peserta didik: Guru harus memotivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui pemberian tugas sesuai dengan minat dan bakat mereka.
- Meningkatkan rasa percaya diri siswa: Guru harus mendukung dan membimbing siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan kreativitas mereka.
- Mendorong kerja sama dan kebersamaan: Guru harus memfasilitasi kegiatan kelompok dan diskusi kelompok untuk menumbuhkan kerja sama dan kebersamaan dalam proses belajar-mengajar.
- Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati: Guru harus mengajarkan dan mempromosikan sikap toleransi dan menghormati antar peserta didik dalam lingkungan belajar.
- Melakukan evaluasi berkala: Guru harus melakukan evaluasi berkala untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembentukan keyakinan kelas dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
- Â
Dukungan
Dalam menerapkan budaya positif di lingkungan belajar, dukungan yang dibutuhkan antara lain:
- Dukungan pihak sekolah: Sekolah memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program penerapan budaya positif di lingkungan belajar.
- Dukungan dari pihak orang tua: Orang tua harus memberikan dukungan dan memahami pentingnya budaya positif bagi perkembangan anak mereka.
- Dukungan dari guru: Guru harus memahami pentingnya budaya positif dan mampu memimpin dan mempraktikkan budaya positif di kelas.
- Dukungan dari peserta didik: Peserta didik harus memahami pentingnya budaya positif dan mampu mempraktikkan budaya positif dalam interaksi sosial mereka.
- Dukungan dari masyarakat: Masyarakat harus memahami pentingnya budaya positif dan mampu mempraktikkan budaya positif dalam interaksi sosial mereka.
Ketika semua pihak memberikan dukungan dan bekerja sama, maka penerapan budaya positif di lingkungan belajar dapat dilakukan dengan lebih baik dan efektif. Itulah mengapa penting untuk menciptakan kesadaran serta memotivasi semua pihak agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan dalam menerapkan budaya positif di lingkungan belajar.
Deskripsi Aksi Nyata
Sebagai pendidik kita semua memahami bahwa pembelajaran lebih bermakna dan efektif bagi siswa karena merasa nyaman dan merasa diterima dalam lingkungan belajar yang positif. Budaya positif juga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk lebih berani untuk berbicara dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Ini dapat membuat mereka memahami materi secara optimal dan meningkatkan keterampilan mereka. Dengan demikian, budaya positif dapat membantu membentuk lingkungan belajar yang menyenangkan dan memotivasi, yang akan membantu memperkuat proses pembelajaran dan membantu peserta didik untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Beberapa hal berikut berkaitan dengan konsep budaya positif, yaitu:
- Perubahan paradigma dari stimulus-respon
- Perubahan paradigma dari stimulus-respon ke lingkungan yang positif memang sangat penting dalam membangun budaya positif. Dalam paradigma stimulus-respon, lingkungan belajar hanya difokuskan pada respon murid terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, sedangkan dalam lingkungan yang positif, fokus lebih pada pembentukan lingkungan belajar yang memfasilitasi perkembangan dan pembelajaran murid.
- Konsep disiplin positif
- Konsep disiplin positif merupakan pendekatan yang berfokus untuk memotivasi dan mendukung siswa dalam mencapai tingkah laku yang baik dan bertanggung jawab. Ini berbeda dari pendekatan disiplin tradisional yang berkaitan dengan hukuman dan pembatasan. Disiplin positif memfokuskan pada tiga motivasi perilaku manusia, yaitu menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, menerima penghargaan atau persetujuan dari orang lain, menjadi orang yang mereka inginkan, dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Ini membantu membentuk tingkah laku yang positif dan bertanggung jawab karena peserta didik memiliki alasan dan dukungan untuk melakukan hal-hal yang baik. Disiplin positif juga membantu meningkatkan kepercayaan diri dan rasa hormat peserta didik terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan nyaman, yang memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan peserta didik.
- Keyakinan kelas
- Keyakinan kelas merupakan konsep penting dalam membangun budaya positif di sekolah. Keyakinan kelas adalah pernyataan-pernyataan universal tentang perilaku dan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik. Pernyataan tentang keyakinan kelas sebaiknya berbentuk positif dan tidak terlalu banyak sehingga semua anggota kelas dapat dengan mudah memahaminya. Keyakinan kelas juga harus dapat diterapkan di lingkungan sekolah, dan semua anggota kelas harus berpartisipasi dalam pembentukan keyakinan kelas dengan mengemukakan pendapat mereka sendiri dan bersedia merevisi keyakinan kelas dari waktu ke waktu. Dengan memiliki keyakinan kelas yang jelas dan diterima oleh semua warga kelas, peserta didik akan memiliki pemahaman yang jelas tentang tingkah laku yang diharapkan dari mereka, sehingga mereka dapat berperilaku sesuai dengan harapan dan membangun budaya positif di kelas. Keyakinan kelas juga membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, yang memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan peserta didik.
- Pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia
- Dalam sebuah lingkungan sekolah, pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat penting untuk terbentuknya lingkungan yang positif dan kondusif bagi pembelajaran. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebenarnya kita sedang memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar kita, yaitu kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kebebasan, kesenangan, dan kekuasaan.
- Sebagai guru atau pengajar, mengetahui dan memahami kebutuhan dasar manusia akan membantu dalam memfasilitasi terciptanya lingkungan yang positif di dalam kelas. Dengan memenuhi kebutuhan dasar murid, mereka akan merasa lebih nyaman dan dapat berfokus pada proses belajar. Ini juga dapat membantu mengatasi permasalahan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seorang guru harus memahami dan memperhatikan tindakan peserta didiknya. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran dengan teman sebayanya , memperoleh cinta dan kasih sayang, bebas beraktivitas, bersenang-senang, dan memiliki kekuasaan yang sesuai dengan batas-batas yang ditentukan. Dengan kata lain, guru dapat bekerja sama dengan murid untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka melalui aktivitas belajar yang menyenangkan dan menantang, memfasilitasi hubungan saling pengertian dan saling menghargai, dan membantu mereka mengejar kebebasan dan kekuasaan dalam pemecahan masalah. Dengan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia, peserta didik akan merasa nyaman dan memiliki motivasi untuk belajar. Ini akan membantu mereka untuk membentuk perilaku positif dan membuat lingkungan kelas menjadi kondusif bagi proses pembelajaran.
- Lima Posisi Kontrol
- ada 5 posisi kontrol yang diterapkan, yaitu:
- Penghukum (Punisher) - Dalam posisi ini, pihak yang berkuasa menggunakan tekanan dan hukuman untuk memotivasi orang lain. Ini seringkali tidak efektif dan dapat menimbulkan rasa tidak aman dan tidak diterima bagi yang dikontrol.
- Pembuat Orang Merasa Bersalah (Guilt Inducer) - Dalam posisi ini, pihak yang berkuasa menggunakan rasa bersalah untuk memotivasi orang lain. Ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
- Teman (Friend) - Dalam posisi ini, pihak yang berkuasa menggunakan hubungan baik dan dukungan untuk memotivasi orang lain. Ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang positif dan memperkuat hubungan dengan orang lain.
- Monitor (Surveillance) - Dalam posisi ini, pihak yang berkuasa menggunakan pemantauan untuk memastikan bahwa orang lain melakukan tugas mereka. Ini dapat membantu memastikan bahwa tugas dilakukan dengan baik, tetapi juga dapat membuat orang merasa dipantau dan tidak bebas.
- Manajer (Manager) - Dalam posisi ini, pihak yang berkuasa membantu orang lain memenuhi kebutuhan mereka dan memotivasi mereka untuk melakukan tugas. Ini memfokuskan pada pemberian bantuan dan dukungan untuk membantu orang lain memenuhi potensi mereka.
- Posisi kontrol yang paling efektif adalah posisi Manajer, di mana pihak yang berkuasa membantu orang lain memenuhi kebutuhan dan memotivasi mereka untuk melakukan tugas. Ini membantu membangun hubungan positif dan memfasilitasi pengembangan potensi serta keterampilan dari orang lain.
- Segitiga Restitusi
- Segitiga Restitusi adalah sebuah teknik untuk membantu individu memahami dan meresolusi konflik yang terjadi antara mereka. Ini didasarkan pada teori bahwa setiap perilaku manusia memiliki alasan dan tujuan tertentu. Segitiga Restitusi memfokuskan pada tiga aspek penting untuk memahami dan meresolusi konflik:
- Memperkuat Identitas (Kita Semua Melakukan yang Terbaik) - Ini membantu individu memahami bahwa setiap tindakan yang diambil oleh individu lain sebenarnya adalah usaha terbaik mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
- Validasi perilaku yang salah (setiap perilaku memiliki alasan) - Ini membantu individu memahami bahwa setiap perilaku yang tidak sesuai dengan harapan mereka sebenarnya didasarkan pada keyakinan dan motivasi internal individu tersebut.
- Bertanya tentang keyakinan (kita semua memiliki motivasi internal) - Ini membantu individu memahami bahwa setiap perilaku memiliki motivasi dan keyakinan internal yang mendasari, dan membantu mereka untuk mengejar solusi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka semua.
- Dengan memahami aspek-aspek ini, peserta didik dapat lebih mudah menemukan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dan mengatasi konflik yang mungkin terjadi.
Konsep budaya positif sangat penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah agar siswa merasa nyaman dan memahami bahwa setiap perilaku memiliki alasan. Dengan budaya positif, guru dapat membantu peserta didik mengembangkan disiplin diri yang berorientasi pada proses belajar dan merdeka belajar. Selain itu, dengan menghargai keunikan setiap peserta didik dan melihat perilaku mereka sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, guru dapat membantu siswa memahami bahwa sumber tingkah laku manusia adalah menghindari ketidaknyamanan, memperoleh imbalan/apresiasi, dan menjadi pribadi yang diinginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.