Mohon tunggu...
Andi Hamdan
Andi Hamdan Mohon Tunggu... -

Terlalu lemah untuk mengubah, terlalu tangguh untuk diubah. Rodagigi berputar terus.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hanya Dengan "Quantum Leap" Para Calon Gubernur DKI Bisa Mengalahkan Ahok

8 Oktober 2015   11:22 Diperbarui: 8 Oktober 2015   11:32 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari berita-berita media setidaknya ada dua nama yang mencalonkan diri sebagai pesaing Ahok dalam pemilihan gubernur DKI 2017 mendatang. Kedua nama itu adalah Adhyaksa Dault mantan Menpora dan Sandiaga Uno yang pengusaha.

Berdasarkan anaslisis berbagai kemungkinan, sangat jelas bahwa Gubernur petahana Ahok memiliki banyak kemungkinan memenangkan pertarungan. Ibarat pertandingan lari 100 meter, Ahok telah berada beberapa langkah didepan sewaktu pluit wasit nantinya ditiup sebagai awal pertandingan.

Setidaknya ada tiga hal yang membuat pertandingan itu bisa tidak seimbang karena kelebihan yang dimiliki Ahok.

Pertama, sebagai petahana, langsung atau tidak langsung akan sangat mungkin menumbuhkan jaringan birokrasi yang ada di DKI sebagai pendukung untuk mendulang suara. Hal itu lumrah saja, walau disangkal atau dilarang, pemanfaatan sebagai petahana itu berlaku dimana saja dalam pemilihan pemimpin, baik Pilkada maupun Pilpres. Sangat terang benderang, dalam pemilihan presiden langsung pertama yang dimenangkan SBY, beliau juga memenangkan Pilpres kedua.

Kedua, Ahok memiliki personal branding yang cukup membuat banyak orang menjadi "sahabat" Ahok. Belum ada pembukaan tahapan Pilgub, Ahok telah punya pendukung yang menyatakan diri sebagai "sahabat Ahok" yang merupakan sahabat sejati, "soulmate" yang tak terpengaruh oleh situasi apapun dan kondisi apapun. Tak terpengaruh oleh berhasil atau tidaknya Ahok memimpin Jakarta periode sekarang. Persis seperti apa yang dimiliki oleh Presiden Jokowi, "Projo", apapun yang terjadi pada kebijakan Pemerintah, Projo akan selalu membela dan pasang badan.

Ketiga, Ahok memiliki dukungan dari banyak pengusaha sehingga dana yang diperlukan untuk memenangkan Pilgub itu nyaris tak terbatas.

Sekarang mari kita bandingkan dengan calon pesaing Ahok 2017.

Adhyaksa Dault, walaupun pernah menjadi Menteri, tidak terlihat memiliki jaringan pendukung di birokrasi DKI. Walaupun beliau punya nama terkenal, namun tak kuasa seperti petahana untuk menggerakkan jaringan birokrasi. Dan tak lebih tak kurang adalah Sandiaga Uno, tak pula memiliki jaringan birokrasi.

Apakah dengan demikian pesaing tak mungkin memenangkan pemilihan? Tentu saja masih mungkin. Caranya tentu tak bisa dengan sekedar gembar gembor kampanye sana sini seperti umumnya, karena mereka telah beberapa langkah dibelakang Ahok, jadi harus membuat lompatan besar, quantum leap, untuk meredukusi ketertinggalan itu.

Dari pengalaman beberapa Pilgub DKI, terbukti bahwa dukungan partai tidaklah menentukan keterpilihan seseorang jadi Gubernur. Dukungan partai menjadi sekedar formalitas persyaratan, karena baik anggota partai ataupun simpatisannya tak akan serta merta memilih calon dari partainya, tergantung siapa calon tersebut.

Untuk itulah diperlukan calon yang mempunyai "sahabat" dikalangan rakyat Jakarta. Sahabat yang sejati, "soulmate" yang seyogianya dibentuk sejak dini, bukan dadakan. Setidaknya Adhyaksa Dault sangat mungkin untuk membentuk jaringan sahabat sejati ini, namun harus dimulai dari sekarang! Barack Obama terpilih jadi presiden Amerika, karena punya sahabat sejati sebagai hasil kerjanya mengabdi kegiatan sosial di masyarakat termasuk lingkungan selama tak kurang dri dua tahun. Ia dikenal luas sebagai penggerak kerja sosial, melakuakn kerja-kerja sosial yang bermanfaat untuk masyarakat. Jokowi terpilih jadi Gubernur DKI dengan cara blusukan yang menggambarkan perhatiannya pada calon pemilih, namun didukung expose besar-besar oleh media atas keberhasilannya sebagai sahabat rakyat dalam memimpin Solo.

Maukah Adhyaksa Dault terjun ke masyarakat mulai sekarang (!) mengerjakan usaha-usaha sosial? Bukan dengan menyogok rakyat, tapi kerja sosial yang bermanfaat untuk rakyat banyak sambil mengenalkan diri. Maukah Sandiaga Uno melakukan hal yang sama? Kalau cuma disegani di kalangan elitis, tentulah hasilnya tak akan cukup, singkatnya potensi kalah sangat besar ! Dengan membentuk jaringan di tingkat bawah, akan diciptakan sahabat-sahabat sejati dikalangan pemilih, bukan kalangan elitis. Kalau calon cagub ini punya sahabat sejati yang signifikan, bukan tak mungkin mereka menang, karena setidaknya sampai saat ini menurut penelusuran penulis, baik Adhyaksa Dault maupun Sandiaga Uno belum atau tidak memiliki "musuh", setidaknya belum ada yang mendeklarasikan permusuhan pada mereka.

Ada satu hal yakni keunggulan ke tiga dari Ahok diatas, yakni dana. Disini penulis memperkirakan Sandiaga Uno akan cukup memiliki dana. namun Adhyaksa Dault diragukan kemampuan dananya. Bukan berniat merendahkan salah satu calon ini, namun menurut penulis, gabungan kekuatan keduanya akan mungkin menjadi pesaing hebat buat Ahok. Misalnya Adhyaksa Dault jadi calon Cagub dan Sandiaga Uno calon Cawagub. Sehingga kerja sosial, perkenalan diri, kampanye dsb yang nantinya akan memerlukan dana cukup besar bisa terlaksana.

Dua alinea terkhir tulisan inilah yang penulis anggap sebagai "quantum leap" untuk menyusul ketertinggalannya dari gubernur petahana Ahok. Semoga bermanfaat, salam.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun