Mohon tunggu...
Rodhotun Nikmah
Rodhotun Nikmah Mohon Tunggu... Konsultan - Santri berdedikasi untuk negeri

The second pencil can take me anywhere

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan Terindah

12 Agustus 2021   21:24 Diperbarui: 12 Agustus 2021   21:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Titik-titik sendu menghampiri

Menerobos ruang kalbu

Memeluk punggung sepiku

Di bawah gelap langit

Kala kesunyian mulai menghimpit

Sapaan angin menari jalang

Tak terasa air mata jatuh ke pangkuan

 

Dinginnya malam, merebak hangat

Menyusuri aliran darah kerinduan

Sekelebat bayang melayang

Mengirim seraut wajah masa silam

Kenangan yang telah terkubur

Kembali terjaga di antara rinai malam

Tiada kan pernah terlupakan

Gurau yang begitu asik...

 Bara persahabatan yang kian menelisik ....

Canda yang begitu menghangatkan ...

Bisik kekata memecah keheningan...

 

Kenangan saat bersama kalian 

Merasakan pahit nan manisnya perjuangan

Menimba ilmu di perantauan

Dibimbing oleh Kyai sang Panutan

 

 Kyai sebagai pelita hidup kami 

Berkorban tanpa kenal pamrih

Memberi ilmu dengan segenap hati

Mengajarkan tentang keikhlasan dalam berjuang

Engkau selalu memberi warna di setiap hari kami

Kyai....Trima kasih atas segala perjuagan dan pengorbanan mu 

 

Mungkin aku lupa akan rasaku dulu....

Namun...aku tiada pernah amnesia akan kisah bersama

Dan... di celah malam imajinasiku mulai mengembara

Ku luapkan rindu pada sepengal kenangan terindah. 

 Wahai sahabat jangan kau lupakan kenangan yang manis tentang kisah kita di 

Ma'had Aly tercinta.

 

2018, Tahun dimana aku resmi menjadi santri Ma'had Aly. Ma'had Aly merupakan Pendidikan Pesantren jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pesantren dan berada di lingkungan Pesantren dengan mengembangkan kajian keislaman sesuai dengan kekhasan Pesantren yang berbasis Kitab Kuning secara berjenjang dan terstruktur. Akan tetapi agak sedikit berbeda dengan Ma'had Aly UIN Malang, Ma'had Aly ini berada dibawah naungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri bukan pesantren. Menjadi santri ma'had aly adalah sebuah keburuntungan bagi ku. Bertemu serta berkawan dengan orang-orang hebat nan pandai akan kitab-kitab kuning.

Awalnya aku merasa minder dengan teman teman  karena  diriku yang tak pandai membaca kitab kuning. Setiap pembelajaran bersama Kyai acap kali aku merasa ketakutan, takut jika nanti tiba-tiba aku ditunjuk untuk membaca kitab tanpa harokat itu. Tiap kali kaki ku menginjakkan asrama ma'had aly hati ku selalu memberoktak  seakan  menolak untuk bermukim di dalam ma'had. Hari-hari ku penuh dengan tanggisan karena rasa tidak betah (krasan) yang kian menguasai hati, nafsu mulai berbicara mengungkapkan keiriannya dengan dunia kebebasan mahasiswa pada umumnya, bercengkrama dan berdiskusi di warung kopi. 

Aku iri pada teman-teman ku yang hidup dengan kebebasan, bebas dalam berekspresi meneyalurkan ide dan inovasi dengan para petinggi organisasi layaknya di FTV. Sendangkan aku hidup dengan peratuaran ma'had yang  begitu membosankan dari terbit matahari harus bergegas mengaji di lanjut pada malam hari  sampai mata terpejam kembali. Hari ku yang sendu ini kujalani hampir setengah tahun lebih. Aku berjuang sekeras tenaga melawan nafsu yang membara, do'a-do'a selalu ku panjatkan, pinta-pinta malam ku selalu kuajukan pada sang pencita meminta petunjuk apakah langkah yang ku ambil untuk belajar di ma'had Aly ini adalah keputusan yang tepat, sedangkan aku tak pandai dalam membaca kitab.

Suatu malam tiba saatnya doa ku terjawab oleh mimpi. Al Mukarrom KH. Masbuhin Faqih, Kyai semasa ku menimba ilmu di pesantren dulu hadir dalam mimpi ku seakan memberi petujuk untuk memantapkan hati belajar ilmu agama di ma'had aly. Dalam mimpi itu nampak beliau menunjuk suatu tempat yang cocok untuk ku meneruskan belajar kitab-kitab tsuros,  tempat yang ditunjuk Kyai adalah rumah yang disekelilingi oleh rumput-rumput tinggi tempat itu adalah  Ma'had Aly Maliki. Mimpi tersebut memberikan petunjuk bahwa murobbi ruhi ku telah memberi restu (ridho) pada ku untuk belajar di Ma'had Aly Maliki. Sejak itu juga aku mulai menata hati serta niat, niat ikhlas untuk berjuang menimba ilmu agama sebagai bekal beibadah kepada Allah serta untuk kemaslahatan umat nanti. Aku memutuskan untuk belajar kembali mengulang materi  membaca kitab yang telah ku dipelajari di pesantren dulu.   

Perjuangan melawan hawa nafsu  untuk tidak betah dima'had tak semudah yang ku bayangkan, ditengah-tengan perjalanan dalam memantapkan hati, tiba-tiba niat ku tergoyahkan oleh rayuan-rayuan yang memanipulasi.  Ada pepatah yang mengatakan " Usaha Tak Akan Menghianati Hasil ", begitu pula dengan perjuangan ku dalam melawan hawa nafsu untuk memanatapkan hati belajar di Ma'had Aly, Alhamdulillah puji syukur Kehadirat Allah SWT. genap setahun sudah hati ini mulai menetap di Ma'had rasa nyaman dalam belajar kian tumbuh sehingga menjadikan ku semangat dalam belajar hingga akhirnya aku bisa menuntaskan belajar dima'had aly sampai selesai. Aku menemukan tempat ternyaman dalam belajar, menimba ilmu agama dengan keihklasan hati. Hal tersebut tidak lah lepas dari do'a orang tua dan guru yang senantia mendoakan agar selalu berkumpul dikalangan orang sholeh nan alim. Allah tau yang terbaik bagi ku, Aku percaya bahwa Allah memberi dan lebih tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. 

Teruntuk teman-teman ku Ma'had Aly tercinta, kalian adalah keluarga ku di tanah perantauan. Kalian selalu membersamai ku baik susah maupun senang. Banyak ilmu dan pengalaman yang ku dapat ketika   belajar di Ma'had Aly, hingga tak akan cukup jika hanya diceritan dalam lembaran kertas putih ini. Ucapan Trima kasih kepada Kyai Muzakki yang senantiasa sabar dan ikhlas membimbing kami. Engkau memberikan kesan tersendiri dalam hidup kami, memberikan warna di hari-hari kami. Mengajarkan kami akan keikhlasan dalam berjuang di agama Allah. Sebutan pahlawan tanpa tanda jasa maupun malaikat tak bersayap untuk mu adalah kurang bagi kami. Engkau adalah orang tua ruh kami. Maafkan kami yang belum bisa menjadi apa yang engkau harapkan dan cita-citakan. Semoga engkau tetap mengangap kami sebagai santri mu hingga di akhirat nanti. 

 

*Puisi diatas ditulis dikala penulis rindu dengan teman-teman seperjuangan serta  sosok Kyai begitu berjasa bagi kami para santri Ma'had Aly*.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun