Sebagian besar waktu kuhabiskan untuk bekerja demi mendapatkan "Uang" yang bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tapi apakah cukup hanya dengan menghasilkan uang?
Seperti itulah peranan Uang dalam Kehidupan ini, tak dapat dipisahkan oleh transaksi keuangan setiap harinya. Entah itu dalam bentuk tunai ataupun digital. Pemasukan dan pengeluaran, debet dan kredit.
Ada yang cukup dengan gajinya yang masih UMP dan ada yang kurang dengan penghasilannya yang tak terhingga. Kebutuhan hidup bukanlah pada besar atau kecilnya pendapatan, melainkan dapatkah kita mengelola keuangan?
Mengingat kebiasaan generasi saat ini yang lebih mementingkan gaya hidup dan kesenangan semata, seperti halnya hiburan, jalan-jalan, nonton, dll. Tentu akan berdampak negatif untuk keuangan pribadinya. Namun, sejalan dengan mereka yang lebih mementingkan gaya hidup. Ada juga mereka yang memikirkan akan pengelolaan keuangannya.
Apakah selama ini uang yang dikeluarkan sudah sesuai dengan kebutuhan hidup, atau justru malah melebihi kebutuhan hidup? Mungkin masih wajar kalau perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran berbanding lurus atau imbang. Yang menjadi masalah ketika lebih besar pasak dari pada tiang.
Dulu saya merupakan karyawan swasta yang tiap bulannya menerima gaji. Istilah tanggal muda dan tanggal tua ada di dalam kamus saya kala itu. Saat tanggal muda tiba, saya memuaskan diri dengan merefresh pikiran yang jenuh setelah setiap harinya bekerja di dalam pabrik. Sedangkan saat tanggal tua tiba, saya diam tak berkutik.
Mengingat sistem kontrak yang tak menentu kala masih kerja di pabrik, saya tetap ingat akan menabung untuk biaya jika sewaktu-waktu saya menganggur. Memang sangat penting memiliki tabungan walau diri masih berstatus lajang. Karena kita perlu ingat bahwa ada biaya pengeluaran yang tak terduga.
Kini dengan pekerjaan saya freelance dengan gaji yang tak menentu, saya mesti berhemat sebisa mungkin. Tabungan menjadi hal yang mesti saya miliki, karena jika saya sedang tidak ada kerjaan maka tabungan itulah yang akan saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Minimal untuk ongkos saat saya ingin pergi ke suatu acara.
Seharusnya generasi millenials harus lebih peka akan keuangan. Karena mengelola keuangan sejak dini adalah pelajaran yang mesti ada di dalam setiap individu. Minimal kita harus menjadi konsultan keuangan untuk diri sendiri dengan perencanaan keuangan yang tepat. Hingga masa depan lebih terencana dengan keuangan yang sudah tersedia.
Rasa sesal tak lagi berarti saat harus berhenti kuliah karena tidak dapatnya membayar biaya kuliah, seperti itulah pengalaman saya. Tentu saya tidak mau jatuh di lubang yang sama. Kini, saya harus dapat mengelola keuangan pribadi dengan bijaksana dan atas dasar ilmunya.